Lisan Yang “Hitam”

Lisan,  anugerah Allah yang sering kali disalah gunakan oleh para hamba-Nya. Betapa banyak manusia tersungkur ke dalam Neraka akibat lisan-lisan mereka. Sungguh Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda,

Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” (HR. At-Tirmidzi : 2004, Ibnu Majah: 4246, dihasankan oleh Syeikh Al-Albani).

Tahukah kita? Dosa-dosa manusia itu paling banyak berasal dari lisan mereka. Nabi bersabda,

“Kebanyakan dosa anak-anak adam itu ada pada lisannya”. [HR ath-Thabraniy, dihasankan oleh Syaikh al-Albani].

Kebaikan lisan seseorang merupakan bukti keimanan seseorang terhadap Allah dan hari akhir, Nabi bersabda,

 “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.(HR. Bukhari Muslim).

Di zaman kita sekarang ini, lisan tidaklah hanya berupa ucapan yang keluar dari mulut kita, akan tetapi tulisan kita pun memiliki hukum yang sama dengan lisan ini. Tulisan-tulisan kita di media sosial, komentar-komentar kita di grup-grup chat seperti whatsapp dan yang semisal, kesemuanya itu merupakan bentuk lain dari lisan kita. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk mengetahui dosa-dosa apa sajakah yang dapat muncul dari lisan maupun tulisan.

Berdoa Kepada Selain Allah

Berdoa kepada selain Allah merupakan diantara dosa lisan yang paling besar, berdoa kepada selain Allah merupakan bentuk kesyirikan besar yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Sama saja apakah doa ini ditujukan kepada malaikat, para Nabi, para Wali, orang-orang sholeh dan lain-lain, semuanya merupakan perbuatan yang diharamkan dalam Islam.

Allah berfirman yang artinya,

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sesembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka.” (QS. Al-Ahqaaf : 5)

Di ayat yang lain“Yang (berbuat) demikian itulah Allah, Rabb-mu. KepunyaaNya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada memiliki apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu ; dan kalaupun mereka mendengar ; mereka tidak dapat mengabulkan permintaanmu. Pada hari kiamat mereka akan mengingkari kesyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”. [QS. Fathir : 13-14]

Di ayat yang lain “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa : 48)

Bersumpah Dengan Menyebut Nama Selain Allah

Di antara dosa lisan lainnya yang tak kalah besarnya adalah bersumpah dengan menyebut nama selain Allah.  Dosa ini termasuk ke dalam dosa kesyirikan, yakni dosa syirik kecil. Dosa kesyirikan tetaplah dosa besar meskipun dosa tersebut tergolong ke dalam syirik kecil. Dosa syirik kecil lebih berat nilainya dibandingkan dengan dosa besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah, maka sungguh dia telah kafir atau musyrik”  [Ibnu Abi Hatim. Syaikh Sulaiman berkata: ‘Sanadnya jayyid’].

Yang dimaksud dengan nama selain Allah di sini mencakup seluruh makhluk, baik itu bersumpah atas nama Malaikat, Nabi, Orang Sholeh , Ka’bah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, jelaslah kesalahan dari kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia. Dimana mereka ketika bersumpah menyebut “Demi Allah, Demi Rasulullah.”, Perkataan Demi Rasulullah di sini merupakan perkataan kesyirikan yang seharusnya tidak diucapkan. Jika seseorang ingin bersumpah, maka cukuplah dengan menyatakan “Demi Allah”.

Ghibah

Ghibah atau menggunjing, membicarakan kejelekan orang di belakang merupakan salah satu dosa besar lisan. Saking menjijikkannya dosa ini, Allah mengumpamakan ghibah seperti memakan daging bangkai orang yang dighibahi. Allah berfirman yang artinya,

 “Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih”. [QS. Al-Hujurat :12]

Sahabat Nabi, ‘Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu pernah  melewati bangkai seekor bighol (hewan hasil persilangan kuda dengan keledai), lalu beliau berkata: “Demi Allah, salah seorang dari kalian memakan daging bangkai ini (hingga memenuhi perutnya) lebih baik baginya daripada ia memakan daging saudaranya (yang muslim)”. (HR Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no 736).

Sebagian orang salah memahami tentang ghibah ini, ada di antara mereka ketika akan mengghibah, mengatakan, “ini bukan ngomongin orang ya, tapi ini bener.” Padahal, ghibah yang dimaksud oleh Nabi adalah membicarakan kejelekan orang yang benar-benar ada pada orang tersebut, jika kejelekan yang dibicarakan itu ternyata tidak ada pada orang tersebut, maka itu namanya dusta.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tahukah kalian apakah ghibah itu?”. Sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Bagaimanakah pendapat anda, jika itu memang benar ada padanya ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya”. (HR. Muslim)

Namimah ( Mengadu domba)

Dosa lisan lainnya yang tak kalah besar adalah namimah atau mengadu domba. Begitu besarnya dosa namimah ini, sampai-sampai Nabi menyatakan bahwa dosa ini merupakan salah satu dosa yang dapat menyebabkan seseorang diadzab di kuburnya. Nabi pernah berkata kepada para sahabatnya mengenai dua orang penghuni kubur, beliau bersabda,

“Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, namun sesungguhnya itu perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika kencing. Adapun orang yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan Nabi mengancam orang-orang yang melakukan namimah ini tidak akan masuk surga. Suatu hari sahabat Hudzaifah mendapatkan laporan tentang adanya seseorang yang suka melakukan namimah maka sahabat Hudzaifah berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda, “Nammam (orang yang melakukan namimah) itu tidak akan masuk surga” (HR Muslim no 303).

Mengadu domba yang dimaksud di sini adalah menukil perkataan orang lain dengan maksud membuat kerusakan atau permusuhan. Contohnya, ketika pengadu domba mendengar si A berbicara mengenai kejelekan si B, maka si pengadu domba ini menyampaikan perkataan tersebut kepada si B dengan maksud agar si A dan si B saling bermusuhan.

Masih banyak lagi dosa-dosa lisan lainnya seperti berdusta, menghina, merendahkan orang lain, dan lain sebagainya. Akan tetapi kami cukupkan sampai di sini dahulu, semoga kami bisa meneruskan artikel dosa lisan ini pada kesempatan lain.

Demikian tulisan kami kali ini,  Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi kaum muslimin pada umumnya.

 

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna.

 

Penulis : Ustaz Boris Tanesia, ST  (Alumni Mahad Ilmi Yogyakarta)

Muroja’ah : Ust. Afifi Abdul Wadud, BIS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *