Keindahan Agama Islam

urlAgama Islam mempunyai keindahan-keindahan yang justru kebanyakan kaum muslimin tidak menyadarinya. Keindahan-keindahan tersebut meliputi seluruh syariat Islam yang kini semakin terungkap dan mulai diketahui faidahnya.

Sangat banyak sekali keindahan-keindahan Islam yang sekiranya kita mau memikirkannya, niscaya kita tidak akan sanggup untuk mengupasnya lebih dalam.

Contoh kecil saja syariat Islam yang dicela kaum kafir bahkan umat Islam sendiri adalah adanya pembatas antara kaum wanita dan laki-laki. Padahal pada larangan bercampur-baur tanpa batas antara keduanya, terdapat manfaat yang banyak dan dapat menjauhkan dari bahaya yang sangat besar.

Pernah diceritakan oleh seorang pria non-muslim, bahwasanya ia diminta tinggal di rumah orang muslim. Pada awalnya, orang non-muslim ini phobia terhadap orang Islam dan sangat membencinya. Hingga suatu ketika ia melihat pemilik rumah sedang sendirian dan hendak diajak untuk mengobrol. Sang pemilik yang merupakan seorang wanita, tentu saja menolak ajakan orang non-muslim ini, dan mengajarkan bahwa dalam aturan Islam tidak diperbolehkan seorang laki-laki dan wanita yang bukan mahromnya untuk berdua-duaan tanpa ada orang ketiga. Pada awalnya, ia merasa ini adalah aturan yang gila, namun setelah dipikirkannya ia sadar, bahwa dengan aturan yang sederhana ini dapat menghindarkan seseorang dari perzinaan, perkosaan, aborsi, dan lain sebagainya.

Ini adalah contoh kecil dari keindahan Islam yang hendaknya seorang muslim bangga untuk menampakkan keislamannya di hadapan orang lain. Tidak ada rasa malu untuk menunjukkan keislamannya, karena agama yang dianutnya adalah agama yang benar dan diridhoi oleh Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran : 19)

Dan barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Ali ‘Imran : 85)

Berikut ini diantara keindahan syariat Islam yang agung lainnya :

    1. Agama Islam adalah agama tauhid

Islam selalu mengajarkan untuk bertauhid kepada Allah, baik dalam keimanan akan penciptaan alam semesta dan segala bentuk peribadatan, harus ditujukan kepada Allah Ta’ala semata. Bahkan sebuah doa pun tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta’ala.

Rasulullah bersabda ”Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi). Setiap bentuk ibadah tidak boleh ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata. Allah befirman (yang artinya), ”Katakanlah : ’Hai orang-orang yang tidak beriman, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. Al Kaafirun : 1 – 2)

 

Dengan hal ini, maka umat Islam dituntut untuk mengesakan Allah Ta’ala denganmempersembahkan segala bentuk peribadatan hanya kepada Allah saja, tidak kepada selain-Nya. Bayangkan jika apa yang disebut Tuhan itu lebih dari satu? Tentu umat manusia tidak akan fokus di dalam beribadah.

 

Allah berfiman (yang artinya), ”Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)” (QS. Al Baqarah : 165)

 

    1. Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan hanya terdapat dalam agama Islam.

Hal ini berdasarkan hadits shahih dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah bersabda, ”Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam dan diberi rizki yang cukup. Dan Allah memberikan kepadanya sifat qona’ah (selalu merasa cukup dan puas) atas rizki yang ia terima” (HR. Muslim)

 

‘Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh Allah dengan (memeluk) agama Islam. Oleh karena itu, apabila kami mencari kemuliaan dengan selain cara-cara Islam, niscaya Allah akan menghinakan kami.” (Diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak, I/62 dan ia nilai shahih. Adz Dzahabi menyepakatinya).

 

Hal ini karena dalam Islam ditekankan sikap qona’ah dalam setiap keadaan. Orang Islam adalah orang yang mengerti akan takdir Allah yang baik ataupun tidak, sehingga betapapun kesulitan yang dihadapi ataupun kebahagiaan yang didapatkan tidaklah membuatnya lupa akan tujuan penciptaan dirinya, yakni beribadah hanya kepada Allah Ta’ala. Ketenangan dan kemulian yang didapat tidak lain karena keyakinan akan janji Allah bagi orang yang beriman kepada Nya.

 

    1. Islam adalah agama pemersatu, bukan pemecah belah

Inti dari ajaran Islam adalah mengesakan Allah Ta’ala sesuai dengan apa yang difirmankan dan diwahyukan kepada Rasul-Nya. Sehingga segala bentuk perpecahan adalah hal yang sangat dibenci oleh Allah Ta’ala, dalam firman-Nya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (QS. Ali ‘Imran : 103)

 

Dari hal ini, maksud dari syariat Islam adalah bersatu, besama-sama mentauhidkan Allah Ta’ala. Sehingga segala bentuk perbedaan, baik dalam masalah hukum atau tata cara peribadatan, selama berlandaskan kepada dalil Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih dan pemahaman yang benar, hendaknya tidak menimbulkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Karena tujuan dari berislam adalah bersatu untuk bersama-sama beribadah hanya kepada Allah Ta’ala.

 

    1. Islam adalah agama yang mudah dan jelas

Islam adalah agama yang mudah. Semua syariat Islam dapat dipahami dengan mudah dan jelas.

Allah berfirman (yang artinya), Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (QS. Al Baqarah : 185)

 

Allah dan Rasul-Nya telah memberikan bekal bagi kaum muslimin berupa Al Qur’an dan Hadits Nabi, sehingga kunci kebenaran adalah berpedoman dengan 2 sumber tersebut. Segala bentuk pendapat dan argumentasi yang tidak bersumber dari keduanya, maka perlu dipertanyakan kebenarannya.

 

Agama Islam adalah agama yang logis, segala sesuatu harus sesuai dengan dalil Al Qur’an dan Hadits Nabi. Walaupun akal kita tidak mampu untuk memahami hikmah yang terkandung dibalik perintah dan larangan yang terdapat pada keduanya, kita dituntut untuk tetap mendahulukan Al Qur’an dan Hadits tersebut.

 

Hal ini sudah menunjukkan akan keindahan Islam kepada kita. Seandainya segala bentuk pendapat diterima dan dijadikan patokan, maka sungguh akan banyak sekali bentuk pemikiran serta pendapat-pendapat yang bermunculan sehingga semakin banyak kerancuan-kerancuan dalam Islam dan sulit dicari mana yang benar.

 

    1. Islam mengajarkan persamaan dan persaudaraan antar sesama muslim

Agama Islam tidaklah membedakan antara bangsa yang satu dengan yang lainnya, kulit yang satu dengan lainnya, dan bahasa yang satu dengan lainnya. Ketika seseorang mengucapkan syahadat dengan benar dan disertai pemahaman yang shahih, maka saat itu pula mereka adalah saudara kita, tanpa memandang kedudukan, harta, bangsa atau lainnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antaramu adalah yang paling bertakwa di antaramu.” (QS Al Hujurat : 13).

 

Ini adalah keindahan Islam yang agung, dimana banyak sekali muncul peperangan disebabkan latar belakang seseorang atau bahkan hanya perbedaan warna kulit semata.

 

    1. Islam tidak mengenal pengkultusan atau pemujaan kepada seorang pun

Dalam syariat Islam, segala sesuatu ditempatkan sesuai dengan haknya masing-masing. Manusia diperlakukan sebagaimana manusia yang tidak memiliki sifat ketuhanan. Maka Islam tidak mengenal apa yang disebut sebagai pembesar-pembesar agama yang dipuja dan disucikan.

 

Jangan sampai sebagaimana kaum musyrikin dahulu yang telah menjadikan orang-orang berilmu atau pemuka agama mereka menjadi sesembahan yang mereka sembah sebagaimana perkataan kaum Nuh yang Allah kisahkan dalam Al Qur’an (yang artinya), ” Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr” (QS. Nuh : 23)

 

Nama-nama itu sebenarnya berasal dari nama-nama orang yang sangat beriman kepada Allah di waktu itu. Namun setelah mereka meninggal, setan membisikkan kepada kaum mereka untuk membuat patung-patung di tempat mereka beribadah dan dinamai dengan nama-nama mereka untuk mengingatkan kaumnya akan kesalehan orang-orang tersebut.

 

Hal ini sebagaimana pula telah terjadi di zaman kita, dimana seorang pemuka agama yang mempunyai banyak pengikut akhirnya dikultuskan oleh para pengikutnya, bahkan kuburannya dibuat megah untuk menghormati sang pemuka tersebut.

Padahal Islam tidak mengajarkan hal demikian dan tidak ada kedudukan tertinggi di sisi Allah melainkan dilihat dari ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, dan hanya Allah-lah yang mengetahui mana diantara hamba-Nya yang bertakwa.

Uraian di atas hanyalah segelintir dari keindahan Islam yang hendaknya diketahui kaum muslimin, sehingga dapat menambah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala.

Adapun gambaran agama Islam yang disebut sebagai teroris, diskriminasi, pembunuhan adalah karena ketidaktahuan mereka akan Islam yang benar dan kurangnya pemahaman yang benar akan Al Qur’an dan Hadits Nabi sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat besar.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.

Penulis  : Rian Permana, S.T. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Muroja’ah : Ustadz Aris Munandar, M.P.I

3 comments

  1. ya Allah, teguhkan iman Hamba sampai ajal menjemput. Dan jadikan hidup Hamba sesuai dengan jalan islam dan berakhir husnul khotimah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *