Ini Cara Agar Pahala Puasa Berlipatganda

Edisi1936

<>

  • Sebagai pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam, hendaknya kita pun meningkatkan amalan kita di Ramadhan
  • Murnikan niat puasa, ikhlas hanya untuk Allah, bukan karena kepentingan duniawi
  • Menjaga puasa dari perkataan kotor, dusta, dan maksiat secara umum

Sunnah lainnya:

  • Makan sahur, karena itu berkah
  • Mengakhirkan sahur
  • Menyegerakan berbuka
  • Doa berbuka: “Dzahabazh zhomaa-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru in syaa Allah”
  • Berbuka dengan kurma atau air
  • Memberi makan orang berbuka agar turut mendapat pahala puasanya
  • Memperbanyak sedekah, dzikir, membaca Al Quran, dan ibadah lainnya
  • Shalat tarawih bersama imam hingga selesai, agar mendapat pahala shalat semalam penuh
  • Umrah

<>

­Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah yang setiap tahunnya disambut dengan gembira oleh seluruh muslim di dunia. Di bulan ini, Al-Qur’an telah diturunkan kepada Nabi kita shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan salah satu rukun Islam disyariatkan: puasa. Allah menjanjikan ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa, bahkan pahala itu langsung diberikan oleh Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam -teladan kita- bersegera meningkatkan kebaikan beliau saat Ramadhan. Sebagai pengikut setia dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, hendaknya kita pun mencontoh beliau untuk memaksimalkan puasa dan Ramadhan kita dengan ibadah.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menuturkan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar melakukan kebaikan. Kedermawanan yang beliau lakukan terutama di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril ‘alaihissalam menemui beliau. Jibril datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al-Qur’an) hingga Al-Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi. Apabila Jibril datang menemuinya, beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dibandingkan angin yang berhembus.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Ibadahku hanya untuk Allah

Puasa adalah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga kita harus memurnikan niat puasa agar ikhlas karena Allah semata, bukan sekedar ikut-ikutan kebanyakan orang, pamer, atau mencari hal-hal duniawi semisal kesehatan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya seseorang itu hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Jika puasa diniatkan untuk mencari kenikmatan duniawi, maka pahala besar yang ada di sisi Allah akan lenyap, terlepas apakah ia berhasil mendapatkan kenikmatan duniawi yang ia cari atau tidak.

Allah berfirman,

<{مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلْءَاخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ}>

 “Barang siapa yang menginginkan keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menginginkan keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian apapun di akhirat.” (T.Q.S. Asy-Syuraa : 20).

Manfaat lain yang didapatkan dari puasa di dunia ini hanyalah sebagai hikmah tambahan saja, bukan tujuan utama dalam ibadah kita.

Waspadai puasa yang sia-sia

Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus saja, tapi juga menahan lisan dari ucapan yang kotor, dusta, dan sia-sia, serta maksiat secara umum. Apabila seseorang berpuasa namun lisan dan anggota badannya tidak ia tahan dari perbuatan keji atau maksiat, maka Allah tidak butuh dengan puasanya, puasa kita sia-sia

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan haram, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (H.R. Bukhari).

Laksanakan sunnahnya, perbanyak ibadahnya

Ada beberapa amalan yang dianjurkan agar ibadah puasa di Ramadhan ini semakin sempurna:

  1. Makan sahur

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat keberkahan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Selain itu, makan sahur akan membedakan puasa kita dengan puasanya Yahudi dan Nashrani. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dan puasanya para ahli kitab adalah pada makan sahur.” (H.R. Muslim).

Waktu sahur dimulai dari setengah malam terakhir sampai terbitnya fajar. (Lihat Al-Fiqh Al-Muyasaar).

  1. Mengakhirkan sahur

Disunnahkan untuk mengakhirkan sahur mendekati waktu fajar/subuh. Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Kami dahulu makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian kami pun berdiri untuk menunaikan shalat”. Kemudian Anas bertanya pada Zaid, ‘Berapa lama jarak antara adzan subuh dengan sahur kalian?” Zaid menjawab, “Sekitar membaca 50 ayat.” (H.R. Bukhari dan Muslim, dengan lafaz riwayat Muslim).

  1. Menyegerakan berbuka

Orang yang berpuasa disunnahkan untuk menyegerakan berbuka bila matahari telah benar-benar terbenam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama ini akan senantiasa jaya selama manusia menyegerakan berbuka puasa, karena Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya.” (H.R. Abu Daud dan Ibnu Hibban, hasan).

Sebaliknya apabila umat ini meniru ahli kitab dengan mengakhirkan buka puasa sebagaimana yang dilakukan Syi’ah Rafidhah, maka umat ini akan berada dalam kehancuran. (Lihat Shifat Shaum Nabi karya Al-Albani).

  1. Berbuka dengan kurma atau air

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam biasanya berbuka dengan ruthob (kurma basah) sebelum melaksanakan shalat. Jika tidak ada ruthob, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada, maka beliau berbuka dengan seteguk air.” (H.R. Abu Daud dan At Tirmidzi, hasan)

  1. Berdoa ketika berbuka

Sebaiknya saat berbuka kita tidak terlalu sibuk dengan apa makanan dan minuman yang ingin disantap. Hendaknya kita memperbanyak doa guna memanfaatkan waktu yang mustajab ini.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Tiga orang yang tidak tertolak doanya, yaitu orang yang berpuasa saat ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang terzhalimi.” (H.R. Ahmad, shahih).

Adapun doa yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka adalah “Dzahabazh zhomaa-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru in syaa Allah (semoga rasa haus hilang, urat-urat telah basah dan pahala telah ditetapkan, in syaa Allah).” (H.R. Abu Daud, hasan).

  1. Memberi makan orang yang berbuka

Dianjurkan pula untuk memberi makan kepada orang-orang yang berbuka puasa karena pahalanya sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).

Bayangkan bila orang puasa yang ia beri makan lebih dari 30 bahkan mencapai ratusan, maka betapa banyaknya pahala yang ia borong pada hari itu.

  1. Memperbanyak sedekah, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan ibadah lainnya

Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma di awal bercerita tentang kebaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam yang begitu cepat pada bulan Ramadhan.

Beliau lebih banyak melakukan berbagai macam ibadah saat berpuasa dibandingkan bulan-bulan yang lain, seperti dengan bersedekah, dzikir, membaca Al-Qur’an, shalat, berbuat baik, dan i’tikaf. (Lihat Zaadul Ma’ad Karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).

  1. Shalat Tarawih

Pahala yang terkandung dalam shalat Tarawih sangat besar. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

An-Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan qiyam Ramadhan adalah shalat Tarawih. (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim).

Pahala lain yang Allah janjikan tercantum dalam hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka akan ditulis untuknya pahala shalat satu malam penuh.” (H.R. Nasa’i dan Tirmidzi, shahih).

  1. Umrah

Dianjurkan bagi yang memiliki kelebihan harta dan mampu  untuk melaksanakan umrah pada bulan Ramadhan, karena pahalanya tak terbayang melimpahnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umrah di bulan Ramadhan senilai (pahalanya-pent) dengan berhaji.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat Bukhari yang lain “senilai dengan haji bersamaku.”

Semoga kita dapat mengisi bulan Ramadhan ini dengan banyak melakukan amal shalih sebagai bekal menuju negeri akhirat.

Disalin dari Buletin At-Tauhid edisi 25 Tahun XI, https://buletin.muslim.or.id/maksimalkan-puasamu-raih-pahala-berlipat, tulisan dr. Agung Panji Widiyanto, M.Med.Sc., Sp.PK (Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta), dimuroja’ah oleh Ustadz Abu Salman, B.I.S.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *