EDISI 2136
—
H.R. Bukhari
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“…barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung silaturahim…”
- Menyambung tali silaturahim merupakan kewajiban setiap muslim.
- Allah memerintahkan untuk menyambung tali silaturahim dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan dan kondisi.
- Allah menjanjikan banyak keutamaan bagi siapa saja yang menyambung tali silaturahim.
- Allah memberikan banyak ancaman bagi siapa saja yang memutus tali silaturahim.
Tali silaturahim ialah hubungan kekerabatan baik kerabat laki-laki maupun perempuan, baik dari pihak ayah maupun ibu. Ibn Baz rahimahullah menjelaskan, “Kerabat itu adalah sanak saudara menurut nasab dari pihak ibu dan bapak, sesuai dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitabullah” (Q.S. Al Anfal : 75). Maka yang paling dekat adalah ayah, ibu, kakek dan nenek, anak dan anak-anaknya selama mereka berketurunan, kemudian yang terdekat dan terdekat berikutnya adalah saudara laki-laki dan anak-anaknya, paman dan bibi dari pihak bapak serta anak-anaknya, paman dan bibi dari pihak ibu beserta anak-anaknya.”
An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Menyambung tali silaturahim adalah berbuat baik terhadap sanak saudara sesuai dengan keadaan sanak saudara dan kerabat yang disambung. Bisa berupa menyambung dengan harta, dengan berkhidmat melayani kerabat, dengan kunjungan, salam, dll.”
Urgensi Silaturahim
Silaturahim atau menjaga hubungan kekerabatan, merupakan salah satu perintah Allah dalam Al-Qur’an yang juga merupakan aspek fundamental dalam ajaran Islam. Allah Ta’ala berfirman,
وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلۡحِسَابِ
“Orang-orang yang menyambung apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan, takut kepada Rabbnya, dan takut (pula) pada hisab yang buruk.” (Q.S. Ar Ra’d : 21)
As Sa’di rahimahullah memberi komentar, “Ayat ini umum mencakup semua yang Allah perintahkan untuk disambung, berupa iman kepada Allah dan RasulNya, tunduk kepadaNya dengan ibadah dan mentauhidkanNya, menaati Allah dan RasulNya, menyambung hubungan dengan ayah dan ibu dengan berbakti pada keduanya dan tidak durhaka, dan menyambung tali silaturahim dengan berbuat baik, dengan perbuatan maupun dengan ucapan”.
Sebaliknya, Allah Ta’ala memberikan ancaman yang pedih bagi mereka yang memutus tali silaturahim dengan menyebutkan langsung di dalam Al Qur’an,
فَهَلۡ عَسَيۡتُمۡ إِن تَوَلَّيۡتُمۡ أَن تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَتُقَطِّعُوٓاْ أَرۡحَامَكُمۡ٢٢ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمۡ وَأَعۡمَىٰٓ أَبۡصَٰرَهُمۡ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan silaturahim? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Q.S. Muhammad : 22-23).
Memutus tali silaturahim ini termasuk ciri masyarakat jahiliyah. Ibn Katsir rahimahullah menjelaskan mengenai tafsir ayat tersebut, “Yaitu mereka kembali pada seruan orang-orang jahil di masa jahiliyah, yang suka menumpahkan darah dan memutus tali silaturahim”.
8 Keutamaan Menyambung Silaturahim :
- Silaturahim Merupakan Sebagian dari Iman
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من كان يؤمن بالله واليوم الآخـر فليـكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت
“Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya, barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung silaturahim, dan barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata benar atau diam.” (H.R. Bukhari)
- Silaturahim Merupakan Sebab Keberkahan dan Keluasan Rezeki
Sifat alami pada diri manusia adalah menginginkan rezeki yang berlimpah, sehingga setiap yang menginginkannya hendaklah ia mengupayakannya dengan menyambung silaturahim. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من أحب أن يبسط له في رزقه ، وينسأ له في أثره ، فليصل رحمه
“Barangsiapa yang ingin dibentangkan rizkinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah dia menyambung silaturahmi.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
- Silaturahim Sebab Kemakmuran Suatu Negeri
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ، أَوْ حُسْنُ الْخُلُقِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ، وَيَزِيْدَانِ فِي الأَعْمَارِ
“Silaturahim dan berbuat baik kepada tetangga, atau akhlak yang baik akan memakmurkan negeri dan menambah usia” (H.R. Ahmad, Al Baihaqi dan selainnya, dinilai shahih oleh Al Albani).
- Silaturahim Termasuk Sebab Agar Dipanjangkan Umur
- Silaturahim Sebab Dijauhkan dari Kematian yang Buruk (Su’ul Khatimah)
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من سره أن يمد له في عمره، ويوسع له في رزقه، ويدفع عنه ميتة السوء، فليتق الله وليصل رحمه
“Siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, hendaknya ia bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahim.” (H.R. Al Bazzar dan Al Hakim dengan sanad yang jayyid)
Ibn Hajar rahimahullah menjelaskan, “Kemungkinan pertama, pertambahan umur ini merupakan kiasan dari keberkahan dalam hidup karena memperoleh taufik untuk ketaatan, memperbanyak waktunya untuk apa yang bermanfaat baginya di akhirat, dan menjaganya agar tidak terbuang sia-sia untuk hal lain, sehingga seolah-olah dia menjadi awet muda karenanya.
Kemungkinan kedua, pertambahan usia ini benar-benar bertambah secara hakikat, dan itu berkaitan dengan ilmunya Al Malik (Allah Ta’ala). Sehingga misalnya umur si Fulan, 100 tahun jika ia menyambung tali silaturahim dan 60 tahun jika ia memutuskannya.”
- Silaturahim Sebab Dicintai oleh Keluarga
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
من اتّقى ربَّه ووصل رحمَه نُسئ في أجلِه وفي لفظٍ أنسئ له في عمرِه وثرا مالُه وأحبّه أهلُه
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Riwayat Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, dinilai shahih oleh Al Albani)
- Sebab Terjaganya Hubungan dengan Allah
الرحم متعلقة بالعرش تقول: من وصلني وصله الله، ومن قطعني قطعه الله
“Rahim (kekerabatan) itu tergantung di Arsy, dia berkata, siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya, dan siapa yang memutuskanku, maka Allah pun akan memutuskannya.” (H.R. Bukhari)
Sebagian ulama menjelaskan, hakikat menyambung silaturahmi itu adalah kebaikan dan kasih sayang. Maka menyambung hubungan dengan Allah Ta’ala maksudnya adalah menyambung dengan kebaikan dan kasih sayang Allah Ta’ala, bisa juga maknanya adalah kelapangan dada dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.
- Sebab Masuk Surga
يا أَيُّها الناسُ! أَفْشُوا السلامَ، و أطْعِمُوا الطعامَ، وصِلُوا الأرحامَ، وصَلُّوا بالليلِ والناسُ نِيَامٌ، تَدْخُلوا الجنةَ بسَلامٍ
”Wahai sekalian manusia sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah tali silaturahim, dan shalatlah di malam hari (shalat tahajjud -pen) kala manusia tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al Albani)
Bahaya Memutus Tali Silaturahim
- Terhalang Masuk Surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يدخل الجنة قاطع
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (tali silaturahim –pen).” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Sulthan al ‘Amri memberikan penjelasan bahwa makna hadits tersebut bukanlah tidak masuk surga karena menjadi kafir, melainkan tidak masuk surga seperti golongan yang memasukinya di awal-awal, sehingga mereka memasukinya sebagai golongan yang terakhir karena diazab terlebih dahulu di neraka.
- Tidak Diterima Amalannya
إن أعمال بني آدم تعرض كل خميس ليلة الجمعة فلا يقبل عمل قاطع رحم
“Sungguh amalan anak Adam dilaporkan (kepada Allah –pen) setiap Kamis malam Jum’at, dan tidak diterima amalan orang yang memutus tali silaturahim.” (H.R. Ahmad dengan sanad shahih).
- Disegerakan Baginya Hukuman di Dunia
ما من ذنب أجدر أن يعجل الله لصاحبه بالعقوبة في الدنيا مع ما يدخر له في الآخرة من البغي وقطيعة الرحم
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukumannya bagi pelakunya di dunia bersama dengan azab yang ditangguhkan (tersimpan) baginya di akhirat, selain dosa kezhaliman dan memutus tali silaturrahim.” (H.R. Abu Dawud, dinilai shahih oleh Al Albani)
- Memutus Tali Silaturahim Termasuk Dosa Besar
Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama semisal Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah mengkategorikan memutus tali silaturahim sebagai dosa diantara 70 dosa besar. Sehingga dosa tersebut hanya dapat dihapus dengan taubat yang sebenar-benarnya atau taubat nasuha.
Demikianlah urgensi menyambung tali silaturahim dan ancaman keras bagi siapa saja yang memutus tali silaturahim. Semoga Allah Ta’ala beri kemudahan bagi kita untuk senantiasa menjadi penyambung tali silaturahim. Aaamiin yaa Rabbal alamin.
Penulis : Yhouga Ariesta, S.T. (Alumni Ma’had Al ‘ilmi Yogyakarta)
Pemuroja’ah : Ustadz Abu Salman, B.I.S.