Sesungguhnya Allah Mendengar Do’a Hamba-Nya

At Tauhid edisi V/29

Oleh: Hanif Nur Fauzi

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, do’a merupakan bentuk ibadah yang paling agung di sisi Allah ta’ala. Diriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Do’a adalah ibadah”, kemudian setelah itu beliau membaca ayat “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60) (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrad no.714)

Di dalam hadits lain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda tentang keutamaan do’a, “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah ta’ala selain do’a” (HR. Ahmad no. 8733. Syu’iab Al Arnauth berkata bahwa hadits ini hasan)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menyebutkan bahwa do’a adalah ibadah, artinya, do’a adalah rukun utama dalam ibadah kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu, barang siapa yang enggan dan malas-malasan dalam beribadah, dapat dipastikan bahwa orang tersebut enggan untuk berdo’a dan memohon hidayah kepada Allah ta’ala . (Lihat Fathul Baari, 18/55)

Do’a merupakan kunci dari segala macam kebaikan. Seorang hamba tidak akan mampu untuk melaksakan ketaatan kepada Allah ta’ala melainkan dengan taufiq dan hidayah dari Allah ta’ala. Taufiq dan hidayah Allah tidak lepas dari do’a seorang hamba kepada Rabb-nya. Oleh karena itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mengajarkan sebuah do’a kepada Mua’dz bin Jabal radhiyallahu’anhu agar dibaca setiap selesai sholat “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik” [Ya Allah, bantulah aku untuk selalu berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu]”. (Sunan Abu Daud, 1522. Syaikh Al Albani berkata hadist ini shohih)

Allah ta’ala menjanjikan akan mengabulkan do’a setiap hamba-Nya dan Allah ta’ala tidak akan menyelisihi janjinya. Bahkan Allah ta’ala akan marah ketika ada seorang hamba yang enggan berdo’a kepada-Nya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang tidak mau berdo’a kepada Allah ta’ala, maka Allah murka kepadanya” (HR. Tirmidzi no.3373. Syaikh Al Albani menilai hadits ini hasan). Ath Thibiy rahimahullah mengatakan, hadits ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala sangat senang ketika seorang hamba berdo’a kepada Allah ta’ala. (Lihat Fathul Baari, 18/55)

Berdo’alah Hanya Kepada Allah Ta’ala

Para pembaca yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, do’a merupakan salah satu bentuk ibadah kepada-Nya, dan ibadah hanyalah hak mutlak Allah ta’ala, tidak ada satu pun bentuk ibadah dari seorang hamba yang boleh ditujukan kepada selain Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang berdo’a kepada selain Allah, tidak ada yang dapat memperkenankan do’anya sampai hari kiamat, dan mereka adalah orang-orang yang lalai dari do’a mereka” (QS. Al Ahqaf: 5)

Allah ta’ala adalah Dzat yang Maha Kaya dan Kuasa untuk mengabulkan permintaan seluruh hamba-Nya. Tidaklah akan mengurangi kekuasaan Allah sedikitpun seandainya Allah ta’ala memenuhi seluruh permintaan hambanya, kecuali hanya bagaikan berkurangnya air laut tatkala sebuah jarum dicelupkan ke dalamnya, artinya yang hilang itu tidak teranggap sama sekali. Maka hendaklah setiap muslim hanya mengadu dan berdo’a kepada Allah ta’ala dalam seluruh perkara yang dia hadapi.

Mengapa Do’aku Tidak Kunjung Dikabulkan[?]

Banyak orang berdo’a kepada Allah ta’ala, akan tetapi banyak di antara mereka merasa do’anya tidak dikabulkan. Hal semacam ini sering menimpa kaum muslimin pada umumnya. Mereka berharap do’a yang dia panjatkan dapat segera terealisasi. Inilah yang disebut dengan “tergesa-gesa dalam berdo’a”. Seorang muslim sudah sepatutnya menghindari sikap semacam ini, karena sikap tersebut merupakan salah satu penghalang terkabulnya do’a. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Akan dikabulkan do’a salah seorang di antara kalian selama tidak tergesa-gesa dalam berdo’a.” Kemudian beliau ditanya, “Wahai Rasulullah bagaimanakah bentuk tergesa-gesa dalam berdo’a?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berdo’a kemudian mengatakan, “Aku telah berdo’a kepada Allah tetapi Allah tidak segera mengabulkan do’aku”. (Sunan Ibnu Majah, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa seluruh do’a yang baik, hakikatnya dikabulkan oleh Allah ta’ala, akan tetapi dengan bentuk pengabulan yang bermacam-macam, terkadang Allah langsung memberikan apa yang diminta atau terkadang Allah memberikan pengganti yang serupa, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, “Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan do’a yang tidak mengandung dosa di dalamnya, tidak pula do’a yang memutus silaturahmi, melainkan Allah ta’ala akan memberikan satu di antara tiga hal: mungkin Allah akan merealisasikan do’a tersebut, atau mungkin dengan do’a tersebut Allah akan menyelamatkannya kelak di akhirat, atau mungkin Allah akan menghilangkan dari diri orang tersebut kesulitan yang semisal”. (HR. Ahmad, derajatnya hasan shohih) (Lihat Fathul Baari, 18/55)

Bersungguh-Sungguh dalam Berdo’a Kepada Allah Ta’ala

Salah satu tata cara do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah bersungguh-sungguh dalam berdo’a kepada Allah ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berdo’a, maka janganlah katakan: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki, akan tetapi bersungguh-sungguhlah dalam berdo’a, dan perbesarlah harapan, karena Allah tidak akan merasa keberatan dengan sesuatu yang Dia berikan kepada hamba-Nya”. (HR. Muslim. no.2679)

Hendaklah seorang muslim berdo’a kepada Allah ta’ala dengan do’a yang mencakup seluruh kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebagian orang berdo’a kepada Allah meminta kebaikan yang sangat terbatas, sebagian mereka berdo’a, “Ya Allah berikanlah kepadaku ini dan itu”, ataupun do’a yang semisalnya, yang hanya bersifat materi dan duniawi. Lihatlah bagaimana bentuk do’a yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, dan beliau senantiasa mengulang-ulang do’a ini pada setiap kesempatan, “Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksaan api neraka”. (HR. Muslim)

Salah satu cara bersungguh-sungguh dalam dalam berdo’a adalah memahami do’a yang diucapkan. Sebagian orang lalai dari memahami dan mengerti makna do’a yang diucapkan. Seakan-akan keluar dari mulut mereka lafadz-lafadz do’a berbahasa arab, sementara hati-hati mereka kosong akan makna do’a tersebut. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah tidak menerima do’a dari hati yang lalai”. (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Waktu-Waktu Mustajab untuk Berdo’a

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah menjelaskan tentang waktu-waktu yang mustajab untuk berdo’a. Di antaranya adalah saat sepertiga akhir malam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Rabb kami tabaraka wa ta’ala turun setiap malam turun ke langit dunia, hingga tersisa sepertiga malam terakhir, kemudian Allah berfirman (yang artinya): Barangsiapa yang berdo’a, maka akan Aku kabulkan; barangsiapa yang meminta, akan Aku beri; dan barangsiapa yang meminta ampun, Aku akan mengampuninya” (HR. Bukhari)

Waktu yang lainnya adalah waktu-waktu di antara adzan dan iqamah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, Do’a antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak”. (HR.Abu Daud, Syaikh Al Albani menilai shahih)

Di antara waktu lain yang mustajab untuk berdo’a adalah ketika sujud, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saat terdekat seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika sujud, maka ketika itu perbanyaklah do’a” (HR. Muslim)

Dan waktu-waktu lainnya yang terdapat keterangannya dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Menjauhi Perkara-Perkara yang Diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala

Salah satu penghalang terkabulnya do’a seorang hamba adalah bergelimangnya hamba tersebut dengan benda-benda dan harta yang diharamkan oleh Allah ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pernah mengisahkan seorang laki-laki yang menempuh suatu perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, dia menengadahkan kedua tanganya ke langit (berdo’a kepada Allah) : Ya Rabbi, Ya Rabbi. Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia tumbuh dengan harta yang haram. Kemudian beliau mengatakan: Bagaimana mungkin do’anya bisa dikabulkan? (HR. Muslim) Syaikh ‘Abdurrazaq Al Badr hafidzohullah menjelaskan bahwa hadits ini juga mengisyaratkan bahwa seorang yang berdo’a hendaklah menjauhi kemaksiatan dan segera bertaubat dari kemaksiatan yang dilakukan. (Rekaman ceramah Syaikh ‘Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badr dengan judul Fiqhu Ad Du’a)

Mengangkat Tangan Ketika Berdo’a

Mengangkat tangan dalam berdo’a merupakan salah satu tuntutan dalam agama ini. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya Rabbmu itu Maha Pemalu dan Maha Mulia, malu dari hamba-Nya jika ia mengangkat kedua tangannya (berdo’a) kepada-Nya kemudian menariknya kembali dalam keadaan hampa kedua tangannya.” (HR. Muslim)

Tidak diragukan lagi bahwa berdo’a dengan mengangkat tangan adalah disyariatkan bahkan merupakan sebab terkabulkannya do’a. Akan tetapi hal ini menyisakan sebuah pertanyaan, apakah mengangkat tangan disyariatkan dalam setiap do’a?

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa do’a dalam masalah mengangkat tangan dirinci menjadi tiga rincian. Yang pertama adalah do’a yang disyariatkan untuk mengangkat tangan, semacam do’a istisqa’ (do’a meminta hujan), maka pada do’a ini disunnahkan mengangkat tangan. Kedua, do’a yang tidak disyariatkan untuk mengangkat tangan, semisal do’ado’a di dalam sholat, seperti do’a ketika sujud dan do’a setelah tasyahud, maka terlarang mengangkat tangan pada keadaan ini. Ketiga, do’a yang tidak ada keterangan, apakah mengangkat tangan ataukah tidak, maka do’a semacam ini kembali kepada hukum asal adab berdo’a, yaitu mengangkat tangan. (Lihat Syarah Arbain Nawawiyah, Ibnu Utsaimin, hal. 173)

Syaikh Ali Hasan Al Halaby hafidzohullahu meringkas, tentang masalah mengangkat tangan ketika berdo’a. Intinya, ada tiga keadaan di mana seseorang disyariatkan mengangkat tangan ketika berdo’a. Pertama adalah ketika do’a istisqa’ (do’a meminta hujan). Kedua adalah ketika do’a qunut dan yang ketiga adalah ketika berdo’a dengan do’a mas’alah (do’a meminta sesuatu kepada Allah). Jenis do’a yang ketiga ini, yaitu do’a mas’alah tidak terikat dengan waktu maupun tempat, bisa jadi ketika tengah malam, pagi hari, siang hari, di masjid, di rumah atau yang lainnya.

Dalilnya adalah hadits yang telah lewat tentang disyariatkan mengangkat tangan ketika berdo’a, do’a dalam hadits tersebut adalah do’a mas’alah. Sehingga berdo’a selain do’a mas’alah (meminta sesuatu) tidaklah disyariatkan untuk mengangkat tangan, semisal do’a masuk masjid, do’a keluar masjid, do’a memakai pakaian dan yang semisalnya, maka do’a-do’a semacam ini tidak disyariatkan mengangkat tangan. (Diringkas dari rekaman ceramah Syaikh Ali Hasan Al Halaby berjudul Ad Du’a wa Atsaruhu)

Bagaimanakah jika Seseorang Berdo’a dengan Selain Bahasa Arab?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya tentang hukum berdo’a dalam sholat dengan menggunakan bahasa selain bahasa Arab. Beliau menjelaskan, adapun berdo’a secara umum (do’a di luar sholat), maka boleh dengan bahasa apapun selain bahasa Arab, terlebih lagi jika orang tersebut menjadi lebih tahu dan mantap dengan do’a yang dia panjatkan. Karena sesungguhnya Allah ta’ala Maha Mengetahui maksud dan keinginan orang yang berdo’a kepada-Nya. (Majmu’ Al Fatawa 22/488-489)

Akan tetapi, tidak diragukan lagi bahwa berdo’a dengan do’a yang disyari’atkan, sebagaimana tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah adalah lebih utama. Lafadz-lafadz do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah lafadz do’a yang paling utama. Oleh karena itu, hendaklah seorang muslim senatiasa berusaha untuk berdo’a dengan do’a-do’a yang disyariatkan, yaitu do’a yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah. (Majmu’ Al Fatawa, 1/346-348).

Demikianlah apa yang dapat kami nukilkan dari penjelasan para ulama. Semoga dapat memberikan manfaat. Semoga Allah ta’ala menerima setiap amal ibadah dan mengabulkan setiap do’a kita. Innallaha mujibud du’at. Wallahu ta’ala a’lam bi showab. [Hanif Nur Fauzi]

6 comments

  1. jazakumullahu khairan…insyaAllah manfaat…dan ana tdk merasa sendiri saat menghadapi masalah

  2. 1.Artikel ini sungguh sangat bagus, jelas dan tuntas dalam bahasannya. namun tolong di uranikan lagi lebih mendetil mengadu kepada Allah dan mengadu kepada manusia.
    2. tolong definisikan doa secara detil, karena pada dasarnya berdoa adalah menyuruh, jadi amar, doa dan iltimas, esensinya sama yaitu memerintah.

  3. terima kasih atas artikelnya. tapi sekarang ini saya tengah lelah untuk berdoa….putus asa…

  4. Apakah sy bs dpt pertolongan Allah yg secepat kilat seperti cerita diatas, sy yg lg terpuruk, dn sedang diberi cobaan oleh Allah yg bertubu-tubi, dari punya hutang dn dililit hutang, suami mulai tdk bekerja dr juli skrg hnya gojek, kontrakan rumah yg blm bayar, dan sekarang sy melahirkan operasi hnya diberi cuti 2 minggu dn anak sy sakit hidrosifalus, apa yg sekarang hrs sy lakukan???? Sy mohon jikalau ada yg ikhlas membantu saya madinatul 085606524765, mandiri 1420005173413, terima kasih ats keikhlasan bantuannya, semoga Allah memberikan pahala yg berlimpah kepada anda, Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *