Edisi 2122
—
- Selama kita hidup di dunia ini sudah berapa banyak amal yang telah kita kerjakan untuk bekal di akhirat nanti?
- Apakah amal yang kita kerjakan selama ini sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
- Apakah amalan yang selama ini telah kita kerjakan diterima oleh Allah?
- Apa saja hal-hal yang dapat merusak dan menghilangkan pahala amal kebaikan kita?
*selengkapnya dalam buletin
—-
Ketahuilah wahai saudaraku, tidaklah suatu amalan diterima melainkan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana sabda Beliau,
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dalam urusan (agama) kami, maka amal itu tertolak.” (HR. Muslim)
Maka, hendaknya kita senantiasa berusaha beramal sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan ikhlas mengharap pahala dan rida Allah Ta’ala agar amalan kita diterima, sebagaimana doa nabi Ibrahim ‘alaihissalam tatkala meninggikan pondasi Baitullah,
وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٰهِـۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), ‘Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 127).
Tidaklah semua amal yang kita kerjakan merupakan buah dari usaha dan kehebatan kita, melainkan semua itu karena berkat taufik dan rahmat Allah Ta’ala sehingga kita mudah melakukan amal kebaikan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lantas, ketika kita sudah berusaha untuk beramal sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kita juga sudah berupaya maksimal untuk berdoa kepada Allah Ta’ala agar amalan kita diterima, apakah sudah cukup dengan semua itu? Belum saudaraku, karena ternyata ada hal yang tanpa kita sadari, perbuatan yang kita lakukan ternyata dapat merusak atau menghilangkan pahala amal yang kita perbuat. Maka hendaknya kita senantiasa menghindari perbuatan atau tingkah laku kita yang dapat merusak dan menghilangkan pahala amal kebaikan kita.
Berikut ini bebrapa perbuatan yang dapat merusak amal:
- Syirik kepada Allah
Syirik atau mempersekutukan Allah merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah, bahkan tidak hanya menghapus amal tapi bisa mengeluarakan pelakunya dari Islam.
Syirik yang dapat menghapus semua amal bahkan bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam disebut syirik akbar atau syirik besar. Walaupun semasa hidupnya dia termasuk ahli ibadah, rajin salat, rajin puasa, dan banyak bersedekah, tapi bila dia melakukan syirik akbar maka sia-sialah amal yang telah dia kerjakan selama ini. Sebagaimana firman Allah,
وَلَوۡ أَشۡرَكُواْ لَحَبِطَ عَنۡهُم مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’am: 88).
Contohnya, orang yang menyembelih untuk pengusa gunung (supaya tidak meletus), untuk dewi sri (agar panen bagus dan melimpah), dan sejenisnya. Padahal Allah telah berfirman,
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
“Sesungguhnya salatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Rabb semesta alam.” (Q.S. Al-An’am: 162).
Sedangkan syirik yang dapat menghapus amal ibadah tetapi tidak sampai mengeluarkan pelakukan dari Islam disebut syirik asghar atau syrik kecil. Walaupun disebut syirik kecil, tetapi dosanya lebih besar daripada dosa besar semisal membunuh, berzina, dan mencuri.
Contohnya, perbutan riya’ yaitu memamerkan amal ibadah agar dipuji oleh orang lain atau agar dianggap sebagai ahli ibadah. Banyak yang rajin beribadah ketika dikeramaian dengan harapan dipuji oleh orang lain. Apabila semua amal ibadah dia lakukan murni karena riya’ maka terhapuslah pahala amal tersebut.
- Menyebut-nyebut Sedekah sampai Menyakiti Hati Orang Lain
Allah Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ
“Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kalian merusak sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya` (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.” (Q.S. Al-Baqarah: 264)
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”Tiga orang yang tidak akan diajak bicara, tidak dilihat dan tidak disucikan oleh Allah pada hari kiamat dan bagi mereka azab yang sangat pedih”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sejumlah tiga kali. Abu Dzar berkata: “Mereka kecewa dan merugi wahai Rasulullah”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Orang yang menjulurkan pakaiannya di bawah mata kaki, menyebut-nyebut kebaikan, dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim)
- Melakuan Kemaksiatan ketika Sendirian
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar Gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia tidak tersisa sedikitpun.”
Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka salat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika menyepi (tidak ada orang lain yang melihatnya) melakukan apa-apa yang di haramkan Allah, maka mereka terus (segera) melanggarnya.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)
- Orang yang Menyakiti dan Menzalimi Kaum Muslim
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) salat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia suka mencaci maki dan (salah) menuduh orang lain, makan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang terdzalimi itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikan pelaku dzalim. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
- Meninggalkan Salat Ashar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan salat ashar maka telah gugur atau terhapuslah amalnya.” (HR. Bukhari)
Maka hadis ini mengingatkan kita betapa pentingnya untuk menjaga salat lima waktu, terutama salat ashar dimana banyak orang yang lalai mengerjakannya atau dengan mudah meninggalkannya.
Sebagaimana firman Allah,
حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ
“Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu.” (Q.S. Al-Baqarah: 238)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan, Allah memerintahkan untuk memelihara “salat-salat” secara umum dan “salat wustha” yaitu salat Ashar pada khususnya. Memelihara salat adalah menunaikannya pada waktunya, dengan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, khusyuk padanya, dan seluruh hal yang wajib maupun yang sunnah. Dengan memelihara salat, kita akan mampu memelihara seluruh ibadah dan juga berguna untuk mencegah dari hal yang keji dan munkar, khususnya jika disempurnakan pemeliharaannya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam FirmanNya, “berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.” Yakni, dengan rasa rendah yang tulus ikhlas dan khusyuk, karena patuh itu adalah ketaatan yang langgeng yang dibarengi dengan kekhusyukan.
Demikian beberapa perbuatan yang dapat merusak atau menghapus amal kebaikan kita. Semoga Allah senantiasa menjaga kita, merahmati kita, dan memudahkan kita agar senantiasa istikamah dalam amal kebaikan dan mewaspadai segala perbuatan yang dapat merusak atau menghapus amalan kita.
Ditulis : Faizal Hanafi, S.S (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Dimurajaah : Ustaz Abu Salman,B.I.S.