Pelajaran Agar Bisa Rendah Hati

Edisi 1932

<>

  • Tiada alasan untuk menyombongkan diri:
    • Semua ini milik Allah dan pemberian-Nya
    • Kita hanyalah tercipta dari air mani
    • Awalnya kita lemah, dan akhirnya pun kembali lemah dan mati
  • Kesombongan itu membinasakan:
    • Ambil pelajaran dari Qarun, Fir’aun, dan Abu Lahab. Mereka dikaruniai kelebihan namun menolak kebenaran
    • Akibatnya, kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan yang disombongkan justru berujung pada kebinasaan
  • Rendah hati:
    • Mengakui dan mengikuti kebenaran, serta tidak menganggap kita lebih tinggi dari yang lain
    • Perintah Allah untuk kita, khususnya saat berinteraksi dengan orang lain
    • Perlu latihan, termasuk bagi yang merasa banyak beribadah
    • Niatkan tulus karena Allah, bukan untuk mengejar dunia seperti agar dipuji atau mendapat simpati
    • Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan teladan rendah hati dalam kesehariannya

<>

Tanpa disadari, seringkali hati manusia melakukan dosa. Terkadang orang merasa tinggi hati saat Allah Ta’ala berikan berbagai macam kenikmatan padanya. Karena memiliki harta, jabatan, kecerdasan, bahkan amalan ketaatannya, seseorang menyombongkan dirinya. Dia lupa dengan hakikat siapa sebenarnya dirinya.

Tiada alasan untuk menyombongkan diri

Di antara sebab seseorang menyombongkan diri adalah karena dia merasa “lebih” dibandingkan dengan orang lain. Lebih kaya, lebih cerdas, lebih berilmu, dan lainnya yang membuatnya merasa lebih berharga dibandingkan orang lain. Dia merasa dirinyalah orang yang paling penting, yang paling demikian dan demikian, berbagai hal tidak bisa tercapai tanpa dia.

Apakah dia lupa bahwa dulu dia hanyalah keratan daging dalam rahim ibunya yang Allah Ta’ala ciptakan dari setitik air mani?

<{أَوَلَمْ يَرَ ٱلْإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقْنَٰهُ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ}>

“Tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” (Q.S. Yasin: 77).

Manusia sering lupa siapa dirinya.  Semua kehebatan yang ia sombongkan itu adalah pemberian Allah Ta’ala. Kehebatan itu akan hilang dari dirinya, dia akan kembali lemah dan akhirnya akan mati meninggalkan segala yang dia sombongkan itu.

<{ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ}>

“Allah-lah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan  setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.” (Q.S. Ar Ruum: 54).

Kesombongan itu membinasakan
Ambillah pelajaran dari Qarun, Fir’aun, dan Abu Lahab. Sejarah telah menuliskan nama-nama tokoh yang binasa dengan kesombongannya. Jika seseorang congkak karena memiliki banyak kekayaan, cukuplah akhir kehidupan Qarun menjadi pengingatnya. Allah Ta’ala telah menganugerahkan harta yang melimpah kepada Qarun.

<{إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ مِنَ ٱلْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلْعُصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْفَرِحِينَ}>

“Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat… (Q.S. Al Qashash: 76).

Lantas ia merasa bahwa kekayaan itu karena kepintarannya dalam mencari harta.

<{قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِىٓ ۚ}>

“Qarun berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku’.” (Q.S. Al Qashash: 78).

Kemudian Allah Ta’ala benamkan dia ke dalam bumi bersama dengan apa yang ia sombongkan. Seluruh harta dan kepintaran yang ia sombongkan lenyap dan tak mampu menyelamatkannya sedikit pun. 

<{فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ}>

“Lalu, Kami benamkan dia bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.” (Q.S. Al Qashash: 81).

Adapun Fir’aun, kekuasaan dan kedudukan yang disombongkannya akan mengantarkannya kepada kebinasaan. Walau berbagai bukti kebenaran telah Nabi Musa ‘alaihissalam bawa di depan matanya, Fir’aun tetap sombong, bahkan berencana membinasakan Nabi Musa ‘alaihissalaam dan pengikutnya. 

<{وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ ٱلْبَحْرَ فَأَنجَيْنَٰكُمْ وَأَغْرَقْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ}>

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (Q.S. Al Baqarah: 50).
Sedangkan Abu Lahab, beliau adalah salah satu orang yang paling menentang dakwah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dia sombong karena terus menolak kebenaran yang datang kepadanya.

“…Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (H.R. Muslim no. 91).
Abu Lahab akhirnya binasa. Bahkan Allah Ta’ala telah mengabarkan kebinasaannya semenjak Abu Lahab masih hidup. 

<{تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ}>

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa” (Q.S. Al Lahab: 1).

Perintah untuk rendah hati

Sombong adalah perangai tercela dan sangat dilarang oleh Allah Ta’ala.  Sebaliknya, Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk bersikap rendah hati (tawadhu’).

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku untuk memiliki sifat rendah hati. Janganlah seseorang menyombongkan diri dan melampaui batas pada yang lain.” (H.R. Muslim no. 2865).

Di antara dalil bahwa sikap rendah hati adalah sikap mulia dan diperintahkan oleh Allah Ta’ala adalah apa yang dinasihatkan Luqman Al Hakim yang diabadikan dalam ayat Al Qur’an,

<{وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ}>

<{وَٱقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَٱغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلْأَصْوَٰتِ لَصَوْتُ ٱلْحَمِيرِ}>

Dan janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. Lukman: 18-19).

Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud memalingkan wajah pada ayat di atas adalah memalingkan karena sombong dan congkak. Adapun maksud sederhana dalam berjalan adalah berjalan dengan rendah hati dan tenang, tidak angkuh, sombong, maupun memperlihatkan kelemahannya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 648).

Rendah hati itu perlu dilatih

Seseorang perlu berlatih untuk rendah hati, karena rendah hati itu berat. Orang yang rendah hati adalah orang yang tunduk mengakui dan mengikuti kebenaran, baik dalam keadaan senang, sedih, bahkan dalam keadaan marah. Ia tidak menilai dirinya lebih tinggi dari orang lain, tidak pula menilai bahwa semua orang membutuhkan dirinya. (At Tawadhu’ fii Dhau`il Quranil Karim was Sunnah Ash Shahihah, hal. 8). 

Sebagai contoh, saat bertemu dengan orang yang lebih tua darinya, dia akan mengatakan “Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal shalih dariku, maka ia lebih baik dariku”. Jika ada orang lainnya yang lebih muda darinya, dia katakan, “Aku telah lebih dahulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih baik dariku”.
Sikap rendah hati perlu dilatih bagi setiap orang, termasuk orang yang merasa sudah banyak beribadah, karena terkadang seseorang sombong karena merasa telah banyak beramal. Sombong karena sudah bersedekah banyak, sudah lama ikut kajian, sudah dakwah kemana-mana, dan seterusnya. Dia lupa bahwa itu semua adalah pemberian dari Rabbnya Azza wa Jalla..


Merendah untuk meroket

Sikap rendah hati yang diperintahkan adalah rendah hati karena Allah Ta’ala, bukan karena dunia. Rendah hati karena dunia di antaranya adalah bersikap rendah hati supaya mendapatkan simpati atasan, atau agar dinilai sebagai orang yang rendah hati. Hal ini justru dapat menimbulkan riya` dan kesombongan, padahal riya` termasuk dosa yang berbahaya.

“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hamba Nya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya.” (H.R. Ahmad no. 6509, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib no. 25).

Kerendahan hati Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Seorang muslim bisa menjadikan kerendahan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan dalam bersikap. Di antara sikap rendah hati beliau adalah tidak malu bergaul dengan penduduk desa, tidak segan membonceng para sahabat, turut membangun parit saat perang Khandaq, mengerjakan pekerjaan rumah semisal menjahit pakaian dan memperbaiki sandalnya, ramah terhadap anak kecil, dan masih banyak lagi.

Semoga kita diberikan kemudahan oleh Allah Ta’ala untuk meneladani kerendahan hati Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan terhindar dari kesombongan.

<>

Penulis : Apt. Pridiyanto, S.Farm. (Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Pemuroja’ah : Ustadz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *