Sifat Shalat Nabi ﷺ

<<<>>> 

Shalat adalah ibadah yang terbilang paling penting:

– Rukun Islam setelah 2 kalimat syahadat

– Amalan yang pertama dihisab di hari kiamat

– Tiang agama

– Sederet keutamaan lainnya

 

Shalat yang benar adalah yang sesuai ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (H.R. Bukhari, no. 6008).

 

Tata cara shalat ringkas:

  • Sebelum shalat: bersuci dari hadats kecil dan besar, datang dengan tenang, masuk dengan kaki kanan sembari membaca doa masuk masjid. Apabila keluar, dahulukan kaki kiri sembari membaca doa keluar masjid.
  • Berdiri menghadap kiblat dengan khusyu`, lalu berniat.
  • Takbiratul Ihram
  • Membaca doa iftitah / istiftah
  • Membaca Surat Al Fatihah dan surat lainnya
  • Ruku’ & tuma’ninah
  • I’tidal & tuma’ninah
  • Sujud & tuma’ninah
  • Duduk di antara 2 sujud & tuma’ninah
  • Bangkit ke rokaat selanjutnya
  • Tasyahhud awwal & akhir, membaca doa perlindungan
  • Salam


<<<>>>

 

 

Shalat adalah ibadah yang terbilang paling penting dalam syariat Islam. Bagaimana tidak, shalat adalah rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat, shalat merupakan amalan yang paling pertama dihisab (diperhitungkan) pada hari kiamat, merupakan tiang agama, serta sederet keutamaan lainnya.

Namun shalat yang benar adalah shalat yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (H.R. Bukhari, no. 6008).

Berikut ini kami paparkan secara ringkas sifat (contoh) shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan keterangan dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Sebelum Shalat

Seorang muslim yang akan melakukan shalat diwajibkan untuk bersuci terlebih dahulu dari hadats kecil maupun hadats besar. Kemudian dianjurkan untuk mendatangi shalat dengan tenang dan sopan.

Lalu memasuki masjid dengan mendahulukan kaki kanan sembari membaca do’a “Bismillah, wash sholaatu was salaamu ‘alaa rosuulillaah. Alloohummaghfirlii dzunuubii, waftahlii abwaaba rohmatik”,

Yang artinya “Dengan menyebut nama Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah atas Rasulullah. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu.” (H.R. Abu Dawud, no. 465).

 

Ketika keluar masjid mendahulukan kaki kiri sembari membaca do’a seperti masuk masjid, dengan mengganti kata “rohmatik” menjadi “fadhlik”, sehingga arti keseluruhannya,

“Dengan menyebut nama Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah atas Rasulullah. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah bagiku pintu-pintu karunia-Mu.” (H.R. Ahmad, IV/282).

 

Sifat Shalat

  • Berdiri

Hendaknya dia menghadapkan hatinya kepada Allah dengan khusyu’. Kemudian dia berdiri menghadap kiblat. Tidak perlu melafazhkan niat shalat dengan lafazh-lafazh tertentu karena hal tersebut tidak pernah diajarkan oleh Nabi. Namun cukup dalam hati saja.

 

  • Takbiratul Ihram

Takbiratul Ihram dengan membaca ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar), sembari mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya atau telinganya. Tata cara seperti ini dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:

  • Ketika mengucapkan takbiratul ihram
  • Ketika akan rukuk
  • Ketika bangun dari rukuk
  • Ketika berdiri dari tasyahhud awal, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits-hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Lalu meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya di atas atau bawah pusar, atau di dadanya. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan mengarahkan penglihatannya ke tempat sujud.

 

  • Membaca Doa Iftitah

Kemudian membaca salah satu doa iftitah/istiftah yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, semisal “Subhaanaka Alloohumma wa bihamdika, wa tabaarokasmuka, wa Ta’alaa jadduka, wa laa ilaaha ghoiruka”, yang artinya, “Maha suci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu. Maha Suci nama-Mu. Maha Tinggi kemuliaan-Mu. Tiada Ilah yang berhak disembah dengan benar selain Engkau.”

 

  • Membaca Al-Fatihah dan Ayat atau Surat lain

Kemudian membaca ta’awwudz, basmalah, dan Al-Fatihah. Setelah membaca Al-Fatihah, mengucapkan AAMIIN”, yang artinya “kabulkanlah”. Kemudian setelah itu membaca surat. Pada rakaat pertama dan kedua dianjurkan membaca surat-surat berikut:

  • Pada shalat fajar membaca surat-surat panjang (thiwal mufashshal) yaitu dari surat Qaf sampai surat Al-Mursalat.
  • Pada shalat Maghrib membaca surat-surat pendek (qishar mufashshal) yaitu dari surat Ad-Dhuha sampai surat An-Naas.
  • Pada shalat selain keduanya membaca surat-surat yang panjangnya sedang, yaitu dari surat An-Naba’ sampai surat Al-Lail.

 

Bacaan pada shalat-shalat yang dikerjakan pada malam hari dikeraskan (jahr). Sedangkan pada shalat-shalat yang dikerjakan pada siang hari, dibaca tanpa mengeraskan suara (sirr). Kecuali pada shalat Jum’at, shalat ‘Ied, shalat Gerhana, dan shalat Istisqa’, maka dibaca dengan keras.

 

  • Rukuk

Kemudian membaca takbir sambil mengangkat tangannya seperti saat takbiratul ihram lalu rukuk dengan tuma’ninah. Dalam rukuknya dia meletakkan kedua telapak tangannya pada lutut, kepala sejajar dengan punggung. Lalu membaca salah satu do’a rukuk yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, semisal, “Subhaana Robbiyal ‘Azhiim”, yang artinya, “Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung” sebanyak tiga kali.

 

  • I’tidal (Bangkit dari Rukuk)

Kemudian bangkit dari rukuk dengan tuma’ninah seraya mengangkat kedua tangannya sambil membaca “Sami’alloohu liman hamidah”, yang artinya “Semoga Allah mendengar hamba-hamba yang memuji-Nya” (baik ketika menjadi imam ataupun pada waktu shalat sendirian).

Kemudian saat berdiri tersebut membaca,

Robbanaa wa lakalhamdu, hamdan katsiiron, thoyyiban, mubaarokan fiih, mil`as samaa`i, wa mil`al ardhi, wa mil`a maa syi`ta min syai`in ba’du”, yang artinya “Yaa Rabb kami, segala puji bagi-Mu, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak. Yang baik dan penuh berkah sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu”.

 

Atau membaca dengan lafadz yang lebih ringkas, semisal “Robbanaa walakal hamdu”, yang artinya “Yaa Rabb kami, segala puji bagi-Mu”.

 

  • Sujud

Kemudian membaca takbir dan turun sujud dengan tuma’ninah. Saat turun sujud, dia mendahulukan kedua lututnya kemudian tangannya disertai tuma’ninah. Namun terdapat pula dalam keterangan lain dibolehkan mendahulukan kedua tangan lalu lututnya. Kemudian dia sujud dengan tujuh anggota badannya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku diperintahkan sujud di atas tujuh anggota badan, yaitu wajah seraya menunjukan ke hidung beliau, kedua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung telapak kaki. (H.R Al-Bukhari, ll/207 dan Muslim, no. 490). Dalam sujudnya dia membaca salah satu doa yang shahih dalam sujud, semisal “Subhaana Robbiyal A’laa”, yang artinya “Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi”.

 

  • Duduk di Antara Dua Sujud

Kemudian bangun dari sujud dengan mengucapkan takbir, lalu duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Inilah yang disebut dengan tata cara duduk Iftirasy. Semua jenis duduk dalam shalat dilakukan dengan tata cara duduk iftirasy kecuali pada tasyahhud akhir (yaitu pada shalat yang di dalamnya terdapat dua tasyahhud: awal dan akhir). Pada tasyahhud akhir hendaklah ia duduk tawarruk, yaitu merebahkan telapak kaki kanan di atas lantai dan menjulurkan kaki kiri dari bawah kaki kanan.

 

Saat duduk di antara dua sujud tersebut membaca salah satu doa yang shahih, semisal “Robbighfirlii, warhamnii, wahdinii, warzuqii, wajburnii wa ‘aafinii”, yang artinya “Yaa Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rezeki, cukupkanlah aku dan berilah aku keafiatan”.

Kemudian sujud sebagaimana sujud yang pertama. Sampai disini maka sempurnalah satu rakaat.

 

  • Bangkit Menuju Rakaat Kedua

Kemudian bangkit seraya bertakbir dengan bertumpu pada kedua lututnya. Lalu berdiri dan melakukan shalat seperti raka’at pertama.

 

  • Tasyahhud Awal

Setelah rakaat kedua selesai kemudian duduk tasyahhud awal sambil mengisyaratkan (mengacungkan) jari telunjuk kanannya. Hal ini jika shalat yang dikerjakan adalah shalat yang memiliki dua tasyahhud seperti Dzhuhur, ‘Ashar, Maghrib, dan Isya’. Pada tasyahhud awal membaca salah satu doa yang shahih, semisal:

Attahiyyaatu lillaah, wash sholawaatu wath thoyyibaat,

Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatulloohi wa barakaatuh,

Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaah ash shoolihiin,

Asyhadu an laa ilaaha illallooh, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh”, yang artinya

“Segala pengagungan, penghormatan, dan kebaikan adalah milik Allah.

Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi, juga anugerah dan berkah-Nya.

Semoga keselamatan atas kami, dan atas segenap hamba Allah yang shalih.

Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”

 

  • Rakaat Ketiga dan Seterusnya

Kemudian bertakbir lalu berdiri untuk melanjutkan shalat. Cukup membaca surat Al-Fatihah pada saat berdiri dalam setiap raka’at yang tersisa.

 

  • Tasyahhud Akhir

Setelah melakukan rakaat keempat pada shalat Dzhuhur, ‘Ashar, atau Isya’, atau setelah rakaat ketiga pada shalat Maghrib, atau setelah rakaat kedua seperti pada shalat Shubuh, selanjutnya melakukan tasyahhud akhir dengan membaca bacaan sebagaimana tasyahhud awal. Namun ditambah dengan bacaan shalawat atas Nabi yang shahih, semisal

Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad, Kamaa shollaita ‘alaa aali Ibroohiim,

Innaka hamiidun majiid,

Wa baarik ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad, Kamaa baarokta ‘alaa aali Ibroohiim,

Innaka hamiidun majiid”.

Yang artinya,

“Yaa Allah anugerahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah menganugerahkan shalawat atas Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Ya Allah berkahilah Muhammad beserta keluarganya, sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

 

Lalu membaca doa perlindungan “A’uudzu billaahi min ‘adzaabi Jahannama, wa min ‘adzaabil qobri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaati, wa min fitnatil masiihid Dajjaal”.

Yang artinya, “Aku berlindung kepada Allah dari adzab jahannam, adzab kubur, fitnah hidup dan mati, serta fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (H.R. Muslim, no. 588).

Kemudian membaca do’a lain yang ia sukai.

 

  • Salam

Kemudian mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri seraya mengucapkan, “Assalaamu’alaikum warahmatullooh”, yang artinya “Semoga keselamatan dan rahmat Allah atasmu.”

 

Referensi :

Manhajus Salikin wa Taudhihul Fiqhi fid Din, karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di

Sifat Shalat Nabi, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

Tathriz Sifat Shalat Nabi, karya Syaikh Shalih bin ‘Abdillah Al-‘Ushaimi

 

 

Ditulis oleh Zulfahmi Djalaluddin, S.Si.

Dimuajaah oleh Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *