Beriman kepada Malaikat

———

  1. Beriman kepada malaikat merupakan salah satu dari 6 rukun iman
  2. Malaikat adalah makhluk ghaib yang Allah Ta’ala ciptakan dari cahaya, memiliki akal, selalu taat kepada-Nya, memiliki tugas masing-masing, serta senantiasa bertasbih.
  3. Kita wajib mengimani malaikat secara umum, jika tidak dijelaskan secara rinci oleh syariat. Allah Yang paling mengetahui rincian para malaikat-Nya.
  4. Kita wajib mengimani malaikat secara terperinci apabila terdapat dalil dan keterangan agama yang menjelaskannya, baik dalam hal nama, sifat, hingga bentuk fisik malaikat. Kita tidak boleh berbicara tentang rincian tersebut kecuali jika terdapat dalil yang valid.

5) Di antara faidah beriman kepada malaikat:

  1. a) Semakin mengetahui bahwa Allah Maha Agung.
  2. b) Semakin bersyukur atas nikmat Allah
  3. c) Semakin mencintai para malaikat

“Mereka (malaikat-malaikat) tidak henti-hentinya bertasbih siang dan malam.”

(Q.S. Al-Anbiya’ : 20)

————-

Beriman kepada malaikat merupakan salah satu bagian dari enam rukun iman, sebagaimana terdapat di dalam hadits yang sering disebut sebagai “hadits Jibril”. “Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah Ta’ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir baik dan buruk” (H.R. Muslim).

Banyak penjelasan dalam Al Quran yang menggandengkan antara iman kepada malaikat dengan iman kepada Allah Ta’ala. Salah satunya sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya”(Q.S Al-Baqarah: 285) (Al-Irsyad Ila Shahih Al-I’tiqad, hal.105).

Siapa Malaikat itu?

Malaikat adalah makhluk ghaib yang Allah Ta’ala ciptakan dari cahaya. Allah Ta’ala menjadikan mereka selalu taat dan tunduk kepada-Nya. Masing-masing dari mereka memiliki tugas yang Allah Ta’ala khususkan untuknya. Di antara tugas-tugas mereka:

Pertama, Malaikat Jibril diberi tugas untuk menyampaikan wahyu. Ia menyampaikan wahyu dari Allah Ta’ala kepada rasul-rasul-Nya.

Kedua, Malaikat Mika`il diberi tugas untuk mengatur hujan dan tumbuh-tumbuhan.

Ketiga, Malaikat Israfil diberi tugas sebagai peniup sangkakala ketika hari kiamat kelak.

Ketiga malaikat ini diberi tugas untuk misi kehidupan. Malaikat Jibril yang diberi tugas untuk menyampaikan wahyu yang mengandung kehidupan hati. Malaikat Mika’il yang diberi tugas mengatur hujan dan tumbuh-tumbuhan yang merupakan kehidupan di bumi dan Malaikat Israfil sang peniup sangkakala yang menghidupkan orang-orang pada Hari Kebangkitan kelak.

Oleh karenanya Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bertawasul dengan rububiyah Allah Ta’ala terhadap tiga malaikat ini pada doa iftitah ketika shalat malam. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam membaca, “Ya Allah Rabb Jibril, Mika`il dan Israfil” (H.R. Muslim) (Syarah Al-’Aqidah Al-Wasithiyyah, Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah, hal.40).

Di antara tugas malaikat yang lain selain dari tiga malaikat yang telah disebutkan adalah malaikat pencabut nyawa manusia atau biasa disebut malakul maut. Selain itu, ada juga malaikat pemikul ‘Arsy. Allah Ta’ala berfirman tentang malaikat pemikul ‘Arsy (yang artinya): “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya.” (Q.S. Ghafir: 7).

Ada empat malaikat yang selalu membersamai seorang manusia, dua di antaranya bertugas untuk menjaga manusia di dunia, yang satu berada di sisi depan manusia dan satu lagi di belakangnya, dua malaikat lagi yang bertugas untuk mencatat seluruh amalan yang dikerjakan oleh manusia, yang satu berada di sisi kiri dan satu lagi berada di sebelah kanan manusia.

Dan di antara para malaikat ada yang diberi tugas untuk mencabut ruh manusia. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kalian, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya” (Q.S. Al-An’am: 61). Dan tugas-tugas malaikat lainnya yang terdapat penjelasannya di dalam Al-Quran maupun As-Sunnah.

Cara beriman yang benar kepada malaikat

Sikap seorang mukmin dalam hal beriman kepada malaikat dapat terbagi menjadi dua. Pertama, beriman kepada malaikat secara umum pada hal-hal yang bersifat umum. Maksud dari hal-hal yang bersifat umum adalah hal yang tidak dijelaskan oleh syariat mengenai malaikat-malaikat tersebut.

Yang kedua, beriman kepada malaikat secara terperinci pada hal-hal yang syariat memang menjelaskan perinciannya, baik dalam hal nama-nama malaikat, jumlahnya, sifat-sifatnya, maupun tugas-tugasnya.

Contoh beriman secara terperinci dan umum dalam hal nama-nama malaikat

Dalam Al-Quran dan Hadits tidak disebutkan nama-nama malaikat kecuali sebagian nama-nama malaikat saja, di antaranya Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Munkar, dan Nakir. Maka nama-nama tersebut harus kita imani sebagaimana lafaz nama-nama tersebut terdapat di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Sementara itu, apa yang tidak dijelaskan syariat tentang nama-nama malaikat, maka kita beriman secara umum. Cara beriman secara umum seperti kita beriman bahwa Allah Ta’ala memiliki malaikat-malaikat dan masing-masing dari mereka memiliki nama yang Allah Ta’ala-lah lebih mengetahui akan nama-nama  malaikat tersebut, sedang kita tidak mengetahui.

Contoh beriman secara terperinci dan umum dalam hal sifat fisik malaikat

Di antara penjelasan tentang sifat-sifat malaikat yang terperinci terdapat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Aku diizinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat Allah pemikul ‘Arsy, yaitu antara daun telinga dengan pundaknya sejauh tujuh ratus tahun perjalanan.” (H.R. Abu Daud).

Di dalam hadits ini terdapat penetapan pundak, telinga, dan daun telinga pada salah satu malaikat pemikul ‘Arsy, maka sikap kita adalah beriman terhadap sifat-sifat terperinci pada malaikat tersebut. Segala apa yang tidak dijelaskan perinciannya, maka kita hanya beriman secara umum dan kita tidak boleh banyak berbicara tentang sifat-sifat malaikat kecuali jika terdapat dalil yang menjelaskannya.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui ilmunya. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Q.S. Al-Isra’: 36).

Di antara sifat-sifat malaikat yang dijelaskan oleh syariat adalah bahwa malaikat diciptakan dari cahaya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Malaikat diciptakan dari cahaya.” (H.R. Muslim dan Ahmad).

Malaikat juga memiliki sayap-sayap. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.” (Q.S. Fatir: 1).

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Jibril dengan 600 sayap.” (H.R. Bukhari) (Syarah Ad-Durus Al-Muhimmah lil ‘Ammatil Ummah, hal.62).

Apakah malaikat itu berakal?

Para malaikat tentu adalah makhluk yang berakal. Allah Ta’ala memuji mereka dengan sifat-sifat yang mulia di banyak ayat. Apakah mungkin Allah Ta’ala memuji para malaikat sedangkan meraka yang dipuji tidak berakal?. Allah Ta’ala menyifati malaikat sebagai makhluk yang tidak pernah durhaka atas perintahnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim: 6).

Allah Ta’ala juga memuji para malaikat dengan sifat makhluk yang selalu bertasbih memujinya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Mereka (malaikat-malaikat) tidak henti-hentinya bertasbih siang dan malam. (Q.S. Al-Anbiya’ : 20).

Faidah yang didapat dari beriman kepada malaikat

1) Kita semakin mengetahui betapa Maha Agungnya Allah Ta’ala, Maha Kuat, dan Maha Kuasa. Mengapa demikian? Karena keagungan dan kehebatan suatu makhluk menunjukkan akan agung dan hebatnya penciptanya,

2) Bersyukur atas nikmat Allah Ta’ala, berupa perhatian penuh Allah Ta’ala kepada manusia. Allah Ta’ala telah mewakilkan kepada para malaikatnya untuk menjaga manusia, mencatat segala amal perbuatan mereka, dan segala perbuatan baik malaikat terhadap manusia.

3) Mencintai para malaikat, dikarenakan apa yang telah mereka kerjakan berupa ibadah-ibadah kepada Allah Ta’ala (Nubdzah fi Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah, hal 34).

Ditulis oleh Muhammad Bimo Prasetyo, A.Md. (Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)

Dimurajaah oleh Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *