Edisi 2126
—
- Al-Maidah: 3
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian ni’mat-Ku, dan telah Ku–ridai Islam itu jadi agama bagi kalian.”
- Islam adalah agama yang sempurna sebagaimana firman Allah Ta’ala di atas.
- Ajaran Islam sangat menyeluruh, memberikan kebaikan dan maslahat untuk kehidupan manusia.
- Islam tidak hanya mengatur tingkat individu, bahkan sampai mengatur satu individu dengan individu lainnya, contohnya seperti keluarga.
—
Anjuran Untuk Berkeluarga
Ajaran Islam begitu sempurna, kita wajib meyakini bahwa semua yang Allah perintahkan untuk para hamba-Nya adalah kebaikan untuk mereka, dan semua yang Allah larang adalah keburukan untuk mereka. Di antara perkara yang Allah larang adalah zina, bahkan Allah perintahkan mereka untuk menjauhinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةٗ وَسَآءَ سَبِيلٗا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS: Al-Isra: 32)
Allah melarang zina bukan tanpa alasan, semua ini karena zina dapat menimbulkan keburukan bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقۡتُلُونَ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَلَا يَزۡنُونَۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامٗا٦٨ يُضَٰعَفۡ لَهُ ٱلۡعَذَابُ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَيَخۡلُدۡ فِيهِۦ مُهَانًا
“Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina” (QS. Al-Furqan: 68-69)
Allah melarang hamba-Nya untuk berzina, kemudian Allah juga memberikan solusi agar hamba-Nya tidak melakukan hal tersebut. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، ومَن لَمْ يَسْتَطِعْ فَعليه بالصَّوْمِ؛ فإنَّه لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki ba’ah (kemampuan finansial), maka menikahlah. Karena itu akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Manfaat Berkeluarga
Rasulullah memerintahkan orang yang sudah mempunyai kemampuan untuk menikah. Di antara manfaat yang diterima seseorang ketika dia menikah:
- Menikah akan memberikan ketenangan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum:21).
- Menikah akan membukakan pintu rezeki. Allah Ta’alaberfirman,
وَأَنكِحُواْ ٱلۡأَيَٰمَىٰ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنۡ عِبَادِكُمۡ وَإِمَآئِكُمۡۚ إِن يَكُونُواْ فُقَرَآءَ يُغۡنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ ٣٢
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahaya kalian yang lelaki dan hamba-hamba sahaya kalian yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. An Nuur: 32).
Rezeki tidak harus selalu berupa harta benda, rezeki juga bisa berupa rasa cukup dalam hati, menerima nikmat yang Allah Ta’ala berikan, bersyukur atas hal itu, dan menjadikan nikmat itu sebagai perantara untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.
- Menikah dapat menjaga diri dari fintah syahwat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.
Agar Menjadi Keluarga yang SAMAWA (Sakinah Mawaddah Warahmah)
Dalam ajaran Islam, keluarga yang ideal adalah keluarga yang diliputi ketenangan (sakinah), rasa cinta satu dengan yang lain (mawaddah), dan rasa sayang (rahmah), sebagaimana firman Allah Ta’ala di Surat Ar-Ruum ayat 21 di atas. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa Allah menjadikan pasangan dari manusia yang sejenis, bukan diambil dari jenis jin atau bahkan hewan.. Keduanya saling membutuhkan dalam hal kasih sayang satu dan lainnya. Maka, hal yang dibutuhkan untuk membangun keluarga SAMAWA adalah:
- Membangun keluarga di atas ajaran Islam dengan tunduk patuhkepada Allah, juga senantiasa bertakwa kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).
Terkait ayat ini, Adh-Dhahak menyatakan bahwa wajib untuk mengajari keluarga perkara-perkara yang diwajibkan dan diharamkan.
- Hindarilahkekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik contoh untuk para suami. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Aku tidaklah pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul pembantu, begitu pula memukul istrinya.” (HR. Ahmad).
- Banyak bersabar, mengalah, dan memaafkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbuat baiklah pada para wanita. Karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Yang namanya tulang rusuk, bagian atasnya itu bengkok. Jika engkau mencoba untuk meluruskannya (dengan kasar), engkau akan mematahkannya. Jika engkau membiarkannya, tetap saja tulang tersebut bengkok. Berbuat baiklah pada para Wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Melakukankewajiban masing-masing (suami, istri, dan anak), juga menunaikan hak kepada setiap orang.
Hak dan Kewajiban Dalam Keluarga
Sebagai seorang suami, hendaklah berperilaku baik terhadap keluarganya (anak dan istrinya), tidak kasar kepada mereka. Ingatlah bahwa suami adalah pelindung keluarganya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيرُكُم خَيرُكُم لِأَهلِه، وَأَنا خَيرُكُم لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya. Sedangkan aku adalah orang yang paling berbuat baik pada keluargaku.” (HR. Tirmidzi). Luangkanlah waktu untuk bercanda, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda dengan keluarganya. Dalam salah satu hadis dikatakan: “Ia (Aisyah) pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safar. ‘Aisyah lantas berlomba lari bersama beliau dan ia mengalahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala ‘Aisyah sudah bertambah gemuk, ia berlomba lari lagi bersama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun kala itu ia kalah. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini balasan untuk kekalahanku dahulu.” (HR. Abu Daud).
Selain itu, nafkahi mereka dengan nafkah yang halal. Berikanlah makanan, pakaian, dan tempat tinggal untuk mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan, Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasehat) selain di rumah” (HR. Abu Daud). Juga, yang tidak kalah penting dari itu semua adalah mengajarkan anak dan istri perkara agama ini, dan mengajak mereka untuk senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala.
Sebagai seorang istri, ingatlah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa seorang perempuan bisa memilih pintu surga manapun yang dia inginkan jika dia taat kepada suaminya, beliau bersabda: “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad).
Mohon izin kepada suami apabila hendak keluar rumah, jika suami tidak mengizinkan, maka taatilah, jangan keluar rumah. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرۡنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰۖ
“Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al-Ahzab: 33).
Sebagai seorang anak, ingatlah untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua. Jangan melakukan apapun yang termasuk akhlak buruk kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya” (QS. Al-Isra’: 23).
Ingatlah bahwa rida Allah adalah ridanya orang tua. Abdullah bin Umar mengatakan, “Rida Allah tergantung pada rida orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”. Jika orang tua sudah meninggal, doakanlah mereka. Mintakan ampunan Allah untuk mereka, jangan memutus hubungan silaturahim dengan keluarga dekat mereka, dan ingatlah untuk senantiasa bersedekah atas nama mereka.
Allahu Ta’ala A’lam. Semoga yang sedikit ini bermanfaat
Penulis : Mochammad Wibisono, S.M. (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Pemurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.