KEIMANAN KEPADA TAKDIR

Edisi 1914

  • Takdir adalah ketetapan dan penulisan dari Allahterkait seluruh hal yang akan terjadi berdasarkan ilmu-Nya yang dibarengi dengan hikmah-Nya.
  • Allah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi sebelum hal tersebut tercipta.
  • Allahjuga memiliki kehendak dan kekuasaan yang sempurna  yang meliputi seluruh makhluk-Nya.
  • Allah menetapkan bagi hamba memiliki kehendak dan kekuatan terhadap perbuatannya.

“Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun buruk.”

(H.R. Muslim)

Iman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Barangsiapa yang mendustakan takdir maka dia terjatuh dalam kekufuran. Takdir adalah ketetapan dan penulisan dari Allah Ta’ala terkait seluruh hal yang akan terjadi berdasarkan ilmu-Nya yang dibarengi dengan hikmah-Nya.

Dalil kewajiban mengimani takdir terdapat pada hadis Jibril yaitu, “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun buruk.” (H.R. Muslim).

Empat Tingkatan Takdir

Takdir yang wajib diimani oleh seorang muslim mencakup empat tingkatan, yaitu,

Pertama, beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi sebelum hal tersebut tercipta. Seluruh yang terjadi di jagat semesta baik di bumi maupun di langit, Allah telah mengetahuinya dengan sempurna. Tidak ada yang terluput dari ilmu Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),  “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (Q.S. Luqman: 31).

Kedua, beriman bahwa Allah telah menulis segala takdir yang akan terjadi. Seluruh yang terjadi di alam semesta seperti penciptaan makhluk, pengaturan jagad semesta, kehancuran alam semesta (kiamat), jatah rezeki dan umur, turunnya hujan, dan lain-lain. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sekalipun sekecil dzarrah (semut kecil) baik yang di langit maupun yang di bumi, yang lebih kecil dari itu atau yang lebih besar, semuanya (tertulis) dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh),” (Q.S. Saba: 3).

Ketiga, beriman bahwa Allah memiliki kehendak dan kekuasaan yang sempurna  yang meliputi seluruh makhluk-Nya. Sesuatu yang dikehendaki oleh Allah  pasti akan terjadi. Hal ini sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (Q.S. Yasin: 82).  Sementara apa yang tidak dikehendaki maka hal tersebut pasti tidak akan terjadi. Hal ini berdasarkan firman Allah (yang artinya), “Dan sekiranya Allah menghendaki, tentu Dia jadikan mereka semua mengikuti petunjuk”, (Q.S. Al-An’am: 35). Akan tetapi perlu diyakini segala sesuatu yang tidak terjadi bukan karena Allah lemah, tetapi karena Allah tidak berkehedak untuk mewujudkannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (Q.S. Fatir : 44). (Ma’ariju Al-Qabul, 3/1108).

Keempat, beriman bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang menciptakan seluruh hal yang ada dalam jagat semesta dan seluruh hal selain Allah adalah makhluk dari-Nya. Bentuk implementasi nya adalah keyakinan bahwa Allah adalah sang Pencipta seluruh makhluk dan juga perbuatannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.” (Q.S. Az-Zumar : 62).

Sekte Menyimpang Dalam Pembahasan Takdir

Ada dua kelompok yang keluar dari keyakinan yang benar terhadap takdir, yaitu Qadariyah dan Jabariyah.

Pertama, Sekte Qadariyah mengingkari bahwa segala hal yang terjadi dan terwujud di alam semesta ini berdasarkan ilmu, penulisan takdir, kehendak, dan penciptaan dari Allah Ta’ala.

Kedua, Sekte Jabariyah adalah sekte yang mengingkari adanya kemampuan dan kehendak dari hamba. Dengan kata lain, para hamba dipaksa untuk menjalani takdir yang telah dituliskan dan tiada pilihan bagi mereka untuk berbuat sesuai kehendak.

Sikap Ahlussunnah Terhadap Qadariyah dan Jabariyah

Kedua pemikiran sekte tersebut batil. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus.” (Q.S. At-Takwir: 28). Ayat ini sebagai bantahan terhadap Jabariyah, dimana Allah menetapkan bagi hamba memiliki kehendak dan kekuatan terhadap perbuatannya. Sedangkan pada firman-Nya (yang artinya), “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.” (Q.S. At-Takwir: 28-29) terdapat bantahan terhadap Qadariyah, dimana Allah menegaskan bahwa kehendak hamba itu berada di bawah kehendak-Nya dan Allah juga mengaitkan kehendak hamba hanya bisa terlaksana dengan adanya kehendak dari Allah. Maka keyakinan para ulama ahlusunnah menyatakan bahwa seluruh bentuk ketaatan dan kemaksiatan terjadi atas takdir Allah Ta’ala dan kekuasaan-Nya. Tiada sang Pencipta selain Allah. Hamba juga tidak dipaksa dalam melakukan perbuatannya, tetapi hamba memiliki kehendak dan kuasa untuk melakukan perbuatannya. (Al-Irsyad Ila Shahih Al-I’tiqad, 308-309).

Seluruh perbuatan, ucapan, ketaatan, dan kemaksiatan berasal dari hamba karena memiliki kehendak dan kekuatan terhadap perbuatannya. Hamba itulah yang disifati dengan hal-hal tersebut dan ialah pelakunya, maka hukum/dampaknya juga disematkan padanya. Adapun maksud perbuatan hamba itu dari sisi Allah adalah Allah lah yang menciptakan perbuatan tersebut pada hamba dan menjadikan si hamba berbuat dan melakukan perbuatan tersebut. Maka dapat disimpulkan, dari sisi Allah, perbuatan hamba adalah makhluk, sedangkan dari sisi hamba, hamba itulah yang melakukan perbuatannya dengan kehendak dan kekuasaannya. (Lawami’u Al-Anwar/2/108).

Hikmah Ditetapkannya Takdir Seluruh Makhluk

Hikmah-hikmah di balik adanya takdir yang telah Allah tetapkan, diantaranya,

Pertama, menjadikan sah iman seorang hamba. Hal ini dikarenakan iman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini kebenarannya.

Kedua, menjadikan hati tenang dan terhindar dari kegundahan dalam kehidupan yang berat ini. Hal ini karena jika seorang hamba telah mengetahui bahwa seluruh hal yang akan dihadapinya telah ditulis dalam takdir maka ia siap menerima segala kenyataan yang harus dihadapinya. Ikrimah rahimahullah berkata, “Tidak ada satu insan pun kecuali ia akan merasakan kebahagiaan atau kesedihan. Namun yang paling baik dari kondisi tersebut adalah yang mampu mengubah kebahagiaan menjadi syukur dan kesedihan menjadi ladang kesabaran”.

Ketiga, menjadikan hamba agar selalu bertawakal kepada Allah semata dan tidak bergantung kepada makhluk sedikit pun. Allah akan menjamin kecukupan hamba yang bertawakal, sebagaimana firman Allah, “Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kecukupan padanya.” (Q.S. Ath-Thalaq : 3).

Ditulis : Sakti Putra Mahardika (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *