Apakah Allah Membutuhkan Perantara?

At Tauhid edisi III/20

Oleh : Ari Wahyudi

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan” (QS. Al-Mu’min : 60). Setiap hamba pasti membutuhkan sesuatu yang menopang kehidupannya, sehingga dia akan berusaha untuk meraihnya. Ketika mereka tertimpa bencana, mereka pun bersimpuh dan memohon kepada Allah Ta’ala agar dilepaskan dari marabahaya. Namun sangat disayangkan, sebagian kaum muslimin justru terjerumus ke dalam praktek-praktek kesyirikan tanpa mereka sadari karena berdo’a untuk menggapai keinginan mereka itu.

Niat Baik Kaum Musyrikin

Dalam berdoa kepada Allah, kita tidak perlu melalui perantara, karena hal itu termasuk perbuatan syirik. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan mereka (kaum musyrikin) beribadah kepada selain Allah sesuatu yang tidak sanggup mendatangkan madharat dan manfaat untuk mereka. Dan mereka beralasan, ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah'” (QS. Yunus : 18). Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong mengatakan, ‘Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka, melainkan hanya supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’ ” (QS. Az-Zumar : 3).

Dalam dua ayat ini Allah menjelaskan kepada kita tentang alasan yang diajukan oleh kaum musyrikin untuk mendukung kesyirikan mereka. Mereka berkata bahwa mereka memiliki niat yang baik. Mereka hanya ingin menjadikan orang-orang shalih yang sudah meninggal sebagai perantara doa mereka kepada Allah. Mereka menganggap bahwa diri mereka penuh dengan dosa, sehingga tidak pantas untuk langsung berdoa kepada Allah. Sedangkan orang-orang shalih memiliki keutamaan di sisi Allah. Mereka ingin agar semakin dekat dengan Allah dengan perantaraan orang-orang shalih itu. Tidak ada yang mencela niat baik ini. Akan tetapi, lihatlah cara yang mereka tempuh. Mereka meminta syafaat kepada orang-orang yang sudah meninggal. Padahal Allah Ta’ala sudah menegaskan yang artinya, “Katakanlah, ‘Semua syafaat itu pada hakikatnya adalah milik Allah’ “ (QS. Az-Zumar : 44). Dan meminta kepada orang yang sudah meninggal adalah termasuk perbuatan syirik akbar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Oleh karena itu, niat baik kaum musyrikin ini tidak bermanfaat sama sekali karena cara yang mereka tempuh adalah kesyirikan, perbuatan yang merupakan penghinaan kepada Allah Ta’ala.

Kami ‘kan bukan orang musyrik”

Kalau ayat-ayat di atas kita sampaikan kepada para penyembah kubur para wali pada masa kini, tentulah mereka akan mengingkari sikap kita dengan keras. Bisa jadi mereka akan mengatakan, “Ayat-ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang musyrik yang memuja patung. Sedangkan kami ini bukanlah pemuja patung. Kami sekedar menjadikan orang-orang shalih yang sudah wafat itu sebagai perantara. Lantas bagaimana kalian ini kok menilai orang shalih sama halnya dengan patung?!” Maka seorang muslim yang benar-benar memahami tauhid tentu akan bisa menanggulangi syubhat (kerancuan pemahaman) mereka ini.

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa Allah telah menceritakan bahwa kaum musyrikin itu sendiri ternyata memiliki sesembahan yang beraneka ragam, tidak hanya patung. Ada juga di antara mereka yang menyembah wali, orang-orang shalih, bahkan para malaikat. Meskipun demikian, Allah tetap menyamakan hukum atas mereka dan tidak membeda-bedakannya. Maksudnya, mereka sama-sama kafir. Allah berfirman yang artinya, “Pada hari mereka semua dikumpulkan, kemudian para malaikat ditanya, ‘Apakah semasa hidup di dunia mereka beribadah kepada kalian? ‘Malaikat menjawab, ‘Maha Suci Engkau, Engkau lah penolong kami. Sebenarnya mereka itu telah beribadah kepada jin. Kebanyakan mereka beriman kepada jin.’ ” (QS. Saba’: 40-41). Ayat ini menunjukkan bahwasannya di antara kaum musyrikin itu ada yang menyembah malaikat. Akan tetapi, para malaikat berlepas diri dari perbuatan mereka itu pada hari kiamat. Para malaikat mengatakan bahwa mereka tidak memerintahkan kaum musyrikin untuk melakukan hal itu, dan mereka pun tidak senang terhadapnya. Padahal kita telah mengetahui bersama bahwa para malaikat itu adalah termasuk makhluk yang paling shalih. Demikian pula halnya dengan peribadatan yang ditujukan kepada para Nabi dan para wali, semuanya tetap disebut sebagai kesyirikan. Karena ibadah adalah hak Allah semata, tidak boleh dibagi-bagi kepada selain-Nya. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah, namun diiringi dengan beribadah kepada selain-Nya, maka dia telah berbuat syirik dan keluar dari Islam (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan).

Apakah Kalian Mengingkari Syafaat ?

Dengan keterangan di atas, mungkin ada orang yang bertanya kepada kita, “Apakah kalian mengingkari syafaat? Yang saya lakukan ini bukanlah meminta kepada selain Allah. Akan tetapi saya hanya mencari syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukankah pada hari kiamat nanti beliau akan memberikan syafaat ?!” Maka kita jawab pertanyaan mereka bahwa kita sama sekali tidak mengingkari syafaat. Syafaat Nabi itu benar adanya. Akan tetapi, syafaat itu tidak boleh diminta kepada Nabi yang telah wafat. Syafaat itu hanya boleh diminta kepada Allah, karena syafaat itu memang hak-Nya. Allah Ta’ala menegaskan yang artinya, “Katakanlah, ‘Semua syafaat itu pada hakikatnya adalah milik Allah’ “ (QS. Az-Zumar : 44). Nabi tidaklah menguasai pemberian syafaat. Dan syafaat juga tidak bisa memberikan manfaat untuk setiap orang. Syafaat hanya akan bermanfaat bagi orang-orang yang bertauhid. Terdapat dua syarat agar syafaat diterima. Pertama, diminta kepada Allah, bukan kepada selain-Nya. Kedua, orang yang diberi syafaat termasuk orang yang bertauhid (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan).

Tawassul, yang Terlarang dan yang Dibolehkan

Tawassul atau mengambil perantara dalam beribadah kepada Allah dalam bentuk berdoa kepada orang yang sudah meninggal atau tidak hadir adalah bentuk kesyirikan. Namun, ada pula tawassul yang diperbolehkan, yaitu: (1) Menyebut nama-nama atau sifat-sifat Allah pada permulaan berdoa (dengan menyesuaikannya dengan permintaan yang dimohon, -ed) seperti mengatakan,”Yaa Ghafuur, ighfirlii” (“Wahai Yang Maha pengampun, ampunilah hamba”); (2) Meminta kepada orang shalih yang masih hidup dan bisa memahami permintaan agar mendoaakan kebaikan baginya, sebagaimana Khalifah Umar yang meminta tolong paman Nabi Al-‘Abbas untuk berdo’a bagi kaum muslimin; (3) Menyebutkan amal shalih yang pernah dilakukannya sebagaimana kisah 3 orang yang terperangkap di dalam gua.

Faedah

Nah, dengan pemaparan yang amat ringkas ini kita dapat memahami bahwa sebenarnya aqidah Islam yang diwariskan oleh Rasul dan para sahabat adalah aqidah yang sangat mulia. Islam menghendaki agar kita hanya bergantung kepada Allah Ta’ala. Islam menghendaki agar kita memahami hakikat sesuatu sebelum mengikuti ataupun menolaknya. Islam menghendaki agar kita berpikir dan tidak terjebak dalam kebekuan berpikir (kejumudan). Allah tidak membutuhkan siapa pun sebagai perantara (wasilah) dalam hal ibadah. Di sisi lain, Allah juga mengangkat Rasul sebagai perantara (wasilah) untuk menyampaikan tata cara beribadah yang benar kepada-Nya. Barangsiapa yang mengingkari wasilah yang pertama, maka dia adalah seorang mukmin. Dan barangsiapa yang mengingkari wasilah yang kedua, maka dia kafir. Wallahu a’lam bish-shawaab. [Ari Wahyudi]

25 comments

  1. apakah termasuk orang2 yg musyrikin jk seseorg berziarah ke makam para wali dengan tujuan supaya Allah mengabulkan sgala do`a yg mrka mnta kpd para wali dan berharap para wali akan menyampaikan pada Allah???

  2. Masalah bukan pada mengunjungi para wali lalu menyembah mereka. emg, yang demikian adalah musrik, tapi perlu dipahami pula, masih ada orang yang niatnya lurus, mereka kunjungi makam buat mengenang, menghargai,dan berdoa,kepada ALLOH (bukan kepada wali)agar dineri kelancaran dalam hidup.

    jika ada orang yang mengharamkan mengunjungi makam. maka haramlah darahnya, sama aja nglarang berkunjung ke makan Rasulullah.

    sekarang coba pikir?? tidak akan ada lagi orang yang menghargai ulama, tidak ada lagi orang yang inget kematian, karena kunjungan ke makam di haramkan

  3. Masalahnya juga bukan pada ziarahnya karena berziarah memang baik, tapi yg sering bahkan selalu terjadi bahwa ziarah itu hanyalah alasan saja karena yg utamanya adalah untuk berdo’a kpd Allah SWT. melalui org. yg diziarahi itu sekarang coba pikir?? apakah Allah SWT. terlalu sibuk untuk mendengar permintaan hambanya secara langsung sehingga Allah SWT hanya mau mendengan dari segelintir orang saja yang kita anggap shalih (shalih menurut manusia belum tentu bagi Allah SWT).
    Pikirrrrrrrrrrrrrrr bro/sis.

  4. ziarah kubur dianjurkan agar kita ingat akan kematian boss,,,
    tapi untuk mencari berkah, itu yang tak boleh. yang didalam kubur itu belum tentu selamat????

  5. bukankah DENGAN diutusnya Baginda Rasulullah itu adalah tanda bahwa Allah membutuhkan perantara???
    Kenapa Allah tidak langsung saja mendatangi anda untuk mengajari Islam yang benar.
    Bisakah Allah melakukan itu? tentu saja bisa, tapi Allah tdk melakukan hal itu. Hanya Baginda Rasulullah lah sebagai Wasilah/perantara yang agung yg ALLah sudah jelaskan banyak dlm Al-quran.

  6. untuk Syaefullah
    Kalau Allah yang datang sendiri ke dunia, maka selesai semua urusan. Dan semua amalan2 kita sudah tidak berguna, karena semua kunci2 jawaban sudah terbuka maka kita tidak boleh meneruskan ujian kita lagi.

  7. Assalamu’alaikum war.wab. Artikel ini bagus dan cocok untuk memberi pencerahan kepada para mubtadi, agar mereka segera sadar dan bertaubat kepada Allah Ajja wa jalla sebelum sakratul maut menjemput. Banyak umat yang masih percaya bahwa syafaat nabi akan mereka dapatkan apabila tetap bersalawat kepadanya, bahwa akan dibebaskan dari neraka di yaumul hisab (katanya ada di hadits qudsi)

  8. Semua bagus untuk di telaah, aku mau tanya tentang pendamping ghoib pada setiap manusia.

  9. Apabilah kita mengirim Alfatiha kepada ruh ahli kubur di perbolehkan ?

  10. yaa akhi lihatlah surat az zumar ayat 3, siapa mereka dan apa tujuan mereka.

  11. Bagaimana dengan Hadits dibawah ini Ustadz

    Adam Bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW.
    ” tersebut dalam hadits, bahwa Adam bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW. Al Hakim berkata dalam kitabnya Al Mustadrak, dari Umar Ra, ia berkata, Rasululloh SAW bersabda, ” Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata, ” Wahai Rabb-ku, aku memohon kepada-Mu dengan hak Muhammad karena dosa-dosaku, agar engkau mengampuniku. Lalu Allah berfirman, ” Wahai Adam, bagaimana engkau mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya ? Adam menjawab, ” Wahai Rabb-ku, karena Engkau tatkala menciptakanku dengan ” Tangan-Mu’ dan meniupkan “Ruh-Mu ” ke dalam diriku, maka Engkau mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di atas kaki-kaki ( penyangga ) Arasy tertulis ” Laa Ilaaha Illallahu Muhammadur-Rasulullah ” sehingga aku tahu bahwa Engkau tidak menambahkan ke dalam nama-Mu kecuali Mahluk yang Engkau paling cintai. ” Lalu Allah berfirman, ” Benar engkau wahai Adam, sesungguhnya Muhammad adalah mahluk yang paling Aku cintai, berdoalah kepada-Ku dengan hak dia, maka sungguh Aku mengampunimu, sekiranya tidak ada Muhammad, maka aku tidak menciptakanmu ( Adam ). ” (HR Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak dan di shahihkannya.Juz II, hal 615)

    wassalam,

  12. memang bagus kalau langsung kita minta langsung sama allah asal syarat2 tata caranya di penuhi kalau tidak ya boleh tawasul ibarat nya kalau kita mau jumpa presiden aja perlu perantara ya gak tapi bukan minta sama mnusia apalagi yg sudah meninggal ttng ini saya pernah baca buku karangan A.BY ASHARI ATTAMIMI coba aja baca tq

  13. Bertawassul kepada Rasul saw & orang2 shaleh(telah wafat) adalah bentuk kesyirikan? Bisakah ustadz menjelaskan apa yg ustadz maksud dgn syirik ini?

    Salam

  14. Wah, berarti kalo kita mau makan saja, mending langsung minta ke Allah ya ? Trus makanan yg kita minta tadi serta merta langsung ada di depan kita tanpa ada (perantara) yg menolong mengambilkan makanan tadi ?? Seperti itu kah ya sheikh ??

  15. Maaf sblmnya, sy bukan ustad tp cm pengen berbagi uneg2 aja sm agan2 yg disini [bosen nga*kus terus…] smg berkenan ya gan >.<

    @armand: Stahu saya, syirik itu adlh menduakan Alloh dalam hal Ibadah.
    Bukannya, Do’a itu adlh slh satu bntuk ibadah gan? sedangkan tawassul ituh bentuk permintaan sesuatu (seseorang)utk mjd perantara dalam do’a itu kan gan? syarat sesuatu itu boleh dijadikan perantara, secara logis dia harus dipandang mampu gan, mampu dalam menjadi perantara do’a itu yaitu dalam wujud mendo’akan atw memintakan/memohonkan sesuatu kpd Alloh. Lha klo orang yg udah meninggal apa bisa diminta bantuannya utk mendo’akan/memintakan permohonan kpd Alloh??? meskipun beliau yg meninggal ini orang shaleh atau Rasul sekalipun.
    Toh kalopun seandainya beliau yg udah meninggal ini bs dimintai perantara, bukankah meminta langsung kpd Alloh dengan perantar nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yg Maha-Maha itu tdk jauh lbh baik??? Malah kita langsung face to face dengan Yang Maha Mengabulkan do’a.

    Itu kalo mnrt saya loh gan mnrt logika sewajarnya seharusnya sih gt, c0z-nya saya jg msh awam klo soal yg berat2 bginian apalagi klo ditanya dalil-dalilnya saya gak apal gan, maklum saya cm lulusan ka*kus gan sedangkan agan2 disini pasti lulusan pondok semua… :malu :nohope :batabig

    @Zen al’faqir: loh knp tidak??? Masih inget kan dgn kisahnya Maryam? beliau ini adalah org yg ahli ibadah, dlm slh satu ayat al-Qur’an (ayat brp surat apa? sy lp gan, maklum yg sy inget cm Pertamaxxx ama cendol ijo gan) dikisahkan kalo Alloh memberikan makanan buah-buahan langsung kpd Maryam, dr surga lho gan, beneran pdhl Maryam dlm keadaan khusuk beribadah dan gak ada org lain yg masuk ketempat ibadahnya membawa makanan, gak percaya gan???
    Knp koq bs bgt? agan tahu? c0z Maryam itu org yg ikhlaaasss lillahita’ala dlm beribadah kpd Alloh. Lha sdngkan kita? msk maw makan minta langsung kpd Alloh, gak maw mengambil sebab musabab datangnya makanan itu dulu?
    Ya kita minta langsung kpd Alloh (lewat do’a, apa agan gak pernah berdoa?) tp kan ttp jg hrs disertai ikhtiar usaha.

    Yang jelas pertanyaan agan Zen ini klo mnrt sy krng pas klo di bandingkan dgn perantara dlm tawassul.
    Klo dalam tawassul it perantaranya dlm arah vertikal ke atas (hamba ke Tuhan) jd yg minta perantara adlh si hamba itu, jd harus memenuhi persyaratan n kondisi hak-hak Alloh.
    Klo perantara dlm mslh makanan (rezeki) itu arahnya vertikal ke bawah (Tuhan ke hamba) yg menjadikan perantar itu Tuhan ya terserah Tuhan maw siapa/apa yg dijadikan perantara atau tanpa perantara dlm ngasih makanan td yg penting manusia diperintahkan utk mengambil sebab dtngnya makanan itu…

    semoga igauan saya ini gak bikin agan2 disini tambah :mumet, klo :mumet mhn jgn di :batabig klo berkenan mohon dikasih :cendolbig

    :iloveIslam :iloveIndonesia

  16. Tawassul adalah diajarkan oleh nabi saw tawassul pada beliau saw dan pada amal shalih dan pada orang shalih, demikian riwayat shahih Bukhari dari Umar bin Khattab ra dan lainnya.

    Lalu bagaimana dg Abubakar shiddiq ra bicara pada jenazah Rasul saw setelah Rasul saw wafat (shahih Bukhari), tentunya dalam faham wahabi hal ini musyrik

    juga Umar bin Khattab ra wasiat minta dikuburkan dekat kubur nabi saw seraya berkata : “Tidak ada yg lebih kudambakan selain pembaringan disebelah nabi itu”, (shahih Bukhari), tentunya dalam faham wahabi hal ini musyrik

    para sahabat pun semuanya akan divonis musyrik, karena berebutan potongan rambut Rasul saw, (shahih Bukhari)

    dan Asma binti Abubakar shiddiq ra pun akan difitnah musyrik karena bila ada yg sakit ia membasuh jubah nabi saw lalu airnya diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim)

    Dan boleh tawassul pada benda, sebagaimana Rasulullah saw bertawassul pada tanah dan air liur sebagian muslimin untuk kesembuhan, sebagaimana doa beliau saw ketika ada yg sakit : “Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yg sakit pada kami, dg izin tuhan kami” (shahih Bukhari hadits no.5413, dan Shahih Muslim hadits no.2194)

    Hanya wahabi saja yg mengingkarinya dari dangkalnya pemahaman mereka pada tauhid dan ilmu hadits..

  17. @ahmad zen
    coba antum baca dengan teliti dan pahami poin “Tawassul, yang Terlarang dan yang Dibolehkan”

  18. @saudaraku ahmad zen,

    nampaknya susah jika hati telah tercampuri dengan rasa permusuhan terhadap wahabi, karena belum saja antum membaca artikel dengan seksama, namun antum sudah mendeklarasikan bahwa wahabi memusyrikkan org yg bertawassul kepada selain Allah.

    Mas, mas, mbok ya klo mau komen itu dibaca dulu artikelnya dengan tenang. Blm2 kok sudah memvonis. Hati2 dalam berucap mas, salah2 tuduhan itu bisa berbalik pada antum sendiri.

    Semoga Allah Ta’ala melembutkan hati antum

  19. Kesalahan pokok para anti tawassul yg mengganggap tawassul kepada Nabi saw dan orang2 shaleh yg telah wafat sebagai prilaku syirik adalah disebabkan:

    (1) Anggapan tawassul ditujukan kepada mayit yg berupa jasad telah mati.

    Padahal tawassul ditujukan kepada ruh2 mereka. Ruh Nabi saw dan orang2 shaleh tetaplah hidup dan sama kedudukannya dgn semasa mrk hidup.
    Bukti: bacaan tasyahud akhir shalat, yakni salam kepada Nabi saw dan orang2 shaleh menunjukkan mrk msh mampu mendengar dan merespon.

    Jika kepada Allah swt yg Maha Ghaib kita bisa berkomunikasi, maka apalagi pada ciptaan-Nya?

    (2) Berkeyakinan bolehnya bertawassul kepada orang shaleh yg msh hidup, dan syirik jika kepada yg telah meninggal.

    Padahal meminta kepada selain Allah swt dgn beranggapan dan berkeyakinan bahwa seseorang tempat meminta memiliki kekuasaan dan kemandirian penuh dan tak bergantung pada kekuasaan Allah swt, adalah sebuah prilaku syirik. Dan perkara ini tdk mengenal seseorang itu msh hidup ataukah sudah meninggal.

    Jika kita meminta kepada mereka yg msh hidup dgn keyakinan seperti itu, maka itu adalah syirik. Sebaliknya meminta kepada ruh Nabi saw dan orang2 shaleh dgn tetap berkeyakinan bahwa mereka pun menyerahkannya kepada kekuasaan Allah swt, maka sama sekali bukan syirik.

    Kelirukah pernyataan saya?

    Sudahkah hal ini dipahami?

    Salam

  20. #kanjeng
    Semoga Allah merahmati anda, rupanya anda yang belum memahami dengan baik artikel di atas, mohon dibaca kembali dengan tenang dan pikiran yang jernih.

  21. Klo kita ziarah ke makam wali..trus ngasih duit ke juru kunci?? Yg kenyang duit dan yg makan duit nya mah juru kunci !

  22. Ikhwanifillah dalam masalah agama Islam semuanya sudah ada syariatnya dan sya lihat komentar teman teman ini hanya bermodal hawa nafsu dan ini tentunya bukan Akidah Alhul sunnah, melainkan mu’tazilah dan murji’ah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *