TELADAN PARA PEMUDA

Edisi 1913

Terdapat beberapa pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kisah seorang pemuda yang mulia ini, yaitu ‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu.

  1. Pemuda, bersemangatlah untuk mengumpulkan ilmu di usia muda
  2. Pemuda, belajarlah Islam langsung dari sumbernya
  3. Pemuda, hormatilah ulama(guru)dan orang tua
  4. Pemuda, jadilah agent of change yang berjalan di atas jalan ilmu

“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah di atas ilmu, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”.”  

(Q.S. Yusuf: 108)

Tersebutlah kisah tentang enam orang dari Bani Tsaqif yang datang ke Madinah untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mereka adalah delegasi kaumnya untuk berunding dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang rencana mereka untuk memeluk agama Islam. Bani Tsaqif merasa terdesak untuk memeluk Islam, karena pada akhir-akhir hayat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kabilah-kabilah di jazirah Arab telah berbondong-bondong memeluk Islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyediakan tenda-tenda di masjid untuk tempat tinggal delegasi ini selama menetap di Madinah. Dari tenda ini mereka dapat mendengarkan Al-Qur’an dan melihat bagaimana kaum muslimin melaksanakan salat. Setiap pagi selama tinggal di sana, lima dari enam orang ini pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berunding tentang syarat-syarat yang mereka ajukan jika mereka menerima Islam. ‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu-lah yang mereka perintahkan untuk tinggal berjaga di tenda, karena ‘Utsman adalah yang paling belia di antara mereka.

‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu adalah pemuda yang hanif jiwanya dan bersemangat atas ilmu. Karena tidak bisa ikut menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada pagi hari, ia pun memanfaatkan kesempatan di siang hari ketika lima orang seniornya telah pulang dan ingin tidur siang di tenda.

Di siang yang terik, sendirian ‘Utsman mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau membacakan Al-Qur’an dan mengajarinya tentang Islam. Apabila pada suatu hari didapatinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang tidur, iapun mencari Abu Bakar lalu juga meminta Abu Bakar untuk membacakan Al-Qur’an dan mengajarinya tentang Islam. ‘Utsman kemudian pulang ke kampungnya membawa ilmu yang paling banyak jika dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lain.

Tak lama setelah Bani Tsaqif menerima Islam, wafatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak dari kabilah-kabilah Arab ketika itu yang murtad. Bani Tsaqif termasuk di antara yang telah berbulat tekad untuk juga murtad pada awalnya. Namun ‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu dengan keilmuan dan keimanannya yang kokohpun secara lantang berkhutbah kepada kaumnya dan berkata,

“Wahai Bani Tsaqif! Kalian merupakan orang-orang yang paling akhir masuk Islam, maka jangan sekali-kali kalian menjadi orang-orang yang pertama kali keluar dari Islam!”

Mendengar itu, Bani Tsaqifpun mengurungkan niat mereka untuk murtad dan tetap istiqomah di jalan Islam. ‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu, dengan kedalaman ilmunya, telah mengokohkan kembali kaumnya di atas Islam. Kisah ini disebutkan oleh Syaikh Al-Mubarakfuri di dalam Kitab Rohiqim Makhtum.

Terdapat beberapa pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kisah seorang pemuda yang mulia ini, yaitu ‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu. Pelajaran-pelajaran tersebut amatlah penting untuk menjadi bahan perenungan khususnya bagi para pemuda di zaman ini.

  1. Pemuda, bersemangatlah untuk mengumpulkan ilmu di usia muda.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat, “(Manfaatkanlah) masa mudamu sebelum datangnya masa tuamu.” (H.R. Al-Hakim. Dinilai sahih oleh Al-Hakim dan Adz-Dzahabi). Masa muda adalah masa-masa yang diliputi dengan semangat dan kekuatan. Oleh karena itu, manfaatkanlah semangat dan kekuatan itu sebaik-baiknya, yang salah satu bentuk utamanya adalah dengan belajar dan mengumpulkan ilmu. Lihatlah bagaimana ‘Utsman adalah yang paling bersemangat untuk belajar tentang Islam dan mengumpulkan ilmu dibandingkan dengan orang-orang tua yang ada di dalam delegasi.

Umar bin Khattab pernah berwasiat, “Belajarlah agama sebelum kalian menjadi pemuka.” Maksudnya, sebelum kalian menjadi tua dan menjadi pemuka di kala tua, maka manfaatkanlah masa muda sebaik-baiknya.

  1. Pemuda, belajarlah Islam langsung dari sumbernya

‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu ketika ia memperdalam agama yang dipelajarinya adalah Al-Qur’an. Dia belajar langsung Al-Qur’an kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kepada Abu Bakar. Inilah sikap yang tepat dalam mengambil sumber ilmu agama. Sumber ilmu Islam adalah Al-Qur’an, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan penjelasan para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum.

Maka wahai para pemuda, jangan sembarangan di dalam memilih sumber ilmu.

  1. Pemuda, hormatilah ulama(guru)dan orang tua

Pelajaran lainnya yang bisa diambil dari ‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu adalah pelajaran adab. Lihatlah bagaimana dia beradab terhadap guru (dalam hal ini adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) dan terhadap orang tua.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (H.R. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).

Adab terhadap guru dalam kisah ini adalah ‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu tidak mau mengganggu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau sedang tidur. Banyak sekali contoh yang semisal dengan hal ini yang telah dicontohkan oleh para penuntut ilmu, termasuk para pemudanya, dari generasi awal Islam yang merupakan generasi teladan kita. Salah satu contoh lainnya, adalah bagaimana sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas yang merupakan seorang pemuda yang bersabar menunggu gurunya Zaid bin Tsabit di pintu rumahnya karena tidak mau mengganggu gurunya.

Adapun adab terhadap orang tua adalah bagaimana ia hormat dan patuh ketika para seniornya memutuskan agar ‘Utsman yang bertugas untuk menjaga barang-barang mereka di tenda.

Betapa perkara adab adalah perkara yang hilang dari para pemuda di zaman ini, terkhusus kepada para guru/ustadz dan juga para orang tua yang ada di sekitar mereka.

  1. Pemuda, jadilah agent of change yang berjalan di atas jalan ilmu

Pemuda dari zaman ke zaman memang golongan yang berhak menyandang status “agent of change” (agen pembawa perubahan). Dengan semangat dan kekuatan yang dimilikinya, pemuda mampu membawa banyak perubahan pada masyarakatnya. Salah satu contoh nyatanya adalah apa yang telah dicontohkan oleh ‘Utsman bin Abi Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu. Seorang pemuda yang telah membawa perubahan yang sangat signifikan pada masyarakatnya, yaitu dengan membuat mereka berubah pikiran dari ingin meninggalkan agama Islam. Adakah perubahan yang lebih mulia yang bisa dilakukan oleh seorang pemuda daripada hal ini?

Namun yang juga perlu diingat bahwasanya perubahan yang dilakukan oleh ‘Utsman adalah perubahan yang didasari dengan ilmu. Ilmulah yang telah membimbingnya dan mengokohkannya. Bukanlah perubahan yang semata-mata dilandasi oleh semangat namun tidak dibimbing ilmu.

Terkait hal ini, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah di atas ilmu, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”.”  (Q.S. Yusuf: 108).

Maka wahai para pemuda, jadikanlah ilmu sebagai jalan hidup Anda.

Ditulis : Muhammad Rezki Hr, S.T., M.Eng., Ph.D.

Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *