Mengajak kepada Kebaikan

Edisi 1916

  • Mengajak kepada kebaikan memiliki keutamaan yang besar:
  1. Ia akan mendapatkan pahala sepertipahala orang yang mengerjakan kebaikan 
  2. Bisa mendapatkan pahala walaupun ajal sudah menjemputnya.
  • Menjadi pengajak kepada kebaikan adalah bukti kasih sayang dengan sesama.
  • Seseorang bisa mengajak orang-orang terdekatnya untuk melakukan kebaikan mulai dari yang sederhana sesuai dengan kapasitasnya.
  • Allah Ta’ala mencintai hamba yang bermanfaat untuk orang lain.

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya” 

(H.R. Muslim)

Di antara bentuk kasih sayang Allah Ta’ala yaitu menetapkan berbagai macam amalan dengan keutamaan yang sangat besar. Di antara amalan-amalan tersebut, salah satunya adalah mengajak orang lain kepada kebaikan. Mengajak orang lain kepada kebaikan memiliki keutamaan yang besar yakni ia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang mengerjakan kebaikan tersebut. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya” (H.R. Muslim).

Pahala berlipat-lipat

Saat kita mengajak orang lain kepada kebaikan maka Allah Ta’ala akan memberikan pahala semisal dengan pahala orang yang melakukannya. Sebagai contoh, dahulu kakek kita mengajari ayah kita membaca Al Quran. Dengan sebab itulah ayah kita bisa membaca Al Quran setiap hari. Kemudian dengan sebab itu pula akhirnya ayah kita bisa mengajari kita dan kakak adik kita membaca Al Quran. Kemudian kita, kakak dan adik kita mengajarkan ilmu membaca Al Quran itu kepada anak-anaknya. Dalam contoh ini, kakek kita mendapatkan pahala karena mengajarkan ayah kita membaca Al Quran. Selain itu, kakek kita juga mendapatkan pahala membaca Al Quran seperti yang dilakukan ayah kita, kita, kakak, adik, dan anak-anaknya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan sebaliknya, orang yang mengajak kepada kesesatan akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam,  

“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (H.R. Muslim).

Pahala mengalir  walaupun sudah wafat

Seseorang yang mengajak kepada kebaikan bisa mendapatkan pahala walaupun ajal sudah menjemputnya. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan orang tuanya(H.R. Muslim).

Ilmu agama yang ia sampaikan kepada orang lain sehingga orang tersebut melaksanakan syariat islam terus menerus, maka itu termasuk ke dalam ilmu yang dimanfaatkan yang pahalanya masih mengalir walaupun dia nanti sudah meninggal.
Bukti kasih sayang dengan sesama

Menjadi pengajak kepada kebaikan adalah bukti kasih sayang kita dengan sesama. Orang yang mencintai sesama bukanlah orang yang membiarkan orang lain berbuat maksiat, namun orang yang mencintai sesama adalah ia yang mengajaknya kepada kebaikan dan mengingatkan dari keburukan karena ia tidak ingin saudaranya terjerumus dalam kebinasaan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At Taubah: 71).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, maksud dari ayat tersebut adalah orang-orang beriman saling bantu dan saling mendukung, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih, Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” dan beliau merekatkan jari-jemarinya. (H.R. Bukhari)

Di dalam hadis shahih yang lain disebutkan pula:

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (H.R Muslim). (Tafsir Ibnu Katsir 4/153-154).

Tidak harus menunggu menjadi Ustadz

Seseorang yang ingin mengajak kepada kebaikan tidak harus menunggu dia menjadi seorang Ustadz terlebih dahulu. Seseorang bisa mengajak orang-orang terdekatnya untuk melakukan kebaikan mulai dari yang sederhana sesuai dengan kapasitasnya. Untuk mengajari anaknya berbakti kepada orang tua, seorang Bapak tidak harus menjadi Ustadz terlebih dahulu. Untuk mengajak rekan kerja berangkat shalat ke masjid, ia tak harus menjadi Ustadz dahulu. Untuk mengajak tetangga berangkat kajian, seseorang pun tak perlu menunggu menjadi Ustadz dahulu. Sebagaimana yang Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam sabdakan dalam hadits di atas, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya (H.R. Muslim) .

Redaksi dalam hadits tersebut menggunakan “barangsiapa”, tidak menyebut kelompok orang tertentu. Siapapun yang mengajak kepada kebaikan tercakup di dalamnya karena tidak ada pembatasan siapa pelakunya. Siapapun baik laki-laki atau  wanita, orang tua maupun anak-anak, seorang profesor maupun seorang yang tak pernah sekolah, Ustadz maupun orang biasa, semua tercakup di dalam hadits ini. Adapun redaksi bahasa arab dari “kebaikan” di situ bentuknya nakirah (harakat akhirnya tanwin) dalam konteks kalimat syarat yang memberikan makna “umum”, yakni kebaikan apapun secara umum. Baik itu kebaikan berkaitan dengan aqidah, ibadah, akhlak ataupun selainnya. Sehingga adab yang baik kepada orang tua, ibadah shalat, dan ikut kajian termasuk di dalamnya.

Allah mencintai orang yang bermanfaat untuk orang lain

Saat kita ingat bahwa hidup kita di dunia tak lain dan tak bukan adalah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, maka kita akan senantiasa berusaha mencari kecintaan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala mencintai hamba yang bermanfaat untuk orang lain. Semakin seseorang bermanfaat untuk orang lain, semakin cinta pula Allah Ta’ala terhadap hamba-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia…” (H.R. At Thabrani dalam al Mu’jam al Awshath No. 6026, dan dihasankan oleh Al-Albani)

Di antara hal yang paling bermanfaat untuk orang lain adalah menunjukkannya kepada kebenaran dan kebaikan serta mengingatkan dari kejelekan dan kemaksiatan. Inilah yang kelak akan menjadikan bekal kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan sebab itulah seseorang bisa masuk ke dalam surga dan terhindar dari panasnya api neraka.

Berdakwah adalah jalannya orang-orang terbaik

Sejarah telah mencatat nama-nama orang terbaik di muka bumi ini, mereka adalah para Nabi dan Rasul. Mereka telah Allah Ta’ala jamin masuk ke dalam surga, tentu kita pun ingin masuk surga seperti mereka. Oleh karena itu, selayaknya kita mengikuti jalan mereka saat masih hidup.

Para Nabi dan Rasul menjalani kesehariannya dengan berbagai macam aktivitas sebagaimana manusia pada umumnya. Sebagian ada yang berdagang, menggembala, membuat baju besi, bertukang kayu, menjadi seorang raja (pemimpin) dan lain sebagainya. Namun demikian, semua para Nabi dan Rasul sama-sama berdakwah, mengajak mengikuti perintah Allah Ta’ala, mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan dari kemunkaran.  Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (Q.S. Yusuf: 108).

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan dari kemunkaran.

Ditulis : PridiyantoS.Farm., Apt. (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *