Cara Agar Anak Kita Shalih dan Berbakti

Edisi 2039

<>

  • Allah mewasiatkan anak-anak untuk berbakti kepada orang tuanya, namun orang tua juga diperintahuntuk berbuat baik kepada anak-anaknya
  • Orang tua wajibmenjaga diri dan keluarganya dari neraka, yaitu dengan mengajarkan ilmu dan adab
  • Tantangan terbesar dalam mendidik anak adalah mendidik diri sendiri, sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi buah hatinya. Anak-anak akan meniru orang tuanya.
  • Orang tua mesti semangat meningkatkan takwanyakepada Allah, dan menempuh metode sesuai syariat dalam mendidik anak
  • Perbaiki hubungandengan Allah, agar Allah memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia
  • Jangan bosanmendoakan kebaikan untuk anak, karena doa orang tua kepada anaknya itu mustajab
  • Awasi danjauhkan anak dari pergaulan dan tontonan yang buruk

<>

Sebagaimana Allah Ta’ala mewasiatkan anak-anak untuk berbakti dan berbuat baik pada orang tuanya dalam firman-Nya,

<{…وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حُسْنًا…}>

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya.” (Q.S. Al Ankabut : 8)

Orang tua juga diberi perintah oleh Allah Ta’ala untuk selalu berbuat baik kepada anaknya. Allah Ta’ala juga berfirman,

<{…يُوصِيكُمُ ٱللَّهُ فِىٓ أَوْلَٰدِكُمْ…}>

“Allah mensyariatkan bagimu (berbuat baik) tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.” (Q.S. An Nisa : 11).

Kewajiban mendidik anak

Allah Ta’ala memberikan perintah kepada para orang tua untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman,

<{…يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ …}>

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian  dan keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya batu dan manusia. Di dalamnya ada malaikat yang siksaannya begitu keras.” (Q.S. At Tahrim : 6).

Terkait ayat ini, Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu menerangkan bagaimana cara untuk menjaga keluarga dari api neraka, Ajari mereka dengan ilmu dan didiklah mereka dengan adab.” (Jaami’ul Bayaan fii Ta’wilil Qur’an, 23/103).

Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin hafizhahullah menuturkan bahwa ayat ini adalah dasar yang agung terkait wajibnya memberi perhatian untuk serius mengajar serta mendidik anak-anak. (Rokaiz fii Tarbiyatil Abna hal. 4).

Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa sesungguhnya Allah akan terlebih dahulu bertanya kepada orang tua pada hari kiamat, sebelum bertanya bagaimana (sikap) anak terhadap orang tuanya. Karena sesungguhnya sebagaimana orang tua memiliki hak, maka anak-anak juga mempunyai hak. (Tuhfatul Maudud bi Ahkaamil Maulud hal. 229).

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Didiklah anakmu, sebab sesungguhnya engkau akan ditanya terkait anakmu. Apa saja nilai yang telah engkau didik dan ajarkan. Anak juga kelak akan ditanya tentang bagaimana baktinya dan ketaatannya terhadapmu.” (Sunan Al Kubro Imam Baihaqi, 5301).

Memberi teladan agar anak berbakti

Kesulitan terbesar mendidik anak adalah mendidik diri sendiri. Sebab anak-anak akan belajar dan meniru orang tuanya. Oleh karenanya, para ulama menerangkan bahwa di antara pilar yang paling penting dalam pendidikan anak ialah orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Utbah bin Abi Sufyan memberikan pesan yang sangat relevan bagi segenap para pendidik anak, “Hendaknya langkah awal yang engkau lakukan untuk memperbaiki anak adalah memperbaiki dirimu. Sebab mata mereka selalu tertaut pada dirimu.” (Jamharoh Khithob Al Arab, 2/224).

Dari orang tua yang baik pada umumnya akan tumbuh pula sosok anak yang baik. Allah Ta’ala berfirman,

<{…وَٱلْبَلَدُ ٱلطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُۥ بِإِذْنِ رَبِّهِۦ ۖ وَٱلَّذِى خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا…}>

“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana.” (Q.S. Al A’raf : 58).

Banyak orang tua yang menyuruh anaknya berbuat baik akan tetapi di lain sisi orang tua sendiri yang menyelisihinya. Padahal Allah Ta’ala berfirman,

<{… أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ…}>

Mengapa kalian menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kalian mengerti?” (Q.S. Al Baqarah : 44).

Allah Ta’ala juga berfirman,

<{…يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

…}>

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (Q.S. Ash Shaff : 2-3).

Jika orang tua mengharapkan anaknya berbakti maka hendaknya orang tua tersebut memberikan keteladanan sehingga bisa ditiru oleh anaknya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berbaktilah pada orang tua kalian maka anak kalian pun akan berbakti kepada kalian.” (H.R. Ath Thobaroni, 1002).

Menjadi orang tua bertakwa

Sudah selayaknya para orang tua menyadari kekurangan dan berusaha memperbaikinya dengan terus belajar dan meningkatkan ketakwaan. Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan, “Di antara musibah paling besar bagi seseorang adalah manakala dia menyadari dirinya punya banyak keterbatasan, namun ia cuek dan tak bersedih atas kekurangan tersebut.” (Syu’abul Iman, 2/271).

Sebagai orang tua, kita juga mesti lebih semangat meningkatkan ketakwaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa manakala seseorang bertakwa kepada Allah dalam mendidik anaknya dan menempuh metode yang sesuai syariat dalam mengarahkan anaknya maka aku tidaklah mengira melainkan Allah Ta’ala akan memberikan hidayah kepada anak-anaknya. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb 2/24).

Dengan sebab ketakwaan orang tua, Allah akan menjadikan hubungan anak dan orang tua menjadi lekat. Ma’qil bin ‘Ubaidullah Al Jazari menukilkan nasihat yang sering dituliskan oleh para ulama, “Siapa saja yang memperbaiki hubungannya dengan Allah maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.” (Riwayat Ibnu Abid Dunya, kitab Al Ikhlas wan Niyah, hal 54).

Hubungan baik antara orang tua dan anak dapat dilihat dari seberapa perhatian orang tua terhadap anak dan juga seberapa besar bakti anak terhadap orang tuanya.

Doakan dan jauhkan anak dari pengaruh buruk

Kesalihan dan baktinya anak kita merupakan taufik dari Allah. Al Walid bin Numair rahimahullah bercerita bahwasanya ia mendengar bapaknya berpesan, “Keshalihan (kebaikan) itu berasal dari Allah sedangkan adab itu dari orang tua.” (H.R. Bukhari dalam Adabul Mufrad, hal. 92).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Setiap kebaikan itu asalnya adalah taufik yang Allah berikan kepada seorang hamba.” (Al Fawaid, hal. 130).

Orang tua tidak boleh bosan mendoakan kebaikan bagi anak- anaknya. Doa dari orang tua merupakan doa yang mustajab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizalimi.” (H.R. Abu Daud no. 1536).

Selain itu, orang tua juga perlu mengawasi anak dari paparan buruk yang bisa merusak dirinya. Betapa banyak anak menjadi rusak dan durhaka disebabkan karena pengaruh teman dan tontonan. Ibrahim Al Harabi rahimahullah menuturkan, “Jauhkanlah anak-anak kalian dari teman yang buruk, sebelum kalian ‘mewarnai’ mereka pada musibah sebagaimana baju yang diberi warna. Awal kerusakan anak adalah pengaruh dari sebagian sahabat (yang buruk).” (Dzammul Hawa, hal. 97).

Semoga Allah Ta’ala menjadikan anak-anak kita menjadi sosok yang shalih-shalihah dan senantiasa berbakti kepada orang tuanya.

Penulis: Ustadz Erlan Iskandar, S.T. (Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta, Founder Yayasan Anak Muslim Ceria)

Pemuroja’ah : Ustadz  Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *