5 Klaster Manusia Saat Jatuh Dalam Dosa

  • Tiga siklus kehidupan manusia: diuji dengan nikmat, diuji dengan musibah dan kesedihan, sertajatuh dalam dosa dan kesalahan.
  • Surat Al ‘Ashr menjadi motivator bagi manusia untuk menjadi sukses dan tidak gagal dalam tiga siklus tersebut.
  • Ada lima klaster manusia saat jatuh dalam dosa.
  • Klaster pertama, kedua, dan ketiga adalah kelompok yang gagal dalam menghadapi siklus ini.
  • Klaster keempat adalah kelompok yang selamat dan yang paling sempurna adalah klister kelima.

Manusia itu pasti akan mengalami tiga siklus kehidupan: pertama diuji dengan nikmat, kedua diuji dengan musibah dan kesedihan, dan ketiga jatuh dalam dosa dan kesalahan. Disebut siklus, yang berarti akan dialami setiap hari, pekan, bulan, dan tahun. Hanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang mengalami dua siklus (diuji dengan nikmat dan diuji dengan musibah) serta tidak pernah jatuh dalam dosa.

وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia” (Q.S. Ali ‘Imran : 140).

Mayoritas manusia itu gagal di tiga siklus tersebut, dalilnya,

 اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian” (Q.S. Al ‘Ashr : 2).

Kendati demikian, tetap saja ada orang-orang spesial yang dikecualikan yaitu ketika diberi nikmat ia bersyukur, ketika diuji dengan musibah dan gangguan ia bersabar, dan ketika jatuh dalam dosa dan kesalahan segera bertaubat kepada Allah. Adapun jika kejahatannya kepada manusia dengan cara meminta dihalalkan dengan ucapan maaf atau ganti rugi materi atau non materi.

Orang-orang yang spesial yang tidak gagal dalam tiga siklus tersebut adalah orang yang berhasil mengamalkan surat Al ‘Ashr. Oleh sebab itu Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan:

“Seandainya Allāh tidak menurunkan sebuah hujjah untuk makhluknya kecuali surat ini (Al ‘Ashr) niscaya itu sudah cukup bagi mereka.”

Maksudnya, kata Syaikh Abdul Aziz bin Baz, surat ini sudah cukup menjadi motivator bagi setiap muslim agar ia sukses hidupnya dan tidak mungkin gagal sehingga dapat selamat di tiga siklus tersebut.

Maka pada kesempatan ini secara ringkas akan dibahas tentang siklus yang ketiga yaitu saat jatuh dalam dosa dan kesalahan. Agar kita paham posisi mana yang benar dan salah maka perlu untuk memahami klaster-klaster manusia saat jatuh dalam dosa agar kita bisa sekuat mungkin mengambil posisi yang benar. Lima klaster tersebut yaitu:

Klaster Pertama

Iblis saat disuruh oleh Allah untuk memberikan penghormatan kepada Nabi Adam tidak taat kepada-Nya, bukannya bertaubat dan menyesal justru malah menyalahkan Allah Ta’ala. Dalilnya,

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ

Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (Q.S. Al Hijr : 39)

Termasuk klaster pertama adalah musyrik. Orang musyrik berbuat syirik dengan alasan  karena kehendak Allah. Padahal Allah sudah memberikan pilihan untuk beriman atau kafir. Mereka memilih kafir dan menyalahkan Allah Ta’ala. Dalilnya,

لَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ مَآ أَشۡرَكۡنَا وَلَآ ءَابَآؤُنَا

“Seandainya Allah berkehendak, kami dan leluhur kami tidak berbuat syirik” (Q.S. Al An’am : 148)

Karakter musyrik adalah tidak mau bertaubat dan menyalahkan pihak lain (Allah Ta’ala), padahal dirinya mampu memilih jalan kebenaran tapi kehendak yang sudah Allah berikan dijadikan alasan untuk jalan kebatilan.

Termasuk klaster pertama yaitu jabriyah. Mereka berkeyakinan bahwa mereka itu seperti robot yang dikendalikan remot kontrol. Padahal Allah sama sekali tidak pernah memaksa hamba berbuat dosa, justru Allah Ta’ala menolong hamba-Nya berbuat kebaikan. Mereka beralasan mirip seperti Iblis dan musyrik, “Seandainya Allah berkehendak atau mentakdirkan tentu aku tidak berbuat dosa”.

Jabriyah mengkambinghitamkan takdir sebagai alasan. Banyak orang-orang menjadi transgender, gay, atau lesbian dengan alasan takdir, padahal Allah telah menurunkan banyak  obat bagi orang yang mentalnya sakit.

Kesimpulannya, klaster pertama ini adalah klaster yang sangat jelek dan sangat rendah.

Klaster Kedua

Murjiah. Murjiah itu berasal dari kata,

ارْجَأَ ـ يَرْجِئُ

yang artinya menunda-nunda. Murjiah artinya orang yang suka menunda-nunda taubat dan suka menunda-nunda amal kebaikan. Murjiah hanya ingat sifat-sifat Allah Ta’ala itu,

 

الغفور الرحمان الرحيم

Al Ghafur, Ar Rahman dan Ar Rahim (Maha Pemaaf, Maha Penyayang dan Maha Pengasih). Mereka lupa Allah juga punya sifat Al Ghadhab, Allah Ta’ala bisa marah kepada pelaku dosa. Allah Ta’ala juga akan menyiksa orang yang berbuat jahat kepada manusia lain, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اتق دعوة المظلوم فإنها ليس بينها وبين الله حجاب

“Takutlah kepada doa orang yang terzalimi, sunguh antara dia dan Allah tidak ada hijab/penghalang (doanya makbul)” (HR. At Tirmidzi, beliau berkata ‘hasan sahih’)

Klaster ketiga

Qonith atau berputus asa. Ia merasa sudah bertaubat berulang-ulang namun tetap saja kembali lagi ke dalam dosa yang sama. Ia berburuk sangka kepada Allah Ta’ala bahwa ia dihukum tidak bisa bertaubat karena terlalu banyak berbuat dosa hingga berputus asa. Ia lupa Allah Ta’ala itu Maha Pemaaf, selama nyawa belum sampai tenggorokan dan matahari belum terbit dari barat. Selain itu, orang seperti ini tidak berusaha pindah dari lingkungan yang jelek ke lingkungan yang baik dan kondusif, ia masih dekat dengan teman-temannya yang ahli dosa dan ahli maksiat. Ia tidak berupaya dekat dengan orang-orang saleh dan berada di atas sunnah.

Allah Ta’ala mudah memaafkan pelacur dari Bani Israil dengan dihapus semua dosa zinanya dan dimasukkan ke dalam surga hanya karena memberi minum anjing yang hampir mati kehausan. Demikian juga, laki-laki pembunuh 100 manusia dimaafkan Allah karena ia berusaha pindah dari kampung asal yang buruk menuju kampung yang lebih baik walaupun keburu mati di tengah jalan.

Klaster Keempat

Standar. Saat ia jatuh ke dalam dosa ia sadar bahwa dosanya karena kesalahan dirinya mengikuti bisikan setan, dan saat sadar ia segera berhenti, beristigfar, lalu banyak beramal soleh. Kalau ia sadar berbuat jahat kepada sesama dia cepat minta maaf dan mengganti harta atau mengembalikan kehormatan jika ia telah merusaknya.

Klaster Kelima

Istimewa.  Mereka adalah para alim ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Saat jatuh ke dalam dosa mereka segera bertaubat, menebus kesalahan dengan amal soleh, dan berta’amul (berusaha sekuat tenaga mengingat dosa apa di masa yang lalu yang mungkin belum ia taubati). Klaster ini hanya ada pada orang-orang alim yang sangat sedikit dosanya. Contohnya:

  1. Ulama salafus soleh, Ibnu Sirin rahimahullah. Saat ia jatuh dalam dosa tidak membayar hutang karena lalai, sampai dipenjara, lalu ia bertaubat dan menebus kesalahannya dengan beramal soleh dan berhasil berta’amul, beliau berkata, “Sungguh aku benar-benar ingat dosa yang pernah dilakukan sehingga tidak bayar hutang dan dipenjara, karena 40 tahun yang silam pernah mengejek laki-laki dengan mengatakan ‘wahai si bangkrut’”.
  2. Ulama salafus soleh, Sufyan Ats Tsauri rahimahulahberkata,  “Aku tidak bisa sholat tahajud pada satu malam karena dosa 5 bulan lalu yang aku lakukan”.
  3. Ulama salafus soleh yang lain, Sufyan bin Uyainah berkata, “Dulu aku pernah kehilangan pemahaman terhadap Al Quran gara-gara menerima  harta yang diragukan kehalalannya”.

Demikian indahnya potret para ulama ahlus sunnah terdahulu, dosa mereka sangat sedikit sehingga mampu berta’amul mengingat dosa walaupun sudah bertahun-tahun atau berbulan-bulan lamanya. Beda dengan orang awam, karena banyaknya dosa, lupa dosa apa saja yang sudah diperbuat.

Semoga kita tidak dimasukkan klaster pertama, iblis, musyrik, dan jabriyah dan semoga kita tidak termasuk dalam klaster kedua dan ketiga, murjiah dan qonith yang suka menunda taubat dan berputus asa dari taubat.

Kalaupun kita belum termasuk dalam klaster kelima minimal masuk klaster standar yang saat berdosa segera taubat meminta maaf dan segera banyak beramal soleh.

Ditulis : Dr. Dodi Iskandar, S.Si, M.Pd (Alumnus Ma’had Al Imi Yogyakarta)

Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *