MACAM PEMBATAL KEISLAMAN bag. 1

Edisi 2045

  • Penting bagi seseorang untuk mengetahui dan memahami pembatal keislaman agar dapat  menjauhinya
  • Pembatal pertama: syirik, yang merupakan dosa terbesar yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam
  • Pembatal kedua: meyakini bahwa ada petunjuk dan hukum yang lebih baik dari petunjuk Nabi
  • Pembatal ketiga: membenci sesuatu yang datang dari Nabi
  • Pembatal keempat: memperolok (merendahkan) sesuatu dari ajaran Nabi, atau bermain-main dan menganggap enteng masalah pahala dan dosa
  • Pembatal kelima: sihir
  • Pembatal keenam: berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya, dan tidak mengamalkannya

Allah Ta’ala telah menciptakan manusia di muka bumi, dan mengujinya dengan berbagai cobaan, baik cobaan berupa kebaikan, maupun fitnah berupa musibah dunia ataupun agama. Maka sudah selayaknya bagi yang mengetahui hakikat ini, agar berusaha untuk mencari petunjuk dan memohon taufik dari Allah agar selamat dari cobaan tersebut. Salah satu cara untuk selamat dari cobaan fitnah keburukan adalah dengan mengetahuinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,

كانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي

“Orang-orang bertanya kepada kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, dan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena takut akan terjerumus ke dalamnya …” (H.R. Muslim)

Dan salah satu keburukan terbesar yang bisa menimpa seorang muslim adalah keluarnya seseorang dari agamanya, atau batal dari keislamannya. Maka di sini kita akan mengulas secara singkat tentang beberapa pembatal-pembatal keislaman yang sering terjadi sebagai bentuk pengingat agar kita menjauhi dan berhati-hati darinya.

Adapun menghukumi seseorang secara khusus bahwa ia telah batal keislamannya karena terjerumus dalam hal-hal ini, maka harus ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan tidak serampangan diberikan kecuali oleh para ulama dengan sangat hati-hati.

Tugas kita ketika ada yang terjerumus dalam perkara-perkara ini adalah mengingatkan dengan baik, dengan niat menyelematkan orang tersebut agar ia segera bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Semoga Allah menjaga kita semua.

Pembatal Pertama: Syirik (Mempersekutukan Allah)

Inilah pembatal keislaman yang paling besar. Banyak sekali ayat-ayat dan hadis-hadis yang menjelaskan tentang bahaya syirik, dan menyebutkan bahwa syirik adalah lawan dari tauhid.

Allah Ta’ala berfirman,

وَٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ

“Dan beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kalian mempersekutukanNya dengan sesuatu apa pun” (Q.S. An Nisa: 36)

Dan risalah terbesar dari seluruh rasul dan nabi yang telah diutus, adalah untuk menegakkan tauhid dan menghapuskan syirik,

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِی كُلِّ أُمَّةࣲ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَۖ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Beribadahlah kepada Allah (semata), dan jauhilah thaghut “ (Q.S. An Nahl: 36)

Dan cukuplah untuk mengetahui besarnya bahaya syirik dengan mengetahui bahwa ia adalah satu-satunya dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah Ta’ala jika pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggal,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَغۡفِرُ أَن یُشۡرَكَ بِهِۦ وَیَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَ ⁠لِكَ لِمَن یَشَاۤءُۚ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang levelnya dibawah syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (Q.S. An Nisa: 48)

Definisi Syirik

Dan definisi syirik adalah: menyekutukan Allah dengan selain-Nya dalam hal-hal yang khusus bagi-Nya, seperti: 1. ketuhanan-Nya (rububiyah), 2. hak beribadah kepada-Nya (uluhiyah), serta 3. nama-nama dan, sifat-sifat -(asma’ wa sifat).

Contoh pertama adalah yang mengatakan bahwa ada Tuhan selain Allah yang menciptakan langit dan bumi, ada Tuhan selain Allah yang mengatur rezeki, atau menurunkan musibah, dan yang semisalnya.

Contoh dari yang kedua adalah orang yang melakukan ibadahnya kepada selain Allah, seperti orang-orang musyrik yang melakukan sujud kepada berhala, orang-orang Nasrani yang menyembah Isa ‘alaihissalam, menyembah pohon, dan lain sebagainya.

Dan contoh dari yang ketiga adalah meyakini bahwa ada dari makhluk yang memiliki sifat-sifat yang hanya khusus dimiliki oleh Allah. Seperti meyakini bahwa ada orang yang mengetahui hal ghaib.

Termasuk dalam kesyirikan yang tersebar sekarang adalah mereka yang mempersembahkan ibadahnya kepada sesuatu yang dianggap “perantara” kepada Allah, seperti malaikat, orang-orang shalih yang telah meninggal, atau semacamnya. Dengan cara berdoa kepada mereka, meminta syafaat kepada mereka, dan bertawakkal kepada mereka.

Allah telah jelaskan di Q.S. Yunus ayat 18:

وَیَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا یَضُرُّهُمۡ وَلَا یَنفَعُهُمۡ وَیَقُولُونَ هَـٰۤؤُلَاۤءِ شُفَعَـٰۤؤُنَا عِندَ ٱللَّهِۚ

“Dan mereka beribadah kepada selain Allah; (yaitu) sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, seraya berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at bagi kami di sisi Allah” (Yunus: 18)

Pembatal Kedua : Meyakini bahwa ada petunjuk dan hukum yang lebih baik dari petunjuk Nabi

Hal tersebut karena petunjuk yang dibawa oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan wahyu dari Allah. Beliaulah pembawa risalah agama yang tidak ada keraguan di dalamnya.

وَمَا یَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰۤ ۝٣ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡیࣱ یُوحَىٰ ۝٤

“Dan ia (Muhammad) tidaklah berucap menurut kemauan hawa nafsunya. (Karena) itu tidak lain adalah wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya”(Q.S. An Najm: 3-4)

Dan beliau juga telah bersabda:

فإن خير الحديث كتاب الله، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم

“Sesungguhnya sebaik-sebaik perkataan adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alahi wa sallam” (H.R. Muslim)

Maka yang meyakini kebalikan dari itu, melihat bahwa ada agama atau petunjuk yang lebih baik dari apa yang telah dibawa dan dicontohkan oleh nabi kita, maka ia telah kufur. Hal tersebut dikarenakan ia telah  merendahkan Allah dan rasul-Nya dengan menganggap ada yang lebih baik dari itu.

Pembatal Ketiga : Membenci sesuatu yang datang dari Nabi walaupun ia mengerjakannya

Hal tersebut karena ini adalah sifat orang munafik zaman dahulu; mengerjakan agama Islam secara lahir saja, akan tetapi menyembunyikan kebencian mereka terhadap agama ini. Orang munafik, walaupun bersembunyi di dalam baju Islam, mereka adalah orang-orang yang menempati kasta terbawah di neraka.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِینَ فِی ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمۡ نَصِیرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka” (Q.S. An Nisa: 145)

ذَ ⁠لِكَ بِأَنَّهُمۡ كَرِهُوا۟ مَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأَحۡبَطَ أَعۡمَـٰلَهُمۡ

“Yang demikian itu adalah karena mereka benci kepada apa yang Allah turunkan, lalu Allah hapuskan (pahala-pahala) amal mereka” (Q.S. Muhammad: 9)

Dan membenci syariat yang telah dibawa oleh nabi kita adalah suatu bentuk penghinaan dan prasangka buruk kepada Allah dan rasul-Nya.

Dan perlu diperhatikan pula beda antara orang yang membenci syariat Islam dengan orang yang tidak suka karena hal (alasan) yang manusiawi atau faktor eksternal lainnya, namun ia masih meyakini kebenaran dan keparipurnaan syariat ini. Contohnya adalah ketika ada seorang istri yang enggan untuk dipoligami oleh suaminya, ini adalah suatu hal yang wajar dan manusiawi, serta merupakan bentuk cemburu kepada pasangannya.

Contoh yang lain adalah seperti orang yang merasakan berat untuk berwudhu di pagi yang dingin. Beratnya dia untuk berwudlu bukan karena benci terhadap syariat wudhu itu sendiri, akan tetapi sesuatu yang manusiawi tidak suka merasakan kedinginan.

Pembatal Keempat : Memperolok (merendahkan) sesuatu dari ajaran Nabi, atau bermain-main dan menganggap enteng masalah pahala dan dosa

Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala dalam Q.S. At Taubah ayat 65-66:

وَلَىِٕن سَأَلۡتَهُمۡ لَیَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَایَـٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ ۝٦٥ لَا تَعۡتَذِرُوا۟ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِیمَـٰنِكُمۡۚ

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan rasul-Nya kalian selalu berolok-olok?” Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian telah kafir setelah beriman”

Pembatal Kelima : Sihir

Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا كَفَرَ سُلَیۡمَـٰنُ وَلَـٰكِنَّ ٱلشَّیَـٰطِینَ كَفَرُوا۟ یُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحۡرَ

“Dan Sulaiman tidaklah kafir, akan tetapi syaitan-syaitanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia” (Q.S. Al Baqarah: 102)

Yang dimaksud dengan sihir di sini adalah sihir yang memakai bantuan dari setan, seperti ilmu hitam yang bertujuan memberikan celaka dan madharat bagi yang ia sihir. Dan sihir dengan jenis ini melazimkan pelakunya untuk melakukan ritual-ritual yang sifatnya pengabdian dan ibadah kepada setan, agar mereka mengerjakan apa yang ia minta.  

Sangat tegas Islam dalam melarang sihir, hingga diriwayatkan bahwa banyak dari sahabat yang menghukum mati tukang sihir. Ini jelas sekali mengisyaratkan bahwa sihir adalah suatu kekufuran yang besar madlaratnya, bagi agama maupun masyarakat.

Pembatal Keenam : Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya

Misalnya adalah ketika seseorang mengaku muslim, namun dia tidak peduli dengan hal-hal inti (asas) dalam agama yang dia harus mengetahuinya, serta tidak ada keinginan untuk mempelajarinya, seperti wajibnya beribadah kepada Allah, haramnya kesyirikan, mengetahui rukun Islam dan rukun Iman dan kewajiban mengikutinya. Atau seorang yang mengaku muslim, tapi sama sekali tidak pernah melakukan amalan-amalan yang dilaksanakan seorang Muslim pada umumnya. Yang tidak peduli pada asas-asas ini, maka bagaimana bisa dikatakan bahwa ia adalah seorang muslim?  

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِـَٔایَـٰتِ رَبِّهِۦ ثُمَّ أَعۡرَضَ عَنۡهَاۤۚ إِنَّا مِنَ ٱلۡمُجۡرِمِینَ مُنتَقِمُونَ

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan balasan bagi orang-orang yang berdosa” (Q.S. As Sajdah: 22)

Selain pembatal-pembatal keislaman yang telah disebutkan di atas, masih ada pembatal kesilaman yang lain.

Ditulis: Naufal Fuady Lc. (Mahasiswa S-2 Universitas Islam Madinah)

Dimurajaah: Ustaz Abu Salman, B.I.S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *