Jujurkah Kerinduanku pada Ramadhan?

Edisi 1933

  • Menghadapi Ramadhan, sebagian orang terus bermunajat dan mempersiapkan diri, sementara lainnya biasa saja.
  • Agar dapat bersemangat dengan Ramadhan, ketahui berbagai keutamaannya:
    • Diturunkannya permulaan Al Quran di dalamnya, di lailatul qadar
    • Di antara momen untuk mendapat hidayah & memperbaiki diri
    • Salah satu waktu terkabulnya doa-doa
    • Ada kesempatan mendapat ampunan dan dibebaskan dari neraka di setiap malamnya
    • Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu
    • Dengan hikmah-Nya, Allah mewajibkan puasa di bulan ini, dan itulah perisai dari siksa neraka
    • Pahala yang berlipat ganda

<>

Momen ini terulang lagi, ketika kita kembali dihadapkan dengan dekatnya Ramadhan. Mungkin kita sudah berpuluh kali menjumpainya. Namun, suasana hati kita semua ketika  mengalami kembali situasi ini, boleh jadi berbeda-beda.

Sebagian orang terus bermunajat dan mempersiapkan diri, berharap ia masih memiliki sisa waktu untuk bertemu lagi dengan bulan ini. Sebagian lainnya mungkin ada yang merasa kalau semakin ke sini, suasana Ramadhan semakin kurang berkesan. Boleh jadi ada banyak faktornya.

Seharusnya bulan Ramadhan setiap tahun sama saja: sama-sama spesial, mulia, dipenuhi beragam keutamaan. Di antara sekian banyak faktor rasa tidak berkesan itu, bolehkah kita menduga bahwa salah satu sebabnya adalah mungkin karena kita ini memang sudah tidak lagi merindukan Ramadhan? Lisan boleh saja menyebut-nyebut kerinduan akan kedatangannya. Namun coba tanyakan lagi pada diri sendiri, masih jujurkah kerinduan kita pada bulan Ramadhan?

Pilihan untuk jujur pada diri sendiri tentu patut diapresiasi. Kita perlu menyadari masalah yang sedang kita alami, barulah kemudian kita dapat berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika setelah bertanya kepada diri sendiri, memang dirasa kalau kita ini masih belum merindukan Ramadhan atau masih ragu apakah kita rindu atau tidak kepadanya, mungkin kita perlu kembali berkenalan dari awal dengan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan.

Bulan turunnya Al Qur’an

Saking banyaknya keutamaan dan keberkahan pada bulan spesial ini, mungkin tulisan kecil ini hanya dapat menyebutkan sebagiannya saja. Di antara keutamaan besar bulan Ramadhan telah termaktub dalam firman Allah Ta’ala

<{شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}>

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.(Q.S. Al-Baqarah : 185).

Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an -pedoman hidup kita- pada bulan Ramadhan di lailatul qadar. Al-Qur’an adalah sumber hidayah yang mengantarkan seluruh manusia menuju kebenaran. Barangsiapa menyaksikan kehadiran bulan ini dalam keadaan sehat dan mukim, hendaklah ia berpuasa pada siang harinya. Selain itu, terdapat kemudahan bagi orang sakit dan musafir untuk tidak berpuasa, namun mereka harus mengqadha yang sesuai dengan jumlah hari itu. (Tafsir Al-Muyassar hal. 28)

Bulan hidayah

Ayat ini mengandung perintah untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Ini menjadi dalil wajibnya puasa Ramadhan. Perlu diingat bahwa semua perintah Allah itu didasari oleh hikmah dan kasih sayang kepada para hamba-Nya. Puasa mengajarkan arti kesabaran kepada kita. Ibadah ini mengajarkan betapa besarnya manfaat mengontrol diri, tidak hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari berbagai bentuk kemaksiatan. 

Banyak sekali saudara kita yang kesehariannya mengalami ketergantungan pada perbuatan maksiat. Mereka sebenarnya sudah lelah dan ingin sekali untuk berhenti karena memang kemaksiatan itu tak berguna, paling-paling hanya mendatangkan kesenangan semu sekejap saja. Namun, mereka merasa tak mampu untuk melakukannya. Kemudian di bulan Ramadhan mereka mendapat hidayah dari Allah dengan menyadari bahwa sebenarnya mereka punya kekuatan untuk menahan diri, menyadari kalau mereka masih punya harapan untuk merdeka dan mengambil alih kontrol diri dari ketergantungan pada maksiat yang sama sekali tak berguna itu. Lihatlah, atas taufiq dari Allah, Ramadhan telah menjadi jalan awal mereka untuk meraih versi terbaik dirinya.

Tidak hanya sampai di situ saja, Allah pun menjanjikan kita dengan berbagai macam keutamaan lainnya yang tak kalah harganya jika kita mau beribadah dengan ikhlas di bulan Ramadhan ini.

Bulan penuh ampunan dan waktu mustajab doa

Pada setiap malam bulan Ramadhan, ada kesempatan untuk dibebaskan dari siksa neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah membebaskan orang-orang dari neraka, dan itu terjadi pada setiap malam (bulan Ramadhan). (H.R. Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani).

Bulan Ramadhan juga termasuk waktu dikabulkannya doa. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan. (H.R. Al Bazzar, Al-Haitsami menilai perawinya tsiqah).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.”. (H.R. At Tirmidzi, beliau menilai hadits ini hasan). Berdasarkan redaksi hadits di atas, setiap waktu di bulan Ramadhan adalah waktu dikabulkannya doa. 

Terbukanya pintu surga, tertutupnya pintu neraka

Begitu banyak kebaikan yang ada pada bulan Ramadhan, sampai-sampai Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai bulan yang penuh berkah, Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. (H.R. An-Nasa’i, dinilai shahih oleh Al-Albani).

Tidak hanya sampai di situ saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. (H.R. Bukhari & Muslim).

Ibadah puasa dalam bulan Ramadhan juga merupakan perisai dari siksa neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dibukanya pintu surga ketika Ramadhan dikarenakan banyaknya amal shalih dan berharap kepada Allah. Dan ditutupnya pintu neraka ia dikarenakan sedikitnya maksiat yang dikerjakan oleh orang-orang yang beriman (Majalis Syahri Ramadhan lil ‘Utsaimin hal. 15). Begitu luas kasih sayang Allah Ta’ala kepada para hamba-Nya yang beriman.

Pahala berlipat di bulan penuh rahmat

Allah Ta’ala menjanjikan ganjaran yang amat besar di bulan Ramadhan. Dan janji Allah pasti benar, tiada dusta sedikit pun di dalamnya. Ibrahim An-Nakha’i rahimahullah berkata, “Puasa sehari di bulan Ramadhan lebih utama dari puasa seribu hari di luar Ramadhan. Satu bacaan tasbih di bulan Ramadhan lebih utama dari seribu bacaan tasbih di hari lainnya. Begitu juga pahala satu rakaat shalat di bulan Ramadhan lebih baik dari seribu rakaat di bulan lainnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 270)

Termasuk pula bersedekah di bulan Ramadhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (H.R. Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Hafizh Abu Thahir).

Pikirkan sekali lagi..

Sekali lagi, begitu banyak keutamaan dan berbagai bentuk keberkahan bulan Ramadhan, sehingga mungkin tulisan ini belum bisa mencakup seluruhnya. Oleh karena itu, jujurlah, dan mari pikirkan sekali lagi. Bukankah ini waktu yang tak biasa? Bukankah bulan ini begitu spesial? tidakkah kita merindukannya?

Semoga Allah berikan kita taufiq-Nya agar kita bisa merindukan Ramadhan, dan mampu mempersiapkan diri dengan maksimal di detik-detik perjumpaan dengannya ini. Semoga Allah pertemukan kita semua dengan bulan Ramadhan tahun ini, dan menjadikan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan terbaik kita semua, sebagai jalan awal untuk menjadi versi terbaik di seluruh sisa hidup kita nantinya.

 

Penulis : Reza Mahendra (Alumnus Ma’had Al-’Ilmi Yogyakarta)

Pemuroja’ah : Ustadz Abu Salman, B.I.S.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *