Iman kepada Malaikat : Tingkatan, Tugas, dan Faidahnya

Edisi 2001

<>

  • Malaikat: makhluk ghaib ciptaan Allah dari cahaya, yang senantiasa beribadah kepada Allah, namun tak memiliki sifat ketuhanan, tidak pula berhak disembah
  • Tingkatan iman kepada malaikat:
    • Minimal: mengimani bahwa malaikat itu ada, mereka adalah hamba dan ciptaan Allah, ada di antara mereka yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu kepada para nabi
    • Terperinci: mengimani kabar-kabar tentang malaikat dari Al Quran dan Hadits, baik itu terkait nama, sifat, maupun tugas mereka
  • Sifat umum malaikat: tercipta dari cahaya, bersayap, dapat berubah bentuk dengan izin Allah, mukmin dan mulia, memiliki kekuatan yang prima untuk beribadah dan cinta yang besar untuk selalu beribadah
  • Jumlah malaikat sangat banyak, beberapa ada yang kita ketahui nama dan tugasnya
  • Faidah beriman kepada malaikat: menyadarkan hamba akan keagungan Allah, bersyukur kepada Allah karena menjadikan malaikat sebagai perantara berbagai kebaikan, memupuk cinta dan memotivasi hamba untuk meningkatkan ibadahnya kepada Allah

<>

Iman kepada malaikat merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap orang Islam. Barangsiapa yang tidak memenuhi kadar minimal iman kepada malaikat, atau bahkan mendustakannya, maka ia telah terjerumus pada kufur akbar yang mengeluarkannya dari Islam.

Definisi Malaikat

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah memberikan definisi malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, yang senantiasa beribadah kepada Allah. Namun, malaikat tidak memiliki satu pun sifat khas sebagai tuhan maupun sebagai dzat yang berhak disembah. Allah menciptakan mereka dari cahaya dan memberi kemampuan istimewa berupa ketundukan yang sempurna terhadap perintah Allah dan kekuatan untuk melaksanakannya.” (Nubdzah Fi Al-Aqidah Al-Islamiyah, 31).

Tingkatan Iman Kepada Malaikat

Tingkatan beriman kepada malaikat ada dua. Tingkatan pertama adalah kadar minimal, yaitu keimanan yang bersifat global yang wajib dimiliki oleh setiap mukallaf (orang yang dikenai kewajiban menjalani syariat: orang yang baligh dan berakal). Tingkatan kedua adalah kadar keimanan yang terperinci.

Syaikh Shalih Al-’Ushaimi menyampaikan bahwa tingkatan iman yang minimal terkandung dua perkara, yaitu:
1) mengimani bahwa malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah
2) beriman bahwasanya ada di antara mereka yang diutus oleh Allah untuk turun membawa wahyu dari Allah kepada para nabi.
(Syarah Tsalatsatul Ushul Li Al-’Ushaimi, 55).

Sementara kalangan ulama terdahulu, di antaranya Imam Al-Baihaqi, memaparkan bahwa iman (minimal) kepada malaikat terdapat beberapa unsur, yaitu:
1) membenarkan dengan yakin adanya malaikat
2) beriman bahwasanya mereka adalah makhluk ciptaan Allah dan hamba-Nya
3) beriman bahwasanya ada di antara malaikat yang diutus oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendaki dari kalangan manusia.
(Syu’ab Al-Iman, 1/296)

Adapun tingkatan kedua yaitu iman yang terperinci maka didapatkan dengan mengimani berbagai kabar-kabar tentang malaikat dari Al-Qur’an dan hadis yang membicarakan tentang rincian nama, sifat, perbuatan, dan tugas-tugas mereka. Oleh karena itu, tingkatan kedua ini akan berbeda-beda di setiap orang, karena tergantung seberapa jauh pengetahuan dan wawasan ilmu tentang malaikat Allah. Syaikh Shalih Alu Syaikh menjelaskan terkait rukun iman kepada malaikat, bahwasanya siapa yang meyakini bahwa malaikat ini adalah makhluk Allah yang benar adanya dan ia mengimaninya, serta ia meyakini juga ada di antara mereka yang menjadi utusan menurunkan wahyu kepada para rasul, kemudian dengan perantara mereka risalah-risalah Allah tersampaikan, maka ia telah (sah) melaksanakan rukun iman yang kedua ini. Adapun yang lebih tinggi dari pada kadar tersebut, maka itu adalah derajat iman tafshili (terperinci) yang artinya manusia akan berbeda-beda tingkatan keimanannya sesuai dengan pengetahuannya.” (Syarah Tsalatsatul Ushul Li Shalih Alu Syaikh, 158).

Sifat Sifat Umum Malaikat

Para malaikat setidaknya memiliki sifat-sifat yang bersifat global dimiliki oleh semua malaikat, di antaranya:

1) Malaikat diciptakan Allah dari cahaya yaitu dari jasad yang berasal dari cahaya. Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya” (H.R. Muslim).

2) Malaikat diciptakan Allah memiliki sayap, ada yang berjumlah dua, tiga, empat, dan seterusnya. Hal ini sebagaimana firman Allah, 

<{ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ جَاعِلِ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُو۟لِىٓ أَجْنِحَةٍ مَّثْنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَ ۚ يَزِيدُ فِى ٱلْخَلْقِ مَا يَشَآءُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ}>

Segala puji bagi Allah Sang Pencipta langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan yang memiliki dua, tiga, empat sayap. Allah menambah dalam penciptaan (malaikat) sesuai kehendak-Nya” (Q.S. Fathir: 1).

3) Malaikat memiliki kemampuan untuk mengubah bentuk dirinya dengan izin Allah. Sebagaimana yang ada dalam kisah hadits Jibril ‘alaihissalam, di mana Malaikat Jibril berubah menjadi bentuk manusia.

4) Malaikat itu mukmin dan mulia, di antara mereka ada yang menjadi utusan (rasul), maka dari itu mereka terjaga pula dari dosa. As-Suyuthi menukil perkataan Al-Qadhi Abu Ya’la bahwasanya para ulama telah bersepakat akan hal ini. Begitu juga perkataan Ar-Razi bahwa para ulama sepakat bahwasanya para malaikat tidak makan, tidak minum, dan tidak menikah. (Al-Habaik Fii Akhbar Al-Malaik, 252 & 264).

5) Malaikat memiliki kekuatan ibadah yang amat kuat, memiliki cinta besar untuk selalu beribadah. Para malaikat senantiasa bertasbih siang malam dan tidak lelah, tidak sombong untuk beribadah kepada Allah bahkan sebaliknya mereka memandang ibadah adalah kenikmatan terbesar. Para malaikat tidak bermaksiat kepada Allah dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Taisir Al-Lathif Al-Mannan, 45).

Nama-Nama Malaikat Beserta Tugasnya

Pertama, Malaikat Jibril yang ditugaskan untuk membawa wahyu dari Allah. Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya memiliki 600 sayap yang dapat melingkupi ufuk semesta.

Kedua, Malaikat Mikail yang ditugaskan untuk menurunkan hujan, mengatur angin dan awan, menumbuhkan tetumbuhan, dan berbagai urusan dunia dengan perintah dari Allah. Malaikat Mikail memiliki kedudukan yang tinggi, mulia, dan memiliki beberapa pembantu-pembantu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Ketiga, Malaikat Israfil yang ditugaskan untuk meniup sangkakala. Tiupan sangkakala yang terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah tiupan yang mengagetkan dengan hancurnya alam semesta. Yang kedua tiupan kematian seluruh makhluk. Yang ketiga tiupan kebangkitan di hari akhir.

Keempat, Malaikat Maut yang ditugaskan untuk mencabut ruh para makhluk. Malaikat Maut akan berpenampilan sesuai amalan seorang hamba yang dicabut ruhnya. Apabila yang dicabut adalah ruh orang shalih, maka Malaikat Maut akan berpenampilan dalam bentuk terbaik dan indah. Sebaliknya, apabila yang dicabut adalah ruh orang fasiq, maka Malaikat Maut akan datang dalam rupa yang buruk, jelek, menakutkan dan sangat keras dalam mencabut nyawa.

Kelima, Malaikat Al-Mu’aqqibat yang ditugaskan untuk menjaga hamba pada keadaan diam maupun bergerak, tidur maupun bangun, dan dalam setiap kondisi seorang hamba. Malaikat Al-Mu’aqqibat ini akan senantiasa menemani hamba. Jika ada takdir Allah yang akan menimpa hamba, maka ia akan menyingkir.

Kenam, Malaikat Pencatat Amalan seorang hamba, baik amalan-amalan kebaikan maupun keburukan. Malaikat ini dalam Al-Qur’an disebut Al-Kiram Al-Katibin, atau lebih populer bagi sebagian ulama sebagai Raqib dan ‘Atid. Malaikat pencatat amalan ini ada yang berada di sisi kanan seorang hamba yang bertugas mencatat kebaikan dan ada yang berada di sisi kiri mencatat amalan keburukan.

Ketujuh, Malaikat Munkar dan Nakir yang bertugas untuk memberikan pertanyaan di kubur. Apabila seorang hamba dapat menjawabnya, maka keselamatan baginya. Adapun jika tidak dapat menjawabnya, maka akan dipukul oleh keduanya.

Kedelapan, Malaikat Penjaga Surga dan pemimpinnya adalah Malaikat Ridwan.

Kesembilan, Malaikat Penjaga Neraka yaitu Az-Zabaniyyah. Malaikat-malaikat utama penjaga neraka berjumlah sembilan belas, dan pemimpinnya adalah Malaikat Malik.

Kesepuluh, Malaikat Penyangga ‘Arsy yang berjumlah delapan malaikat.

Kesebelas, Malaikat yang bertugas berkeliling dan menghampiri majelis-majelis zikir.

Keduabelas, Malaikat yang bertugas menjaga gunung.

Ketigabelas, Malaikat yang bertugas menjaga ruh dan menulis takdir janin yang ada dalam kandungan.

Keempatbelas, Malaikat yang bertugas menziarahi Baitul Ma’mur di langit ke tujuh.

Kelimabelas, Malaikat-malaikat yang membentuk barisan shaf yang tidak pernah lelah, berdiri tidak pernah rukuk, ada yang terus rukuk, sujud, dan tidak pernah mengangkat dari sujud dan rukuk.

Keenambelas, malaikat-malaikat lain yang Allah tidak sebutkan nama, tugas, maupun jumlahnya yang amat banyak, sebagaimana firman Allah, 

<{وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِىَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ…}>

dan tiada yang mengetahui jumlah pasukan Allah (malaikat) kecuali Allah” (Q.S. Al-Mudatstsir: 31) (Ma’arij Al-Qabul, 2/810-825).

Faidah Keimanan Kepada Malaikat

Keimanan kepada malaikat memiliki beberapa pelajaran hikmah bagi seorang hamba, di antaranya:

Pertama, menjadikan hamba sadar dan mengetahui begitu agungnya kebesaran Allah, kekuasaann-Nya, kerajaan-Nya. Hal ini dikarenakan kebesaran makhluk menunjukan kebesaran sang Penciptanya.

Kedua, menjadikan hamba bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya dengan mengutus dan menjadikan malaikat perantara-perantara kebaikan bagi manusia.

Ketiga, menjadikan hamba cinta kepada malaikat karena kualitas ibadah mereka dan tergerak untuk semakin memperbaiki kualitas ibadahnya kepada Allah.
(Nubdzah Fi Al-Aqidah Al-Islamiyah, 33).

<>

Penulis : Sakti Putra Mahardika (Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi)

Muroja’ah: Ustaz Abu Salman B.I.S.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *