Edisi 2102
—
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6)
- “Khodam” berasal dari bahasa Arab yang berarti pembantu atau pelayan
- Jin khodam merujuk kepada jenis jin yang diyakini bertugas untuk melindungi dan membantu seseorang
- Dalam syariat Islam, mencari perlindungan atau bantuan dari jin asalnya dilarang karena dikhawatirkan dapat mengantarkan pada kesyirikan
- Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tidak memiliki khodamatau menggunakan bantuan jin dalam kehidupan sehari-hari bahkan dalam peperangan sekalipun
- Manusia yang berhak mengendalikan jin hanya Nabi sulaiman
- Diantara bahaya kesyirikanyaitu:
Dosa syirik tidak diampuni dan pelakunya kekal di neraka jika ia mati dalam keadaan belum bertaubat
- Kesyirikan menghapus semua amal shalih yang telah susah payah dilakukan
—
Khodam dalam bahasa arab berasal dari kata khodim ‘خادم’ yang bermakna pembantu atau pelayan. Sedangkan istilah khodam untuk bangsa Jin yaitu makhluk ghaib (jin) yang bertugas melindungi dan membantu orang tertentu (Lihat Fatawa al-‘Ulama’ fi ‘Ilaj al-Sihr wa al-Massi wa al-‘Ayn wa al-Janni, hal. 112)
Beda Jin Khodam dengan Jin Qarin
Jin Qarin adalah jin yang diutus untuk mendampingi manusia sejak ia dilahirkan ke muka bumi. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ، وَقَرِينُهُ مِنَ الْمَلَائِكَةِ
“Setiap kalian (manusia) ada Qarin (pendamping) dari bangsa jin, dan juga Qarin dari bangsa Malaikat.” (HR. Ahmad, no. 3648)
Dari hadis diatas dapat kita ketahui bahwa setiap manusia mempunyai dua qarin dari kalangan malaikat dan jin. Qarin dari bangsa malaikat senantiasa mengajak kepada kebaikan, sedangkan Qarin dari bangsa jin menjerumuskan kepada kesesatan dan keburukan. (Lihat Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, 19/447 dan Al-Bidayah wa al-Nihayah, 1/52)
Begitu pula Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga memiliki Qarin sebagaimana sabda beliau,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ، إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ. قَالُوا: وَإِيَّاكَ؟ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: وَإِيَّايَ، إِلَّا أَنَّ اللهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ، فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
“Tidaklah salah seorang dari kalian, kecuali didampingi Qarinnya dari bangsa jin”. Para sahabat bertanya, “Termasuk Engkau wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya, termasuk aku. Hanya Allah telah menolongku atasnya sehingga dia tunduk dan dia tidak memerintahku kecuali kebaikan”. (HR. Muslim, no. 2814)
Hukum mencari dan mempunyai Khodam
Dalam syariat Islam, pada asalnya seorang Muslim tidak diperbolehkan meminta bantuan atau perlindungan dari golongan Jin.
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).
Dalam ayat yang lain,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ قَدِ ٱسْتَكْثَرْتُم مِّنَ ٱلْإِنسِ ۖ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ ٱلْإِنسِ رَبَّنَا ٱسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا ٱلَّذِىٓ أَجَّلْتَ لَنَا ۚ قَالَ ٱلنَّارُ مَثْوَىٰكُمْ خَٰلِدِينَ فِيهَآ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin, sesungguhnya kalian telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman: “Neraka itulah tempat kembali kalian dan kalian kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-An’am: 128)
Dari ayat tersebut jin dan manusia dapat saling memberi kesenangan (manfaat). Jin menyenangkan manusia, maksudnya Ia dapat membantu menjaga dan memenuhi keperluan manusia. Sebaliknya, manusia menyenangkan jin maksudnya manusia akan tunduk terhadap persyaratan bahkan penghambaan kepada jin agar terpenuhi hajatnya. Itulah kesesatan yang menyebabkan mereka masuk ke dalam neraka.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak punya khodam
Pertama, manusia yang berhak mengendalikan jin hanya Nabi sulaiman
Nabi Sulaiman ‘alaihissalam pernah berdoa,
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun sesudahku, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi (anugerah)”. (QS. Shad: 35)
Oleh karenanya tatkala Nabi shallallahu ‘alaihib wa sallam mengimami salat, beliau melakukan gerakan yang berbeda di luar kebiasaannya. Pagi harinya, Beliau menceritakan,
إِنَّ عِفْرِيتًا مِنَ الجِنِّ تَفَلَّتَ عَلَيَّ البَارِحَةَ لِيَقْطَعَ عَلَيَّ الصَّلاَةَ، فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ، فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْبِطَهُ إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي المَسْجِدِ حَتَّى تُصْبِحُوا وَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ كُلُّكُمْ، فَذَكَرْتُ قَوْلَ أَخِي سُلَيْمَانَ: رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي فَرَدَّهُ خَاسِئًا
“Sesungguhnya jin ifrit menampakkan diri kepadaku tadi malam, untuk mengganggu salatku. Kemudian Allah memberikan kemampuan kepadakku untuk memegangnya. Aku ingin untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid, sehingga pagi harinya kalian semua bisa melihatnya.” Namun saya teringat doa saudaraku Sulaiman: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun sesudahku.” Kemudian beliau melepaskan jin itu dalam keadaan terhina. (HR. Bukhari & Muslim)
Kedua, ketika perang Nabi tidak pernah menggunakan bantuan jin atau ilmu kebal
Jikalau bersekutu dan meminta bantuan jin dengan ilmu kebal itu diperbolehkan, lantas kenapa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya saat perang tidak pernah menggunakan ilmu kebal? Bahkan banyak sahabat yang terluka dan mati syahid, sampai-sampai Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah terluka dan tanggal (copot) gigi geraham beliau terkena senjata lawan.
Bahaya kesyirikan
Diantara bahaya kesyirikan yaitu:
1. Dosa syirik tidak diampuni dan pelakunya kekal di neraka jika ia mati dalam keadaan belum bertaubat
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang levelnya dibawah kesyirikan itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)
2. Surga diharamkan bagi orang musyrik
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS. Al Maidah: 72)
- Kesyirikan menghapus semua amal shalih yang telah susah payah dilakukan
Allah Ta’alaberfirman,
وَلَوْ أَشْرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan” (QS. Al An’am: 88)
Sesungguhnya mempelajari hakikat kesyirikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari mempelajari tauhid. Dan kesyirikan ini banyak sekali bentuk dan jenisnya. Semoga kita terhindar dari segala macam bentuk kesyirikan yang merupakan puncak dari segala dosa
Ditulis: Arif Muhammad, S.Pd. Disarikan dari https://muslim.or.id/95999-jin-khodam-dalam-syariat-islam.html
Dimurajaah: Ustaz Abu Salman, B.I.S.