Persinggahan Kehidupan Setelah Kematian

Edisi 2032

  • Kesibukan dunia seringkali membiaskan fokus kita menjadi terpaku pada kehidupan dunia. Padahal, perjalanan kita di dunia hanyalah satu langkah kecil yang menentukan bagaimana kehidupan kita setelahnya
  • Dalam perjalanan menuju akhirat, manusia akan melewati beberapa fase, di antaranya:
  1. Kematian
  2. Kehidupan di alam barzakh
  3. Hari kebangkitan
  4. Pengumpulan di Padang Mahsyar
  5. Minum dari Telaga Haudh
  6. Hisab amal
  7. Penimbangan amal
  8. Melewati jembatan Sirath, dan akhirnya menuju ke surga atau neraka.
  • Kehidupan di dunia adalah ujian untuk menentukan kehidupan selanjutnya, oleh karena itu, penting untuk selalu bersabar, berdoa, dan berusaha untuk melakukan amal shalih

Bismillah, washalatu wassalamu ‘ala Rasulillah

Kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala. Kesibukan dunia seringkali membiaskan fokus kita menjadi terpaku pada kehidupan dunia. Padahal, perjalanan kita di dunia hanyalah satu langkah kecil yang menentukan bagaimana kehidupan kita setelahnya. Allah Ta’ala berfirman, “Mereka berkata, ‘Duhai alangkah baiknya jika dulu aku mengerjakan amal shalih untuk hidupku ini.’” (Q.S. Al-Fajr: 24). Oleh karena itu, penting bagi kita mengingat kembali bagaimana kehidupan kita setelah wafat nanti dan apa yang bisa kita siapkan untuk menyambutnya.

Berikut ini, beberapa persinggahan yang akan kita lalui hingga kita sampai di akhirat :

Kematian

Kematian merupakan suatu hal yang diyakini akan terjadi, baik oleh orang yang beriman maupun tidak. Dia menjadi akhir perjalanan kita di dunia dan awal perjalanan kita pada tahap selanjutnya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan. (Q.S. Al-Jumu’ah ayat 8)

Alam Barzakh

Kehidupan di alam barzakh merupakan awal kehidupan kita yang sebenarnya. Pada fase ini, manusia diuji dengan pertanyaan kubur, yakni Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?. Orang yang beriman akan Allah teguhkan untuk menjawab: ‘Allah adalah Rabbku, Islam adalah agamaku, Muhammad adalah nabiku’. Jawaban ini tidaklah keluar dari sebatas pengetahuan kita di dunia, akan tetapi berasal dari keimanan yang ikhlas kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱلْقَوْلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Q.S. Ibrahim: 27) Oleh karena itu, tidaklah cukup kita sekedar mengetahui jawaban, tapi kita perlu untuk mengimani dengan keimanan yang benar.

Kemudian, pada fase ini pula terdapat adzab dan nikmat kubur sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan, “Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.” (H.R. Muslim)

Hari Kebangkitan dan Dikumpulkannya Manusia di Padang Mahsyar

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَن لَّن يُبْعَثُوا۟ ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّى لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

“Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, kamu pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kamu kerjakan.’ Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Q.S. At-Taghabun: 7).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dikumpulkan menuju Allah Ta’ala dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Pada fase ini, manusia dibangkitkan dalam keadaan susah payah, kemudian dikumpulkan di padang mahsyar dengan matahari yang didekatkan.

Keimanan terhadap adanya hari kebangkitan dan dikumpulkan di padang mahsyar membuka hati kita untuk perhatian dan bersungguh-sungguh menyiapkan perbekalan sebelum kematian. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, serpihan dunia yang kita kumpulkan tidak akan bermanfaat kecuali telah menjadi amal shalih yang kita niatkan karena Allah Ta’ala.

Tentang Al-Haud

Al-Haudh (الحوض) merupakan telaga yang telah Allah siapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya umatnya bisa minum dari air telaga tersebut, sehingga tidak lagi merasa kehausan akibat teriknya matahari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ

“Aku tunggu kalian di Telaga Haudh” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Betapa beruntung orang yang dapat meminum air dari Telaga Haudh, sementara di antara umat beliau ada yang dihalau untuk meminumnya. Sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Diperlihatkan bersamaku beberapa orang di antara kalian, kemudian dicabut dari pandanganku. Aku pun berteriak, ‘Wahai Rabb-ku, (mereka) sahabatku,’ maka ada suara, ‘Engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sepeninggalmu.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala keistiqamahan dalam menapaki agama-Nya.

Persinggahan Setelah Padang Mahsyar

Selepas manusia menunggu di Padang Mahsyar, tibalah saatnya manusia dihitung amalnya. Inilah yang disebut yaumul hisab. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ إِلَیۡنَاۤ إِیَابَهُمۡ ثُمَّ إِنَّ عَلَیۡنَا حِسَابَهُم

“Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka” (Q.S. Al Ghasyiyah: 25-26).

Selain itu, ada pula yaumul mizan, yakni hari dimana amal kita ditimbang oleh Allah sebagaimana dalam firman-Nya,

وَٱلْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ ٱلْحَقُّ ۚ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(Q.S. Al A’raf: 8).

Kita renungkan bagaimana Allah mengabarkan dalam  Al Haqqah ayat 19 – 35 tentang dua kondisi berbeda antara hamba yang diberi kitab catatan amal dari kanan dan yang diberi kitab catatan amal dari kiri. Orang yang diberi dari sisi kanan Allah kabarkan mendapatkan surga yang tinggi, yang buah-buahannya dekat, dan dikatakan kepada mereka, “Makan dan minumlah dengan disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Q.S. Al-Haqqah ayat 24). Adapun yang diberikan dari sisi kiri, mereka menyesal, “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).” (Q.S. Al-Haqqah : 25). Harta maupun kuasa tak lagi bermanfaat untuk dirinya.

Sirath

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam. Kami (para Sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana (bentuk) jembatan itu?”. Jawab beliau, “Licin (lagi) menggelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dân …” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Untukmu yang Mendambakan Kematian

Dalam menjalani hari-hari yang tidak mudah, kita boleh merasa lelah. Kita boleh istirahat sejenak dan mengambil nafas segar untuk melanjutkan perjalanan. Terkadang diantara kita ada pula yang ingin menyerah. Tapi, selama kita masih hidup, kita masih memiliki kesempatan berikutnya. Kita renungkan bagaimana sayangnya Allah kepada hamba-Nya. Dalam Surah Ad-Dhuha, kita perhatikan bagaimana Allah mengafirmasi apa yang Rasulullah rasakan ketika beliau sedih dihina oleh orang-orang kafir tatkala turunnya wahyu sempat terhenti. Kita renungkan bagaimana sifat penyayangnya Allah kepada hamba-hambanya yang beriman.

Waktu hidup di dunia yang sangat singkat ini hendaknya kita gunakan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan bekal berupa amal ketaatan kepada Allah Ta’ala. Singkatnya kehidupan dunia ini menyingkap tujuan dibalik penciptaan alam semesta. Allah Ta’ala berfirman, “Dia lah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah yang paling baik amalnya, dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun” (Q.S. Al-Mulk:2).

Bersabarlah, mari perbanyak berdo’a kepada Allah, “Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa” [artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah]. (H.R. Ibn Hibban, dikatakan shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

Ditulis: Adi Sudrajat (Alumni Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Dimuraja’ah: Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *