Mencintai Sahabat Nabi, Tanda Keimanan

Buletin At-Tauhid edisi 23 Tahun XI mencintai

Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, satu-satunya Rabb yang berhak untuk diibadahi, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang selalu mengikuti mereka hingga hari akhir.

 

Kewajiban mencintai para sahabat

Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala, sungguh Allah Ta’ala telah memberikan kita suatu nikmat yang sangat besar, yaitu nikmat iman dan nikmat Islam dengan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam dengan membawa risalah agama yang paling mulia ini. Allah Ta’ala mengutus manusia terbaik di muka bumi yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk melaksanakan tugas yang agung yaitu guna menyebarkan agama Islam hingga keseluruh penjuru dunia.

Kemudian Allah Ta’ala tentunya juga memilih manusia-manusia pilihan untuk membantu Rosul-Nya dalam berdakwah. Manusia-manusia istimewa tersebut adalah para sahabat yang senantiasa membantu Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam berjuang tak kenal lelah dalam menyebarkan agama Islam hingga akhirnya sampai kepada kita. Sebagaimana perkataan sahabat Ibnu mas’ud radhiallahu ‘anhu : “Sesungguhnya Allah Ta’ala melihat kepada hati para hamba, lalu Dia mendapati hati Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sebaik-baik hati manusia, maka Dia memilih Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diri-Nya, dan mengutus Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa risalah-Nya. Kemudian Allah Ta’ala melihat kepada hati para hamba setelah hati Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Dia mendapati hati para sahabat beliau adalah sebaik-baik hati para hamba, maka Dia pun menjadikannya sebagai penolong Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berjuang di atas agama-Nya” (HR. Ahmad, shahih).

Oleh karena itu, termasuk tanda benarnya iman seorang muslim adalah dengan mencintai semua orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu para sahabat Nabi yang telah mengorbankan segala yang mereka miliki demi kejayaan Islam.

 

Definisi sahabat

Imam Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “sahabat Nabi adalah setiap orang yang bertemu dengan Nabi, beriman kepadanya, dan meninggal sebagai muslim walaupun pernah murtad sebelumnya.” (Nukhbatul Fikr). Dari definisi tersebut, maka yang juga termasuk  sahabat adalah para ahlul bait (keluarga serta istri-istri Nabi), serta seluruh kaum muhajirin dan anshar radhiallahu ‘anhum.

 

Pujian kepada sahabat Nabi dalam al-Qur’an dan Sunnah

Sangat banyak didalam al-Qur’an maupun Sunnah yang menjelaskan tentang keutamaan para sahabat Nabi radhiallahu ‘anhum, diantaranya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan orang-orang yang terlebih dulu (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang sangat besar” (QS. At-Taubah : 100).

dan juga firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya (yaitu para sahabat) adalah tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang kepada sesama (muslim).  Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya” (QS. Al-Fath : 29).

Serta sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in)” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Pujian Nabi kepada beberapa sahabat secara khusus

Selain pujian secara umum, Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam juga memuji secara khusus beberapa sahabat beliau, diantaranya:

[1] sahabat Abu Bakar As-Shiddiq radhiallahu ‘anhu:

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil -kekasih terdekat- selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah diantara kami ikatan persaudaraan dan saling mencintai karena Islam” (HR. Muslim).

[2] sahabat Umar bin khaththab radhiallahu ‘anhu:

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu ,“Abu Bakar dan ‘Umar bin Khaththab adalah dua orang pemimpin bagi orang-orang dewasa penduduk surga, dari kalangan terdahulu maupun yang kemudian selain para Nabi dan Rasul. Jangan engkau kabarkan hal ini kepada mereka wahai ‘Ali, selama mereka masih hidup” (HR. Ibnu majah, shahih).

[3] sahabat Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu:

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang menyiapkan jaisyul usyroh (pasukan perang tabuk), maka baginya surga.”, maka ‘Utsman bin ‘Affan datang membawa 1000 dinar dan diletakkan dihadapan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, maka beliau kembali bersabda, “Tidaklah memudharatkan Utsman apa yang ia lakukan setelah ini” (HR. Tirmidzi, hasan).

[4] sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu:

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda kepada Ali, “Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tak ada Nabi setelahku” (HR. Bukhari dan Muslim).

[5] Shahabiyah A’isyah radhiallahu ‘anha (salah satu istri Nabi, ibunda kaum mukminin):

Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “A’isyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya (yaitu abu bakar)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang menjelaskan keutamaan para sahabat secara khusus.

 

Jangan mencela sahabat

Sebagai seorang muslim yang baik, kita dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dari mencela atau merendahkan para sahabat. Bahkan meskipun hanya salah seorang diantara sahabat, karena banyak diantara mereka yang sudah dijamin masuk surga. Kesalahan mereka yang sedikit akan tertutup oleh keimanan, amal shalih dan jasa mereka yang sangat besar kepada Islam. Sehingga kita benar-benar dilarang dari mencela mereka semua, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jangan kalian mencela sahabatku, seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud maka tidak akan bisa menyamai satu mud (sekitar satu telapak tangan) sedekah mereka, bahkan tidak pula setengahnya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian pula kita dilarang oleh Nabi kita dari merendahkan mereka, memandang sinis salah seorang sahabat, mengumbar kekeliruan yang pernah mereka lakukan, bahkan terlarang pula kita menceritakan kesalahan-kesalahan dan perselisihan yang terjadi diantara mereka, kecuali hanya untuk sekedar diambil pelajaran. Sebagaimana sabda Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika disebut-sebut tentang (perselisihan) sahabatku, tahanlah diri kalian (dari mencela mereka)” (HR. Ath-Thabarani, shahih).

 

Sikap yang benar kepada sahabat

Sikap kita yang benar kepada sahabat maupun ahli bait (keluarga Nabi serta istri-istri Nabi) adalah bersikap pertengahan, tidak membenci para sahabat sebagaimana kelompok sekte syi’ah, dan juga tidak membenci para ahli bait sebagaimana kelompok nawashib. Namun Sebagai seorang ahlu sunnah wal jama’ah, maka sikap kita adalah dengan mencintai semua sahabat dan semua ahli bait, menghormati dan menjaga kehormatan mereka,serta mendoakan mereka semua dengan rahmat, sebagaimana penjelasan Imam Ibnu Abi Hatim Ar-Razi rahimahullah saat berkata tentang pokok-pokok keimanan ahlu sunnah,”(Ahlus sunnah selalu) Memintakan rahmat bagi seluruh sahabat serta keluarga Nabi Muhammad -semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya-, serta menahan pembicaraan dari perselisihan yang terjadi di antara mereka” (lihat kitab ashlussunnah).

 

Jadikan para sahabat sebagai teladan

Jika kita ingin jalan yang lurus dan mengambil teladan dalam meniti agama Islam dan mengamalkan kandungan dari al-Qur’an dan Sunnah, maka hendaklah kita mencontoh para sahabat. Karena merekalah generasi yang paling semangat dalam mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah, sebagaimana nasihat sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, “Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya mereka adalah ummat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah jejak jejak mereka, karena mereka berada di jalan yang lurus.“ (Dzammut Ta’wil, Ibnu Qudamah).

 

Penutup

Demikianlah penjelasan tentang para sahabat, mudah-mudahan bisa menambah kecintaan kita kepada semua sahabat Nabi, termasuk di dalamnya semua keluarga Nabi yang beriman. Tidak membenci mereka sebagaimana syi’ah dan nawashib, namun kita selalu mendoakan rahmat dan kebaikan bagi mereka semua. Mudah-mudahan dengan demikian kita bisa dikumpulkan bersama-sama dengan mereka semua di surga yang telah Allah Ta’ala janjikan. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

 

Penulis  : Nizamul Adli Wibisono, ST.

Muraja’ah : Ust. Abu Salman, BIS

 

Pertanyaan:

Sebutkan definisi sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?

 

Jawaban:

Sahabat Nabi adalah setiap orang yang bertemu dengan Nabi, beriman kepadanya, dan meninggal sebagai muslim walaupun pernah murtad sebelumnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *