Waspadailah Bahayanya

Coba bayangkan… Betapa meruginya seorang mahasiswa yang sudah berusaha keras dalam mengerjakan tugasnya, akan tetapi sang dosen tak menerima hasil kerjanya dikarenakan tak sesuai dengan apa yang diperintahkan… Begitu pulalah dalam beragama, sungguh kasihannya jiwa yang beramal sekuat tenaga, akan tetapi amalnya tidak diterima… Apa sebabnya?

Kesempurnaan Islam

Pembaca yang dimuliakan Allah, sesungguhnya Islam ialah syari’at yang sarat akan kemuliaan. Hal ini tergambar dengan kesempurnaannya, sehingga tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),  “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhoi Islam sebagai agamamu.” (QS. Al Maa-idah: 3)

Imam Malik berkata, “Barang siapa yang membuat perkara yang diada-adakan dalam Islam dan melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka sesungguhnya dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad telah berkhianat, karena Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an (yang artinya), “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu…”. Maka apa yang pada hari itu tidak termasuk sebagai agama, maka pada hari inipun bukan pula termasuk dalam agama(lihat Al I’tisham karya Asy Syathibi)

Mengenal definisi perkara yang diada-adakan

Perkara yang diada-adakan dalam agama Islam dinamakan bid’ah. Definisi bid’ah secara bahasa adalah hal yang baru dalam agama setelah agama ini sempurna (lihat Mukhtaarush Shihaah)

Maka jelaslah kepada kita, bahwa bid’ah itu ialah sesuatu yang diada-adakan dalam perkara agama, bukan perkara dunia semata. Dalil yang menguatkan pernyataan ini ialah firman Allah (yang artinya), ”Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syuuraa : 21)

Dalam ayat tadi dijumpai redaksi kalimat “yang mensyariatkan untuk mereka, agama yang tidak diizinkan Allah”. Mengenai ayat ini, Syaikh As Si’di menjelaskan bahwa yang dimaksud perkara agama yang tidak diizinkan Allah yakni syirik dan bid’ah… (lihat Taisir Karimir Rahman)

Jadi jelaslah bagi kita semua, bahwa perkara bid’ah ialah perkara yang menyangkut seputar masalah keagamaan. Dan para pelakunya akan mendapat dampak yang berbahaya. Lalu apa sajakah bahayanya?

Mendapat vonisan ‘sesat’ dari Allah dan Rasul-Nya

Dan tidaklah patut bagi laki-laki dan perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, mereka memiliki pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36)

Syaikh As Si’di berkata, “Tidak layak bagi seorang mu’min dan mu’minah, jika Allah sudah menetapkan sesuatu dengan tegas, lalu ia memiliki pilihan yang lain. Yaitu pilihan untuk melakukannya atau tidak, padahal ia sadar secara pasti bahwa Rasulullah itu lebih pantas diikuti dari pada dirinya. Oleh karena itu, jangan jadikan hawa nafsu sebagai penghalang antara dirinya dengan Allah dan Rasul-Nya” (lihat Taisir Karimir Rahman)

Bahkan, Allah Ta’ala juga mengancam neraka kepada orang yang menyelisihi tuntunan beragama dari Rasulullah. “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An Nisaa : 115)

Rasulullah bersabda, “Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru. Setiap perkara-perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Tirmidzi)

Amalan tidak diterima

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah : “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi : 103-104)

Ibnu Katsir mengatakan, “Sesungguhnya ayat ini bersifat umum meliputi setiap orang yang beribadah kepada Allah Ta’ala namun dengan jalan yang tidak diridhoi Allah Ta’ala. Dia menyangka bahwa dia telah berbuat benar didalam ibadah tersebut padahal dia telah berbuat salah dan amalannya tertolak.” (lihat Tafsir Al Qur’anil `Azhim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membuat perkara yang baru dalam urusan agama kami ini sesuatu yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh ‘Abdul Muhsin Al ‘Abbad mengomentari hadits ini, “Hadits ini secara mutlak menunjukkan bahwa semua amal yang menyelesihi syari’at itu tertolak, meskipun tujuan pelakunya baik” (lihat Fathul Qowiy Al Matin)

Bid’ah lebih dicintai iblis dibanding maksiat

Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata, “Bid’ah lebih di cintai oleh iblis dari pada perbuatan maksiat. Seseorang sangat mungkin bertaubat dari maksiatnya tetapi sangat sulit bertaubat dari perbuatan bid’ahnya” (lihat Majmu’ Fatawa, X/9)

Banyak ulama telah menjelaskan bahwasanya sebab bid’ah lebih dicintai iblis dibandingkan maksiat dikarenakan pada perbuatan maksiat peluang untuk bertaubat sangat besar, karena pelakunya menyadari tengah melakukan sebuah kesalahan. Sedangkan pelaku bid’ah, ia menganggap baik perbuatannya sehingga kemungkinan untuk bertaubat sangat kecil.

Terhalang masuk ke telaga Rasulullah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku mandahului dan menanti kamu di telaga. Barang siapa yang melewatiku niscaya dia minum. Dan barang siapa yang minum niscaya dia tidak akan haus selama-lamanya. Sesungguhnya sekelompok orang akan mendatangiku, aku mengenal mereka, dan mereka mengenalku, kemudian dihalangi antara aku dengan mereka, maka aku berkata, “Sesungguhnya mereka dari pengikutku”. Tetapi di jawab, “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui hal-hal baru yang mereka ada-adakan setelahmu.” Maka aku (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-pen) berkata,Celaka! Celaka bagi orang-orang yang merubah agama setelahku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengarkanlah wasiat para sahabat

Adakah keraguan dalam diri kita akan kemuliaan sahabat? Sekali-kali tidak. Merekalah generasi terbaik yang mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya beragama. Marilah kita simak wasiat dari mereka.

[1] ‘Abdullah bin Mas’ud : “Ikutilah Nabi dan jangan kalian berbuat bid’ah karena sesungguhnya apa yang ada dalam syari’at telah cukup, dan setiap bid’ah adalah sesat” (Riwayat Al Lalika’i dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah)

[2] ‘Abdullah bin ‘Umar : “Setiap bid’ah adalah sesat walaupun manusia menganggapnya baik” (idem)

[3] Abu Darda’ : “Sederhana dalam melakukan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan bid’ah” (idem)

[4] Mu’adz bin Jabal : “Maka waspadalah kalian dari sesuatu yang diada-adakan, karena sesungguhnya sesuatu yang diada-adakan adalah kesesatan” (Riwayat Abu Dawud)

Jauhilah bid’ah !!

Imam Al Barbahaari rahimahullah  berkata, “Jauhilah setiap perkara bid’ah sekecil apapun, karena bid’ah yang kecil lambat laun akan menjadi besar. Demikian pula kebid’ahan yang terjadi pada umat ini berasal dari perkara kecil dan remeh yang mirip kebenaran, sehingga banyak orang terperdaya dan terkecoh lalu mengikat hati mereka sehingga susah untuk keluar dari jeratannya dan akhirnya mendarah daging lalu diyakini sebagai agama. Tanpa disadari, pelan-pelan mereka menyelisihi jalan lurus dan bahkan sampai keluar dari Islam” (lihat Syarhus Sunnah)

Penutup

Pembaca yang dimuliakan Allah Ta’ala, demikianlah sedikit pembahasan mengenai perkara yang diada-adakan dalam agama yang disertai pula dengan penjelasan mengenai  bahayanya. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita agar dapat beragama dengan benar dan semoga Allah Ta’ala menerima segala amal ibadah kita. Aamiin.

Penulis             : Erlan Iskandar (Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Muroja’ah       : Ustadz Aris Munandar, M.PI

Ziyadah

Teladan Umat : Khubaib bin ‘Adi radhiyallahu ‘anhu

Khubaib bin ‘Adi radhiyallahu ‘anhu, salah seorang pahlawan Islam. Lewat pedang beliau-lah, Al Harits bin ‘Amir –seorang pembesar Quraisy- tewas dalam perang Badar. Orang Quraisy pun menaruh dendam terhadap sosok yang telah membunuh pemimpin mereka tersebut.

Suatu ketika, beliau tertangkap oleh orang Quraisy ketika sedang menjalankan perintah Rasulullah untuk mengintai musuh. Lalu beliau dibawa ke Tan’im untuk disalib dan dieksekusi. Para wanita dan anak-anak turut pula menghadiri hari yang sangat mengagumkan, hari di mana mereka akan melihat keteguhan keimanan seorang muslim yang sejati.

Ditengah-tengah teriakan wanita dan anak-anak, terdengarlah suara Khubaib sebelum disalib. Beliau berkata, “Apa kalian berkenan membiarkan aku shalat 2 raka’at sebelum eksekusi?”. Lalu mereka mengizinkannya. Beliau pun shalat dengan khusyu’. Setelah selesai, beliau memandangi orang Quraisy dan berkata, “Demi Allah, seandainya aku tidak khawatir kalian akan menyangka aku memanjangkan shalat karena takut mati, pasti aku akan memanjangkan shalatku!”

Orang Quraisy pun mulai menyalib dan mencincang sosok Khubaib hidup-hidup. Lalu mereka berkata kepada beliau, “Apa kamu ingin kalau Muhammad menggantikan posisimu saat ini sedangkan engkau selamat!?”

Ditengah tetesan darah yang mengalir dari tubuhnya, beliau menjawab dengan keimanan yang kokoh, “Demi Allah! Aku tidak suka berada di tengah keluargaku dalam keadaan aman dan tenang sementara Muhammad sedang tertusuk duri!!”

Lalu beliau mengangkat kepala beliau ke langit di tiang salib seraya bermunajat, “Ya Allah, balaslah mereka satu per satu! Binasakanlah mereka semua! Dan jangan engkau biarkan seorang pun dari mereka hidup tenang!”

Akhirnya Khubaib bin ‘Adi menghembuskan nafas terakhirnya ditengah terjangan pedang dan tombak orang-orang kafir. Semoga Allah meridhai beliau. (lihat Shuwar min Hayaatis Shahabah, hal. 7-8 dengan perubahan)

2 comments

  1. terima kasih atas kiriman buletin dakwahnya dan kami cetak untuk mengisi buletin jumat dimasjid masjid kami,semoga menjadi bermanfaat untuk umat islam dan menjadi amal sodaqah jariyah bagi penulisnya.amin ya allah.

  2. Terimakasih atas Informasinya!

    Kalo berbicara bid’ah ngga ada selesainya,…..malah menimbulkan percekcokan bukan hanya pada masyarakat alim…juga pada kiai-kiai yang pada pandangan orang awam kia yang disegani dan diteladani ko bisa mengeluarkan emosi yang tidak pernah terlihat, yang akhirnya ……….. Sangat membingungkan orang awam seperti saya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *