Musibah dari Sudut Pandang Lain: Sebab & Hikmahnya

  • Dunia adalah ladang ujian. Istirahat dan kebahagiaan yang sempurna hanyalah di surga kelak.
  • Musibah dapat disebabkan karena dosa yang diperbuat.
  • Setiap orang mengalami musibah, siapa pun itu. Bentuk musibahnya pun dapat bermacam-macam. Yang terberat ujiannya adalah para Nabi.
  • Hikmah di balik musibah bagi hamba:
    • Dihapus dosa-dosanya.
    • Ditinggikan derajatnya oleh Allah, seiring beratnya ujian.
    • Menyadarkan seseorang tentang betapa banyak dosanya serta betapa lemahnya ia. Ia pun bermuhasabah dan bertaubat sehingga semakin dekat dengan Allah.
    • Tanda kasih sayang dari Allah.
    • Bisa jadi ada kebaikan lain yang belum diketahui.

“Maka mungkin kalian membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S. An-Nisaa`: 19)

  • Bersabar bukanlah kelemahan, melainkan suatu anugerah, kekuatan, dan pemicu datangnya pertolongan Allah.

<>

Musibah merupakan suatu fenomena yang sering kita dengar, bahkan telah akrab di telinga kita dalam beberapa waktu terakhir, baik di bumi pertiwi maupun di mancanegara. Musibah tersebut berupa gempa bumi, banjir, erupsi, atau pun lainnya. Banyak pihak yang mengklaim bahwa musibah ini terjadi karena adanya ini dan itu. Namun bagaimanakah musibah dalam sudut pandang Islam? Apa penyebab dan hikmahnya?

Sebab datangnya musibah

Setiap orang yang beriman hendaknya mengetahui bahwa musibah yang datang merupakan bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepadanya. Ujian tersebut dapat meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah. Terlebih lagi apabila ia bersabar, maka ujian tersebut dapat menggugurkan dosa-dosanya. Ujian yang berat akan dibalas dengan pahala yang besar pula. 

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian. Dan jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (H.R. At Tirmidzi dan Ibnu Majah no. 4031, dipandang hasan oleh Syaikh Al Albani).

Dalam hadis lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allah membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa.” (H.R. At-Tirmidzi no. 2398).

Musibah-musibah yang terjadi adalah akibat dosa-dosa yang diperbuat anak Adam. Dengan adanya musibah ini, semoga kita semakin ingat kepada Allah dan kembali bertaubat kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar, taubat).” (Q.S. Ar Ruum: 41).

Semua orang pasti diuji

Ujian itu tak pandang bulu, entah ia kaya atau miskin, tua atau muda, semua pasti sedang atau akan mendapatkan ujiannya masing-masing. Bentuk ujiannya pun bermacam-macam. Ujian dapat berupa kesulitan atau kelapangan. Setiap hamba akan kembali kepada Allah Ta’ala untuk dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatannya, apakah dia bisa bersabar dengan ujian yang diberikan atau dia justru kufur kepada Allah. 

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kalian dikembalikan.” (Q.S. Al-Anbiyaa` : 35).

Ujian tak hanya berupa bencana alam, ada juga yang diuji dengan himpitan keuangan, kekerasan dalam rumah tangga, atau berbagai macam ujian lainnya. Jadi -sebagaimana manusia yang lain- kita juga ditimpa musibah atau ujian yang beraneka ragam. Bisa jadi ujian yang dialami orang lain lebih berat dan besar.

Musibah yang kita alami sekarang tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan musibah yang dihadapi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para nabi sebelumnya. 

Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya, beliau berkata, “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?”  Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi.” (H.R. At Tirmidzi no. 2398).

Banyak kebaikan yang terkandung

Terkadang musibah yang melanda bisa mendatangkan banyak kebaikan. Selain dapat meninggikan derajat dan menghapus dosa, ujian yang hadir dapat menyadarkan kita akan lemahnya diri ini dan butuhnya kita terhadap Allah Ta’ala. Ada juga yang tersadarkan bahwa kebanggaan (ujub) terhadap kekayaan dunia yang ia miliki dapat sirna dalam sekejap mata.

Maka yakinlah saudaraku, bahwa ada kebaikan dan hikmah di balik ujian dan musibah yang menimpamu. Bahkan sekiranya ujian tersebut tidak datang, bisa jadi kondisimu akan lebih buruk. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian.” (Q.S. Al-Baqarah: 216).

Allah Ta’ala juga berfirman dalam ayat yang lain (yang artinya), “Maka mungkin kalian membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S. An-Nisaa` : 19).

Tiada kegembiraan sempurna kecuali di akhirat

Dunia adalah tempatnya ujian dan cobaan. Tidak ada manusia yang hidup terlepas dari keduanya. Selama kita masih hidup di dunia, maka kita harus bersiap dengan segala ujian yang menghadang. Maka bersabarlah saudaraku, tiada istirahat yang paripurna dan tak ada kegembiraan yang sempurna, melainkan hanya di akhirat kelak

Tambahan

Sabar bukan berarti lemah

Ketika seseorang memilih untuk bersabar, bukan berarti ia lemah tak berdaya, diam, dan tidak melakukan sesuatu. Sebaliknya, sabar adalah sumber kekuatan dan dapat mendatangkan pertolongan Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (Q.S. Al-Baqarah: 45).

Sabar adalah anugerah

Salah satu anugerah terbesar yang Allah Ta’ala berikan adalah kesabaran. Siapa yang meraihnya maka ia telah mendapatkan kebaikan yang banyak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada sebuah anugerah yang lebih baik dan lebih besar bagi seseorang daripada kesabaran.” (H.R. Muslim).

Anugerah yang diberikan oleh Allah Ta’ala berupa keberkahan, rahmat, dan petunjuk-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (Q.S. Al-Baqarah: 155).

“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan berkah yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka (Allah), dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah: 157).

Mengasah diri untuk bersabar

Melihat keutamaan sabar di atas, semestinya hal tersebut dapat menjadikan seseorang berkeinginan kuat untuk mengasah diri dalam bersabar. Terlebih, Allah Ta’ala sendiri yang memerintahkan hamba-Nya agar senantiasa memupuk dan menguatkan kasabaran.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian, kuatkanlah kesabaran kalian, tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian), dan bertakwalah kepada Allah, supaya kalian beruntung.” (Q.S. Ali-Imran : 200).

Dengan demikian, mengasah diri di atas kesabaran merupakan ciri seorang mukmin dan kewajiban bagi kita semua. Maka bersabarlah dengan kesabaran yang indah.

Semoga tulisan yang sedikit ini menjadi bekal utama bagi kita untuk mengasah dan memupuk diri di atas kesabaran.

“Wahai Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (Q.S. Al-A’raf: 126).

<>

Penulis : Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd. (Redaktur Pelaksana Buletin At-Tauhid), disarikan dari https://muslim.or.id/81330-di-balik-musibah-yang-menimpa.html dan https://muslim.or.id/81860-kesabaran-yang-terbatas.html

Pemurojaah :  Ustadz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *