memanfaatkan waktu luang

<<<>>>

  1. 1.Ada nikmat yang sering dilalaikan manusia, salah satunya adalah nikmat mendapatkan waktu luang.
  2. 2.Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah dengan meninggalkan hal-hal yang tidak ada manfaatnya, baik untuk dunia terlebih akhirat.
  3. 3.Ramadhan sebentar lagi datang, akan tetapi tidak ada yang bisa memastikan bahwa ia dapat bertemu dengan bulan Ramadhan. Mari mempersiapkan bekal, berharap dan berdoa.
  4. 4.Bekal ilmu sangat penting untuk dipelajari sebelum beramal, karena syarat diterimannya amal setelah niat (ikhlas) adalah mutaba’ah (mengikuti apa yang Nabi contohkan).

Ada dua nikmat yang banyak membuat manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.

(H.R. Bukhari).

<<<>>>

Bismillah, wash-shalatu was-salaamu ‘alaa Rasulillah, amma ba’du.

Pada masa-masa penyebaran virus Corona yang semakin meluas ini, maka Pemerintah menghimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas untuk keluar rumah sehingga banyak instansi pendidikan, perkantoran dan tempat-tempat umum yang diliburkan, bahkan ditutup.

Ketika di rumah, mungkin saja banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk aktivitas yang kurang bermanfaat. Padahal ada banyak kegiatan positif yang dapat kita lakukan di rumah, apalagi mendekati bulan suci ramadhan. Di antaranya kita dapat memanfaatkan untuk mengumpulkan bekal terutama bekal ilmu agar waktu kita tidak terbuang oleh hal yang sia-sia.

Waktu Luang adalah Nikmat yang Terlupakan

Di antara nikmat besar yang sering dilalaikan manusia adalah nikmat mendapatkan waktu luang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua nikmat yang banyak membuat manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.(H.R. Bukhari).

Coba perhatikan keadaan kita selama di rumah beberapa waktu ini, apakah kita melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk dunia dan terlebih untuk akhirat, ataukah justru aktivitas yang sia-sia dan menambah catatan dosa.
Ada dua sisi dari keadaan kita saat ini, ada yang memilih mengisi waktu luang untuk membaca Qur’an, membantu orang tua, muraja’ah (membaca ulang) buku/kitab dan kegiatan yang bermanfaat lainnya. Ada juga yang menghabiskan waktu untuk main game online sampai larut malam, atau nonton serial film tertentu, atau malah stalking instagram lawan jenis, melihat timeline facebook dan story WhatsApp satu persatu. Bahkan ada pula terjerumus ke dalam dosa besar berupa melihat aurat lawan jenis dan menggunjing aib saudara kita lewat media sosial. Kondisi di mana kita hampir tidak melakukannya ketika sudah sibuk dengan urusan-urusan pekerjaan yang penting sehingga waktu yang tersisa untuk mengistirahatkan badan dan pikiran.

Padahal berkaitan dengan nikmat waktu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan,

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu; (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu; (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu; (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu; (5) Hidupmu sebelum datang matimu.” (H.R. An-Nasa’i, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Tanda Baiknya Islam Seseorang

Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah dengan meninggalkan hal-hal yang tidak ada manfaatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah (dia) meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.(H.R. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Berdasarkan hadis tersebut, kita sebaiknya meninggalkan apa-apa yang tidak berguna bagi diri kita, baik dalam urusan dunia terlebih dalam urusan akhirat. Karena hal itu lebih menjaga waktu dan lebih selamat untuk agama kita. 

Maka termasuk dalam hadis ini adalah mencari tahu apa-apa yang tidak penting bagi kita, tidak bermanfaat bagi kita dalam agama, atau semangat untuk mengetahui berita-berita tentang orang tertentu, atau duduk manis berjam-jam di depan TV untuk menonton sinetron, megikuti perkembangan artis-artis, dan lain sebagainya. Bukankah lebih baik jika kita gunakan waktu untuk membaca al-Qur’an atau Hadis dan mengahafal serta memahaminya?

Persiapkan Bekal untuk Menyambutnya

Tidak terasa, di tengah banyaknya media memberitakan tentang penyebaran wabah, di kala kita sibuk akan deadline tugas dan pekerjaan, waktu sangat cepat berlalu, hari demi hari kita lewati, ternyata bulan penuh keberkahan, ampunan dan rahmat sudah di depan mata.

Kita tahu bawa Ramadhan pasti datang, akan tetapi tidak ada seorangpun dari kita yang bisa memastikan bahwa kita akan bertemu dengan Ramadhan, Kita hanya bisa berharap dan berdoa. Sungguh nikmat yang sangat disyukuri bila kita dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Tentu beruntunglah orang yang telah mempersiapkan bekal menyambut bulan yang mulia tersebut. Lalu, bekal apa yang telah kita persiapkan untuk menyambut kedatangan tamu yang agung tersebut? 

Berbekalah dengan Ilmu

Ada beberapa bekal yang perlu disiapkan untuk menyambut bulan Ramadhan, salah satunya yaitu bekal ilmu. Imam Bukhari dalam kitab shahihnya menulis sebuah bab khusus tentang pentingnya ilmu sebelum beramal yang diberi judul Bab al-‘Ilmu Qabla al-Qauli wa al-‘Amal (Bab Tentang Pentingnya Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat). Sebelum mencantumkan hadits-hadits Rasulullah yang berkaitan dengan judul Bab, beliau menempatkan terlebih dahulu sebuah ayat yang mana memerintahkan untuk berilmu terlebih dahulu sebelum beramal.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka ketahuilah (carilah ilmu), bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang patut diibadahi kecuali Allah” …. (Q.S. Muhammad: 19).

Ilmu sangat penting ditekankan untuk dipelajari sebelum beramal, karena syarat diterimannya amal setelah niat (ikhlas) adalah mutaba’ah (mengikuti apa yang Nabi contohkan). Amal tersebut harus bersesuaian dengan syari’at dan sunnah. Oleh karenanya dalam menyambut Ramadhan dengan ilmu, konkretnya dengan mempelajari dan membaca kembali pelajaran tentang fiqh ibadah pada bulan Ramadhan, diantaranya seperti fiqih puasa, shalat tarwih, zakat, sedekah, dan ibadah-ibadah lainnya. 

Ilmu Itu sangat penting karena jika tidak paham akan hukum seputar puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Ketika tidak mengerti apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, bisa jadi kita kehilangan pahala yang banyak. Jika tidak tahu bahwa maksiat bisa mengurangi pahala puasa, kita bisa jadi hanya sekedar mendapat lapar dan dahaga saja. Bahkan, bisa jadi kita beramal asal-asalan dan ikut-ikutan. Akhirnya yang didapat hanya rasa lelah tanpa menuai pahala.

Kita juga berdoa semoga Allah segera mengangkat wabah penyakit ini dan semoga pula kita dapat dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Aamiin.


Penulis : Muhammad Wijaya, S.Pd.

Murajaah : Ustadz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *