3 Fase di Alam Kubur

    • Alam Barzakh dilalui seorang manusia setelah meninggal dunia, menjadi penghubung antara dunia dan akhirat.
    • 3 fase Alam Barzakh:
  • Fitnah (pertanyaan) kubur.
        • Pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir mengenai Tuhan, agama, dan nabi seseorang.
        • Seluruh manusia mengalaminya, kecuali beberapa golongan.
        • Mukminin akan berhasil menjawabnya dengan penguatan dari Allah, sementara orang yang ragu -terlebih lagi munafik dan kafir- tak bisa menjawabnya dengan benar, sehingga mendapatkan siksaan yang teramat pedih.
  • Penyempitan kubur oleh tanah.
        • Semua orang merasakan adzab cobaan ini, namun orang bertaqwa lebih mudah melewatinya, sementara orang fasiq merasakannya lebih lama.
  • Adzab atau nikmat kubur.
      • Dirasakan oleh ruh dan jasad.
      • Adzab kubur: siksaan bagi orang kafir (hingga hari kiamat) dan bagi orang beriman yang bermaksiat (tidak selamanya). 
      • Nikmat kubur: ruh-ruh orang beriman akan mengunjungi surga.
    • Adzab/nikmat yang dialami seseorang di sini menjadi isyarat di mana persinggahan terakhir mereka (neraka/surga).
    • Manfaatkan kehidupan dunia ini sebaik mungkin, agar Alam Barzakh dapat terlewati dengan ringan dan berlanjut ke surga.

<>

Fase Alam Barzakh
Setelah seorang hamba meninggalkan kehidupan alam dunia, ia melanjutkan ke fase Alam Barzakh atau kubur. Barzakh adalah bagian alam yang terletak di antara dua alam, yaitu di antara alam dunia dan akhirat.

Di antara dalil yang menunjukan kebenaran adanya alam ini adalah firman Allah Ta’ala ketika membalas perkataan dan angan-angan orang-orang kafir yang telah mati agar mereka bisa hidup kembali untuk beramal shalih (yang artinya), “Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah kalimat (agar bisa kembali hidup dan beramal) hanyalah dalih yang diucapkan saja. Sementara di depan mereka ada Alam Barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al-Mu’minun: 100).

Fase Alam Barzakh ini setidaknya terdiri tiga fase yang akan dilewati oleh setiap hamba. Yang pertama adalah fitnah kubur, selanjutnya adalah penyempitan kubur, dan yang ketiga adalah adzab atau nikmat kubur. 

Fitnah kubur
Fitnah kubur adalah ujian berupa pertanyaan malaikat yang ditujukan pada mayit jika telah dikuburkan. Isi pertanyaan tersebut adalah mengenai Tuhan, agama, dan nabinya. Banyak dalil yang membicarakan fitnah kubur, di antaranya dari Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Q.S. Ibrahim: 27).

Syaikh As-Sa’di menjelaskan bahwa ketika ajal menjemput, Allah menguatkan orang-orang yang beriman di atas agama Islam dan wafat dengan husnul khatimah. Allah pun meneguhkan keimanan para mukmin saat pertanyaan dua malaikat kubur, sehingga mereka dapat menjawab dengan benar. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, 401).

Adapun dalil dari sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hadits  “Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku bahwa sungguh kelak kalian akan diuji di dalam kubur-kubur kalian sebagaimana kalian akan diuji dengan fitnah Dajjal.” (H.R. Bukhari).

Siapa saja yang terkena fitnah kubur?
Pada dasarnya, seluruh manusia akan menjumpai fitnah kubur, baik dari golongan orang mukmin, munafik, maupun kafir. Namun perlu diketahui bahwa ada beberapa golongan manusia khusus yang tidak akan melewati fitnah kubur ini, di antaranya adalah para nabi dan rasul, orang-orang yang mendapat derajat ash-shiddiq, para syuhada perang, orang-orang yang melakukan ribath (berjaga di daerah perbatasan), dan orang-orang yang tidak terkena kewajiban untuk melaksanakan syariat seperti anak-anak yang masih belum baligh dan orang-orang gila. (Syarah Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/96-99).

Keadaan orang mukmin dan kafir saat fitnah kubur
Ketika ruh manusia dan jasadnya berada di kubur, datanglah dua malaikat –yaitu Munkar dan Nakir- yang bertanya tentang tiga perkara: siapa tuhannya, apa agamanya, dan siapa nabinya.

Seorang hamba yang mukmin dengan penguatan dari Allah akan dapat menjawabnya, “Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabiku”. Kemudian seketika itu datang seruan dari langit, “Hambaku telah benar, maka bentangkanlah permadani dari surga, pakaikanlah pakaian surga, dan bukakanlah pintu surga baginya.”

Sementara itu, orang-orang yang ragu -terlebih dari kalangan orang munafik dan kafir- akan menjawab pertanyaan tersebut dengan “Hah.. hah.. hah, aku tidak tahu. Aku pernah mendengar manusia mengatakan sesuatu, maka aku pun berkata hal yang sama.” Kemudian kedua malaikat tersebut memukulnya dengan palu dari besi berukuran besar. Maka seketika mayit tersebut berteriak sangat keras yang didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia. Seandainya manusia mendengarnya, mereka akan jatuh pingsan. 

Penyempitan kubur
Penyempitan kubur ini adalah peristiwa di mana seorang mayit akan merasakan penyempitan badan karena diapit oleh tanah. Para ulama berselisih pendapat terkait penyempitan kubur ini apakah termasuk adzab cobaan atau termasuk bentuk rahmat karena kerinduan tanah kepada jasad mayit yang tercipta dari tanah. Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang pertama, yaitu bahwasanya penyempitan kubur ini adalah salah satu adzab cobaan yang menyakitkan yang diterima oleh seorang hamba. Namun, cobaan ini akan mudah dilewati oleh orang-orang yang bertaqwa. Adapun orang-orang fasiq akan merasakan cobaan ini lebih lama.

Dalil-dalil tentang penyempitan kubur di antaranya adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Seandainya ada yang bisa selamat dari penyempitan kubur, maka akan selamatlah Sa’ad bin Muadz darinya.” (H.R. An-Nasa’i).

As-Suyuthi menukil perkataan dari Abul Qasim As-Sa’di, bahwa tidak ada yang selamat dari penyempitan kubur ini baik dari kalangan shalih maupun fasiq. Namun yang membedakan adalah penyempitan kubur yang diterima orang kafir bersifat terus menerus, sementara untuk orang beriman hanya pada saat awal ia dimasukkan ke kubur. (Hasyiyah As-Suyuthi ‘Ala Sunan An-Nasai, 2/406). 


Adzab dan nikmat kubur
Fase selanjutnya adalah antara adzab kubur atau nikmat kubur.

Adzab kubur diperuntukkan bagi orang-orang kafir dan sebagian orang mukmin yang bermaksiat. Namun adzab bagi mukmin pelaku maksiat tidak berlangsung selamanya. Adapun adzab untuk orang kafir akan berlangsung terus-menerus hingga hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zhalim ada adzab selain itu (adzab hari kiamat)” (Q.S. Ath-Thur: 47).

Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhu menafsirkan adzab yang dimaksud di atas adalah adzab kubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati dua kuburan. Lantas beliau bersabda, “Sesungguhnya kedua mayit dalam kubur tersebut sedang diazab. Mereka tidak diazab disebabkan melakukan perkara (dosa) yang besar.” (H.R. Bukhari).

Selain itu, ada kesepakatan para ulama terdahulu terkait adanya fitnah kubur, sebagaimana penegasan dari Imam Abu Hanifah, “Adzab kubur itu nyata adanya, tidak ada yang mustahil.” (Al-Khurasaniyyah, 427).

Adapun di antara dalil keberadaan nikmat kubur adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan jangan sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sesungguhnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Q.S. Ali-Imran: 169).

Di antara bentuk nikmat kubur sekaligus bukti kebenarannya diterangkan pada sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ruh-ruh orang mukmin, “Sesungguhnya jiwa seorang mukmin itu terbang dan hinggap di pohon-pohon surga, hingga Allah mengembalikan jiwa tersebut kepada jasadnya saat hari kebangkitan.” (H.R. Ahmad).

Imam Abu Dawud menjelaskan bahwa di antara nikmat yang lebih tinggi adalah untuk orang-orang yang mati syahid adalah jiwa mereka berada di lambung burung-burung surga; mereka menghampiri dan meminum sungai surga, dan juga memakan buah-buahan surga. (H.R. Abu Dawud).

Ruh dan jasad merasakan adzab atau nikmat kubur
Adzab maupun nikmat kubur pada dasarnya dirasakan oleh ruh dan jasad mayit. Ketika ruh-ruh mayit itu meninggalkan jasad -misalkan tatkala ruh seorang mukmin terbang di surga-, maka jasad itu tetap merasakan kenikmatan tersebut karena keduanya tidak berpisah sepenuhnya. Jasad tersebut masih punya keterkaitan dengan ruh. Ibnu Al-Izz Al-Hanafi menyebutkan kesepakatan umat bahwasanya nikmat dan adzab kubur itu dirasakan oleh jasad dan ruh secara bersamaan. (Syarah Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, 580-581) .

Renungan faidah hadits terkait alam kubur
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda terkait alam kubur, “Sesungguhnya alam kubur adalah tempat persinggahan pertama dari persinggahan-persinggahan akhirat. Barangsiapa yang selamat darinya, maka fase setelah itu akan lebih mudah baginya. Adapun jika ia celaka, maka fase setelahnya akan lebih berat baginya.” (H.R. At-Tirmidzi).

Kita dapat mengambil pelajaran berharga dari hadits tersebut, bahwasanya alam kubur adalah isyarat besar bagi setiap hamba apakah ia akan selamat atau celaka. Setelah hamba meninggal, ia akan langsung tahu di mana tempat akhirnya kelak di akhirat, apakah surga atau neraka.

Maka dari itu, manfaatkan ladang dunia untuk beramal shalih dengan sebaik-baiknya, karena jika seorang selamat dari azab kubur maka ia akan melewati fase setelahnya dengan lebih mudah. Adapun jika ia celaka, maka fase setelahnya akan lebih berat daripada alam kubur. 

<>

Penulis : Sakti Putra Mahardika (Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Pemuroja’ah : Ustadz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *