ADA APA SETELAH RAMADHAN

Edisi 1939

  • Amal seseorang di bulan Ramadhan tidak terputusdengan berakhirnya Ramadhan, tetapi selama hamba itu masih hidup, akan  terus berlanjut.
  • Termasuk tanda diterimanyaamalan kebaikan kita di bulan Ramadhan adalah dimudahkannya kita beramal setelah Ramadhan.
  • Kuantitas ibadah yang berkurang pada selain bulanRamadhan adalah hal yang lumrah. Namun, apakah amalan-amalan tersebut masih dilakukan?
  • Ada beberapa amalan yang sudah selayaknya kitajaga setelah Ramadhan pergi*. Meskipun ibadah tersebut sedikit namun kerjakanlah!
    *selengkapnya dalam buletin

Saudaraku, ramadhan telah usai dan Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, yang mana Allah masih berikan kehidupan dan kesempatan untuk beramal di dunia ini. Semoga  shalawat dan salam tetap tercurah untuk sang teladan terbaik di muka bumi ini, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitupula tercurah kepada keluarga, sahabat, dan orang yang mengikuti beliau dengan baik.

Ibnu Rajab Al-Hambali bertutur, “Sesungguhnya segala amal ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Rabbnya di bulan Ramadhan tidak terputus dengan berakhirnya Ramadhan, tetapi selama hamba itu masih hidup, akan terus berlanjut setelah berakhirnya Ramadhan” (Al-Wabilush Shayyib (14/1))

Asy Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah memberikan wasiat saat beliau menyampaikan khutbah,

 “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan iringilah berlalunya Ramadhan dengan terus melakukan amalan kebaikan. Termasuk tanda diterimanya amalan kebaikan kita di bulan Ramadhan adalah dimudahkannya kita beramal setelah Ramadhan. Ramadhan ialah ajang untuk melakukan berbagai kebaikan serta merupakan awal dari sebuah taubat dan batu loncatan untuk beramal shaleh selanjutnya. Dikarenakan akhir dari sebuah amalan kita adalah dengan berakhirnya umur, bukan dengan berakhirnya Ramadhan.

Di antara tanda ditolaknya amalan adalah sesorang setelah keluar dari bulan Ramadhan, jauh lebih jelek amalannya dari sebelum Ramadhan. Dengan demikian perhatikanlah diri kalian, semoga Allah merahmati kalian. Perhatikan diri kalian setelah berlalunya bulan Ramadhan. ” (https://www.alfawzan.af.org.sa/ar/node/13453)

Masalahnya Bukan pada Kuantitas Ibadah

Nabi shallallahu’alaihi wasallam menjadi lebih dermawan ketika di bulan Ramadhan, Ibnu Abbas radhiallahu’anhu bercerita,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (H.R. Bukhari).

Hadits di atas menunjukkan bahwa kuantitas ibadah yang berkurang pada selain bulan Ramadhan adalah hal yang lumrah. Betul iman itu bisa berkurang dan bisa bertambah, iman akan berkurang dengan maksiat dan iman akan bertambah dengan ketaatan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung“.” (Q.S. Alimron: 173).

Masalahnya bukan pada amalan kita yang berkurang kuantitasnya setelah Ramadhan. Namun, apakah amalan-amalan yang kita kerjakan pada bulan Ramadhan masih langgeng sampai saat ini? Minimalnya masih ada sisa, bukan usai setelah Ramadhan usai. Karena kita diperintahkan oleh Allah untuk beribadah sampai ajal menjemput kita. Allah Ta’ala berfirman,

Sembahlah Allah sampai datangnya Al Yaqin (maut)” (Q.S. Al Hijr: 99).

Amalan yang Selayaknya Dilazimkan Setelah Ramadhan Usai

Ada beberapa amalan yang sudah selayaknya kita jaga setelah Ramadhan pergi. Meskipun ibadah tersebut sedikit namun kerjakanlah sebagaimana Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (H.R. Muslim)

Shalat Fardhu Secara Berjama’ah

Selama bulan Ramadhan, kita sudah membiasakan diri untuk selalu dekat dengan masjid. Setiap kali adzan berkumandang kita ayunkan langkah kaki untuk mengerjakan kewajiban shalat secara berjamaah. Ketika kita bersemangat untuk shalat tarawih secara berjamaah maka sholat 5 waktu sudah selayaknya kita lebih bersemangat lagi untuk berjamaah. Terlebih lagi pahala yang begitu besar didapatkan bagi orang yang shalat wajib secara berjamaah. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda

Shalat jama’ah itu derajatnya senilai dengan 25 shalat. Jika seseorang mengerjakan shalat ketika dia bersafar, lalu dia menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, maka shalatnya tersebut bisa mencapai pahala  50 shalat.” (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani)

Tak hanya itu, shalat 5 waktu secara berjamaah juga mempunyai keutamaan dapat menghapuskan dosa-dosa kita, sebagaimana Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu pernah mendengar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

Barangsiapa berwudhu untuk shalat, lalu dia menyempurnakan wudhunya, kemudian dia berjalan untuk menunaikan shalat wajib yaitu dia melaksanakan shalat secara berjama’ah atau melaksanakan shalat di masjid, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.”(H.R. Muslim)

Merutinkan Membaca dan Menadaburi Al Qur’an

Al Qur’an merupakan petunjuk kehidupan. Allah memerintahkan kita untuk membaca dan menadaburi Al Quran. Allah Ta’ala berfirman,

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad: 24)

Ibnul Qayyim memberikan tips untuk menadaburi Al Quran dalam kitabnya Al Fawaid, beliau menyampaikan, “Apabila engkau ingin memetik faidah dari Al Qur’an maka fokuskan hatimu saat membacanya dan mendengarkannya. Pasang baik-baik telingamu dan posisikanlah diri seperti posisi orang yang diajak bicara langsung oleh Dzat yang berfirman”.

Bayangkan jika anda memiliki sebuah peta untuk keluar dari hutan belantara maka niscaya kita akan memperhatikan arah dan petunjuknya agar kita bisa selamat. Begitupula apabila kita ingin selamat di dunia dan akhirat maka semua arahan dan petunjuk tersebut sudah dicantumkan di Al Quran dan Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain itu, indikator hati dan iman kita sedang baik adalah kita rutin membaca kalam-Nya, kita tak pernah bosan membacanya. Sebagaimana wejangan dari Utsman bin ‘Affan radhillahu ‘anhu, “Seandainya hati kita bersih maka kita tidak akan puas membaca Kalamullah (Al Quran).” (Ighatsatul Lahfan, 1/64).

Sudah selayaknya kita merutinkan membaca Al Quran dan menadaburinya. Sisihkanlah 10-15 menit waktu kita untuk membaca dan menadaburi Al Quran. Niscaya kita akan merasakan kebahagiaan. Sejauh mana kita ingin bahagia sejauh itu pula kadar diri kita membaca Al Quran.

Shalat Malam Jangan Ditinggalkan

Shalat malam yang biasanya kita lakukan di bulan Ramadhan ialah shalat tarawih. Sebenarnya shalat malam di bulan selain Ramadhan tetaplah dianjurkan. Allah Ta’ala bahkan menyebutnya secara spesial di Al Quran,

“Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” (Q.S. Al Insan: 25-26)

Bahkan sholat malam merupakan ciri-ciri utama dari orang sholih. Allah katakan dalam Al Quran,

Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam dan di akhir malam mereka beristighfar kepada Allah”(Q.S. Ad-dzariyat: 17-18)

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma menerangkan tafsir ayat tersebut bahwa, “Tak ada satupun malam yang mereka lewatkan melainkan mereka melakukan sholat malam walaupun hanya beberapa rakaat saja”. (Tafsir At Thabari).

Tak cukup di sini, Nabi Muhammad juga memberikan motivasi yang begitu luar biasa untuk kita agar semangat melakukan sholat malam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.  bersabda,

“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.”(H.R. Muslim).

Dan berbagai keutaman lainnya yang begitu banyak. Usahakan sholat malam walaupun hanya beberapa rakaat saja. Walaupun hanya satu rakaat.

Shalat witir minimal menurut Syafiiyah dan Hanabilah adalah satu rakaat. Mereka mengatakan, boleh shalat witir satu rakaat dan tidak makruh. Berdasarkan hadis, ‘Shalat malam 2 rakaat – 2 rakaat, apabila kamu khawatir masuk subuh, kerjakan witir satu rakaat.” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 27/293).

Dilakukan setelah shalat isya langsungpun tak ada masalah namun alangkah baiknya dilakukan setelah shalat ba’diyyah isya, sebelum kita tidur juga bisa saja. Kalau tak sanggup dengan berdiri, shalat dengan dudukpun bisa. Langgengkan amalan tersebut sampai kita diwafatkan oleh Allah Ta’ala.

Penutup

Masih banyak amalan yang bisa kita rutinkan dikeseharian kita. Ada bersedekah, belajar agama dengan mendatangi majelis ilmu, ada puasa sunnah lainnya termasuk puasa 6 hari setelah syawal di mana saat ini (bulan syawal) kita disunnahkan untuk berpuasa di dalamnya. Dan masih banyak amalan lainnya. Semoga ibadah kita tak berhenti di bulan Ramadhan. Semoga Allah terima ibadah-ibadah yang telah kita lakukan dan masukkan kita ke Surga-Nya. Ketaatan butuh perjuangan dan peluh keringat, namun akhirnya ialah kenikmatan yang tak pernah dipandang oleh mata manusia, didengar oleh telinga manusia, dan terlintas sedikit saja di fikiran manusia, Surga.

Disalin dari Buletin At-Tauhid Edisi 1838, https://buletin.muslim.or.id/ada-apa-setelah-ramadhan/

Penulis: Herbi Yuliantoro, S.Si, M.Eng. (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Murajaah: Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *