Menutup Amal dengan Istighfar, Mengapa Penting?

“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (H.R. Tirmidzi)

  • Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk menutup amalan kita dengan istighfar, terutama selepas sholat fardhu dan dhuha, haji, membaca Qur`an, bermajelis, dan amalan lainnya.
  • Istighfar turutberfungsi sebagai dzikir, doa, penambah pahala, serta penambal amalan ibadah.
  • Allahmenjanjikan ampunan bagi siapa saja yang bertaubat dan beristighfar kepada-Nya.
  • Rasulullah bertaubat dan beristighfar setidaknya 70 hingga 100 kali dalam sehari. Sebagai manusia biasa yang banyak dosa, kita lebih pantas untuk banyak beristighfar.
  • Faidah membaca doa penutup majelis: perkataanbaiknya akan distempel, perkataan buruknya akan

<<<>>>

Istighfar berasal dari kata kerja istighfarayastaghfiru yang artinya meminta ampunan. Sementara itu, akar kata istighfar adalah ghafara yang berarti menutupi.

Seusai melakukan suatu amalan –semisal sholat, haji, membaca Al-Qur`an, majelis pertemuan, atau lainnya–, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan orang tersebut untuk menutup amalnya dengan istighfar, karena istighfar juga berfungsi sebagai dzikir, doa, penambah pahala, serta penambal amalan ibadah yang telah dikerjakan.

 

Mengapa beristighfar?

Manusia tidaklah terjaga dari kesalahan dan dosa, karena setan selalu mengintai dan menghembuskan nafsu kedalam dirinya. Setan menghiasinya dengan gemerlap keindahan dunia. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Dan aku (istri al-Aziz) tidak menyatakan diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang”. (Q.S. Yusuf: 53).

Terlebih lagi dalam hal ibadah, tentu kita melakukan banyak kekurangan dalam berbagai ibadah tersebut. Oleh karena itu, banyak perintah dalam Al-Qur`an maupun Hadits yang menganjurkan kita senantiasa beristighfar seusai melakukan aktivitas ibadah.

 

Kapan kita ditekankan untuk beristighfar?

  1. Seusai salam dalam sholat fardhu

Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika selesai shalat, beliau membaca istighfar 3 kali. Kemudian membaca, “Allahumma antas salam wa minkas salam tabarakta dzal jalali wal ikram.” (H.R. Muslim 1362 & Nasai 1345).

  1. Seusai sholat dhuha

Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam seusai shalat Dhuha, beliau mengucapkan, Alloohummaghfir lii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rohiim. (artinya: Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang) hingga seratus kali.” (H.R. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 619. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih, https://sunnah.com/adab:619).

  1. Seusai haji

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka apabila kalian telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allâh di Masy’aril haram [di Muzdalifah], dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allâh sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepada kalian; dan sesungguhnya kalian sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian bertolaklah kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (yaitu dari ‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allâh; sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah: 198-199).

  1. Setelah membaca Al-Qur’an

Istighfar juga sering dilantunkan oleh Nabi kita tercinta shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam bacaan “subhaanakallahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Tidaklah Nabi duduk di majelis, tidak pula membaca Al Qur`an –redaksi dari Khollaad bin Sulaiman-, dan tidak pula sholat kecuali menutupnya dengan kalimat-kalimat tersebut.

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihatmu tidaklah duduk di suatu majelis, tidak juga membaca Al Qur`an, dan tidak juga sholat kecuali engkau tutup dengan kalimat tersebut.” Beliau bersabda, “Iya, siapa yang berkata baik akan ditutup dengan stempel kebaikan; dan siapa yang berkata buruk, akan menjadi penghapus dosanya. Yaitu (ucapan) ‘subhaanakallahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.” (H.R. Nasa’i dalam as Sunan al Kubra 10.067, Thabrani dalam ad Du’a 1912. Syaikh Al Albani dan Syaikh Muqbil menyatakannya shahih).

Sebagian ulama berpendapat jika setelah membaca Al-Qur`an langsung pergi meninggalkan majelis, disunnahkan membaca doa penutup (kafarat) majelis tersebut terlebih dahulu. Adapun jika setelah membaca Al-Qur`an kita masih duduk di majelis, maka tidak disyari’atkan -sebagaimana hadis dari Ibnu Mas’ud dalam riwayat Bukhari dan Muslim-.

  1. Seusai menunaikan majelis dan semua amalan

Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata di akhir majelis jika beliau hendak berdiri meninggalkan majelis, “Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik (artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau, aku meminta ampunan dan bertaubat pada-Mu).”

Ada seseorang yang berkata pada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, engkau mengucapkan suatu perkataan yang belum pernah engkau ucapkan sebelumnya.” Beliau bersabda, Doa itu sebagai penambal kesalahan yang dilakukan dalam majelis.” (H.R. Abu Daud, no. 4857;  Ahmad, 4: 425. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Maksud sebagai penambal kesalahan adalah penambal perkataan yang sia-sia.

 

Jangan bosan beristighfar

Tiada manusia yang tak berdosa. Allah Ta’ala telah menjanjikan ampunan bagi siapa saja yang bertaubat dan beristighfar kepada-Nya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

Demi Dzat yang diriku berada ditangan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa, Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun mengampuni dosa mereka.” (H.R. Muslim).

Berdasarkan hadits di atas, Nabi menginginkan agar kita senantiasa memohon ampunan (beristigfar) kepada Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits lain,

“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (H.R. Tirmidzi no. 2499, dalam shahih al-Targīb).

Bahkan Rasul kita tercinta shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling banyak beristighfar dan bertaubat. Padahal beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam merupakan orang yang ma’shum (terjaga dari dosa) dan dijamin diampuni dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Nabi kita tidak pernah bosan dalam bertaubat dan beristighfar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Demi Allah, sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (H.R. Bukhari).

Dalam riwayat lain beliau juga bersabda, “Wahai sekalian manusia! Bertaubatlah (beristighfar) kepada Allah, karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (H.R. Muslim).

Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja bertaubat dan beristighfar sebanyak 70 hingga 100 kali dalam sehari, terlebih lagi kita –sebagai manusia biasa yang banyak dosa–  lebih pantas untuk beristighfar setiap saat.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan bagi kita untuk mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memperbanyak istighfar kepada Allah setiap hari dan setiap saat.

Penulis : Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd. (Redaktur Buletin At-Tauhid), disarikan dari https://muslim.or.id/81134-istigfar-penutup-segala-amal.html

Pemurojaah : Ustadz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *