Orang yang Taat Tidak suka Mengumpat

Edisi 2016

  • Fenomena penggunaan kata-kata kasar dan kotor semakin merajalela terutama di kalangan anak-anak muda, disebabkan oleh paparan gadget dan media sosial
  • Allah sangat membenci perkataan buruk, tetapi boleh berdoa keburukan jika sedang dianiaya (dizalimi)
  • Rasulullah juga mengingatkan bahwa lisan yang kotor dan kasar adalah tanda buruknya (akhlak) seoarang muslim
  • Lisan adalah cerminan hati, perkataan seseorang mencerminkan keadaan hatinya
  • Lisan yang buruk dapat menyebabkan seseorang masuk neraka
  • Menjaga lisan merupakan cara untuk mencapai kebaikan, meninggikan derajat, mendapatkan rida Allah dan memasukan ke dalam surga

Barangsiapa yang dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara dua tulang rahangnya (yaitu mulut, pen.) dan di antara kedua kakinya (yaitu kemaluan, pen.), maka aku akan menjamin baginya surga.”

(HR. Bukhari)

  • Pernah mendengar orang kalau bertemu malah keluar kata-kata kasar?
  • Pernah melihat anak-anak muda kalau mengekspresikan sesuatu malah yang keluar kata-kata kotor?
  • Pernah melihat anak-anak muda nongkrong namun yang keluar dari lisan mereka banyak umpatan bahkan nama-nama hewan?

Fenomena berbicara menggunakan kata-kata yang kasar dan kotor tidak hanya dijumpai pada orang dewasa bahkan kita dapati pada anak-anak. Besarnya paparan gadget dan media sosial menyumbang peran pada mereka sehingga mulai mengikuti gaya bicara sebagian orang dewasa yang tidak patut sama sekali untuk dicontoh. Alih-alih membiasakan kalimah thayyibah dan ucapan yang santun dalam berbicara, ucapan kotor dan umpatan yang biasanya identik dengan orang yang sedang marah (misuh) sekarang banyak dijadikan sebagai bahasa harian atau seperti dinormalilasi, Allahul musta’aan.

Allah Membenci Orang yang Lisannya Kotor dan Kasar

Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya,

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya (dizalimi). Allah itu Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisa’: 148)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

لا يحب الله أن يدعوَ أحدٌ على أحد، إلا أن يكون مظلومًا

“Maksudnya, Allah tidak menyukai seseorang berdoa jelek untuk orang lain, kecuali jika dia dizalimi.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1/866)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ

Sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang paling berat ditimbangan kebaikan seorang mukmin pada hari kiamat seperti akhlak yang mulia, dan sungguh Allah benar-benar benci dengan orang yang lisannya kotor dan kasar.” (HR. At Tirmidzi nomor 2002, hadits ini hasan shahih)

Dari Abu Darda’ Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اَللَّهَ يُبْغِضُ اَلْفَاحِشَ اَلْبَذِيءَ

Sesungguhnya Allah murka kepada orang yang berperangai jahat dan berlidah kotor.” (HR. At Tirmidzi, sahih)

Mengerikan sekali jika kita sebagai hamba Allah yang sangat butuh dengan rahmat dan karunia-Nya dimurkai dan dibenci oleh Allah Ta’ala. Tidak hanya sampai di situ, ketika Allah membenci seorang hamba Dia juga akan membuat seluruh manusia benci kepadanya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan berkata kepadanya: Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan maka cintailah ia. Lalu Jibril ikut mencintainya, kemudian berseru di langit: Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan maka cintailah ia. Lalu penduduk langit turut mencintainya, kemudian diturunkan rasa cinta kepadanya di bumi. Dan jika Allah membenci seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan berkata kepadanya: Sesungguhnya Aku membenci si Fulan maka bencilah ia. Lalu Jibril ikut membencinya, kemudian berseru di langit: Sesungguhnya Allah membenci si Fulan maka bencilah ia. Lalu penduduk langit turut membencinya, kemudian diturunkan rasa benci kepadanya di bumi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menjaga Lisan adalah Karakter orang Beriman

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ

Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan dalam Syarah Arbain, bahwa Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka tahan jangan bicara.”

Karena Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji (buruk akhlaknya), dan bukan orang yang jorok omongannya” (HR. Tirmidzi, no. 1977)

Lisan adalah Cerminan Hati

Yahya bin Mu’adz rahimahullahu ta’ala mengatakan,

“Hati itu bagaikan periuk dalam dada yang menampung isi di dalamnya. Sedangkan lisan itu bagaikan gayung. Lisannya itu akan mengambil apa yang ada dari dalam periuk (yang ada di hatinya). Rasa (kualitas) hatinya akan tampak dari perkataan lisannya.” (Hilyatul Auliya’, 10: 63)

Benarlah ungkapan keselamatan seseorang itu adalah dengan menjaga lisan. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa sahabat ‘Uqbah bin ‘Aamir radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya,

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ

“Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang (yakni: betahlah untuk tinggal di rumah), dan menangislah karena dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi no. 2406, shahih)

Bahkan lurus atau menyimpangnya anggota badan itu tergantung lisan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ : اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ ؛ فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا ، وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا

Jika manusia berada di waktu pagi, maka semua anggota badannya menyalahkan lisan. Mereka berkata, “ Wahai lisan, bertakwalah kepada Allah dalam urusan kami karena sesungguhnya kami tergantung pada dirimu, Jika kamu bersikap lurus, maka kami pun akan lurus. Namun jika engkau menyimpang, maka kamipun akan menyimpang. “ (HR. Tirmidzi, shahih)

Akibat fatal tidak menjaga lisan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari, no. 6478)

Termasuk maksiat dalam hal perkataan adalah perkataan yang mengandung kesyirikan. Termasuk maksiat lisan pula, seseorang berkata tentang Allah tanpa dasar ilmu. Termasuk di dalamnya pula persaksian palsu, sihir, menuduh berzina (terhadap wanita baik-baik) dan hal-hal lain yang merupakan bagian dari dosa besar maupun dosa kecil seperti perkataan dusta, ghibah dan namimah. (Jami’ul Ulum wal Hikam)

Buah Manis Menjaga Lisan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ

Sungguh seorang hamba mengucapakan sebuah kalimat yang Allah ridhoi, yang dia tidak memperhatikannya, namun dengan sebab itu Allah mengangkatnya beberapa derajat. “ (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ 

Sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang mengandung keridhoan Allah, dia tidak menyangka ucapannya begitu tinggi nilainya, maka Allah ‘Azzza wa Jalla akan menuliskan keridhoan baginya sampai hari kiamat.“ (HR. Tirmidzi, shahih)

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ

Barangsiapa yang dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara dua tulang rahangnya (yaitu mulut, pen.) dan di antara kedua kakinya (yaitu kemaluan, pen.), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari no. 6474)

washallallaahu ‘alaa nabiyyinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi washabihi wasallam

Ditulis : Hasim Ikhwanudin, S.Ars. (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *