‘’Aku Ingin Memahami Islam Lebih Dalam, Bagaimana Caranya?’’

Edisi 2018

  • Islam secara bahasa: pasrah, patuh, dan tunduk. Islamsecara istilah: memurnikan ketaatan dan keyakinan hanya kepada Allah, serta berlepas diri dari kesyirikan.
  • Ajaran Islam berasal dari wahyu Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, terdiri dari Al-Qur’an dan Al-Hadis yang menjadi sumber hukum utama Islam dan tidak akan mengalami kadaluwarsa.
  • Allahtelah mengirim petunjuk hidup dalam bentuk Al-Qur’an dan Hadis, memperkenalkan diri-Nya sebagai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
  • Allah juga dikenal sebagai Maha Adil, yang akan mengembalikan hak pada hari kiamat, serta Maha Mengetahuiyang terjadi dan akan terjadi.
  • Tujuan keberadaan manusia adalah beribadah kepada Allah, melalui ucapan dan perbuatan yang nampak atau tersembunyi, yang dicintai dan diridhai-Nya
  • Syarat diterimanya ibadah adalah ikhlas dan sesuai dengan ketentuan (tuntunan) yang telah ditetapkan.
  • Untuk mempelajari Islam dengan tepat, diperlukan ilmu yang didapatkan melalui guru yang kredibel. Seorang yang menuntut ilmu agama harus selektif dalam memilih guru dan menetapkan prioritas belajar.
  • Dalam mencari jawaban seputarpertanyaan agama, seseorang dapat bertanya kepada yang memiliki ilmu dan wajib mengamalkan ilmu yang didapat.

Islam secara bahasa bermakna pasrah, patuh, dan tunduk (Tafsir ath-Thabari, 6/274). Islam secara istilah yaitu ‘Memurnikan ketaatan dan keyakinan kepada Allah saja serta berlepas diri dari kesyirikan (menyekutukan Allah)’  (Tafsir al-Basith, 5/120). Kesimpulannya, Islam adalah sebuah panduan hidup yang membawa seseorang untuk berserah diri kepada Allah dengan cara mengesakan-Nya, tunduk dan patuh melalui amalan ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan (al-Ushul ats-Tsalatsah, 14).

Hakikat Islam

Terdapat tiga poin utama intisari dari Islam yaitu mengesakan Allah, tunduk terhadap syariat-Nya, serta berlepas diri dari sikap menyekutukan Allah. Oleh karena itu, Allah adalah zat yang berhak untuk ditunggalkan, karena hanya Allah yang dapat menciptakan, menguasai, serta mengurus seluruh makhluk-Nya secara mandiri. Ketika seseorang mengetahui bahwa hanya Allah yang mampu mengatur kejadian di langit dan bumi dengan keadilan dan hikmah, ia akan terbebas dari rasa ketergantungan terhadap sesama makhluk. Ia tidak akan merendahkan dirinya untuk meminta, takut, dan beribadah kepada selain Allah. Ia merasakan ketenangan dalam menjalankan kehidupan di atas syariat Islam, karena ia tahu siapa penyusun syariat ini.

Bagaimana Konsep Dasar Islam?

Islam diturunkan oleh Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam. Agama ini bersumber dari wahyu yang Allah turunkan. Wahyu memiliki 2 bentuk yaitu Al-Qur’an (Firman Allah) dan hadis (seluruh keterangan yang bersumber dari Nabi). Oleh karenanya sumber hukum Islam yang utama adalah Al-Quran dan hadits. Siapa yang ingin mengenal Islam, sudah selayaknya ia berusaha membaca Al-Qur’an dan hadits dengan pemahaman para ulama. Perlu diketahui bahwa syariat Islam tidak akan mengalami expired (kadaluwarsa) walaupun terjadi perkembangan teknologi dan beragamnya perbedaan ras, suku bangsa. Mengapa demikian? Karena Allah telah jadikan syariat ini kekal hingga kiamat serta aplikatif untuk seluruh umat (Lihat Q.S. Al A’raf: 158).

Siapa itu Allah?

Allah merupakan zat yang gaib dan tidak dapat dijangkau pancaindra (kecuali kelak di surga). Meskipun demikian, Allah telah mengirimkan petunjuk hidup (Al-Qur’an dan hadits) sebagai bentuk rahmat-Nya. Dari sana, kita dapat mengetahui bagaimana Allah memperkenalkan diri-Nya. Kita dapat mengetahui bahwa Allah sangat mengasihi sekalipun terhadap hamba-hamba-Nya yang tidak mau taat dan Maha Penyanyang kepada orang-orang yang beriman.

Sebaliknya, Allah juga bukan Tuhan yang bisa ditipu dan dipermainkan,

وَمَكَرُوا۟ وَمَكَرَ ٱللَّهُ ۖ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلْمَٰكِرِينَ

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Q.S. Ali Imran: 54).

Allah juga memiliki puncak keadilan, saking adilnya Allah pada hari kiamat kelak Allah akan mengembalikan hak kambing tidak bertanduk yang telah disakiti kambing bertanduk,

لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ

Sungguh semua hak akan dikembalikan kepada pemiliknya pada hari kiamat. Sampai diqishas (dibalas) kambing yang tidak bertanduk kepada kambing yang bertanduk.  (H.R. Muslim).

Allah berada pada puncak pengetahuan. Ia mengetahui semua yang telah terjadi, sedang terjadi, akan terjadi, dan mustahil terjadi. Andaikata yang mustahil terjadi itu terjadi, Allah sudah tahu bagaimana terjadinya. (Lihat Q.S. Al An’am : 27-28).

Dengan mengenal secuplik kemahasempurnaan Allah, kita semakin yakin bahwa syariat Islam memang sempurna dan murni untuk kebaikan kita sendiri. Allah tidak butuh shalat dan puasa kita. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, ‘’Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menginginkan rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menginginkan agar mereka memberi-Ku makan.’’ (Q.S. Adz Dzariyat : 56-57).

Untuk Apa Kita Ada?

Tujuan keberadaan kita di alam ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Ibadah adalah seluruh ucapan dan perbuatan yang Allah ridhai dan cintai, baik secara lahiriyah (nampak) atau batin (tersembunyi dalam hati). Contoh ibadah: shalat, zakat, puasa, membahagiakan orang tua, menebar salam, tidak menyakiti hewan, mendahulukan ucapan Nabi Muhammad di atas seluruh pendapat manusia, menaati peraturan lalu lintas, syukur, sabar, tawakal dst. Seluruh ibadah tersebut berisi kebaikan untuk diri kita sendiri.

Syarat diterimanya ibadah

Agama Islam bersumber dari wahyu, maka kita tidak bisa beragama semau kita. Ibadah memiliki syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan. Syarat agar ibadah kita diterima ada dua yaitu ikhlas dan sesuai dengan ketentuannya (tuntunan). Sebagus apapun shalat yang dikerjakan, namun ia mendirikannya karena pujian manusia, Allah tidak akan menerimanya. Seikhlas apapun shalat yang dikerjakan, namun ia menyusun gerakan dan bacaan yang tidak pernah diajarkan Nabi, Allah tidak akan menerimanya.

Demikianlah esensi syahadat, sebuah kalimat yang menjadi perjanjian antara seorang muslim dengan Allah. Pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya yang boleh diibadahi, membuat kita mengarahkan seluruh kebaikan yang kita lakukan hanya untuk-Nya semata. Pengakuan kita bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, membuat kita mentaati semua yang Nabi sampaikan sebagai seorang utusan dan sebagai bukti jujurnya iman kita kepada Allah, sebagaimana firman-Nya,

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku” (Q.S. Ali Imran : 31).

Lantas, Bagaimana Cara Mempelajari Islam dengan Tepat?

Untuk dapat menaati seluruh syariat Allah, kita membutuhkan ilmu. Muhammad bin Sirin berkata, ‘’Ilmu ini adalah bagian dari agama, karena itu perhatikan dari mana kalian mengambil agama kalian.’’ (Siyar A’lam an-Nubala’, 4/606). Selektif dalam menuntut ilmu merupakan konsep mendasar di seluruh cabang ilmu. Kita tidak bisa belajar agama sembarangan sebagaimana kita tidak bisa belajar ilmu kesehatan kepada pakar politik. Setelah mendapat guru bidang kesehatan pun kita perlu memilih lagi mana yang benar-benar kredibel (terpercaya). Untuk ilmu dunia saja kita perjuangkan sedemikian ketat. Lebih utama lagi kita perlakukan ilmu akhirat lebih selektif demi keselamatan kita.

Hendaknya guru tersebut memiliki akidah yang benar, bersumber dari Al-Qur’an dan hadits dengan pemahaman 3 generasi awal umat ini yang telah Nabi rekomendasikan bagusnya agama mereka (salafushshalih). Setelah mendapat guru, ia susun prioritas belajar, hendaknya ia mempelajari ilmu-ilmu yang wajib seperti akidah, shalat, membaca Al-Qur’an (terutama al-Fatihah). Seseorang yang belajar agama tidak boleh otodidak. Ia harus mencari dan mengikuti guru yang bisa membimbing. Sebab, dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits tidak dapat disimpulkan begitu saja tanpa disiplin ilmu yang tepat. Guru yang akan mengarahkan murid tersebut untuk belajar sesuai tingkat kadar pengetahuan dia, agar dia tidak merasa jenuh dan kebingungan, terlebih salah menyimpulkan agama Allah.

Bagaimana Saya Menemukan Jawaban atas Pertanyaan Saya seputar Agama?

Di antara bentuk rahmat Allah, Ia tidak membebani seluruh manusia untuk meneliti ayat dan hadits. Jika seseorang memiliki permasalahan agama, yang menjadi kewajiban baginya hanya dua: bertanya kepada yang memiliki ilmu dan mengamalkan ilmu tersebut.

Bagi masyarakat awam cukup mencari siapa orang berilmu yang dikenal baik agamanya serta bersikap hati-hati dalam menjawab permasalahan umat. Apabila dia telah mendapat jawaban dari orang berilmu tersebut, ia wajib mengamalkan ilmu tersebut. Tidak sepatutnya kita mencari-cari jawaban sesuai perasaan kita, jawaban yang semata-mata paling mudah untuk dikerjakan. Hal tersebut tidak mencerminkan jujurnya iman kita di hadapan Allah, melainkan kita hanya ingin bermain-main saja.

Ditulis : Syaroful Anam (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *