Tuntunan Shalat Tarawih

Ketahuilah bahwa seorang mukmin di bulan Ramadhan memiliki dua jihadun nafs (jihad pada jiwa) yaitu jihad di siang hari dengan puasa dan jihad di malam hari dengan shalat malam. Barangsiapa yang menggabungkan dua ibadah ini, maka ia akan mendapati pahala yang tak terhingga…

Shalat tarawih adalah shalat yang hukumnya sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama. Shalat tarawih merupakan shalat malam, atau di luar Ramadhan disebut dengan shalat tahajud. Shalat malam merupakan ibadah yang utama di bulan Ramadhan untuk mendekatkan diri pada Allah Ta’ala. Ibnu Rajab rahimahullah dalam Lathoif Al Ma’arif berkata, “Ketahuilah bahwa seorang mukmin di bulan Ramadhan memiliki dua jihadun nafs (jihad pada jiwa) yaitu jihad di siang hari dengan puasa dan jihad di malam hari dengan shalat malam. Barangsiapa yang menggabungkan dua ibadah ini, maka ia akan mendapati pahala yang tak terhingga.”

Jangan Sia-Siakan Puasamu

Segala puji bagi Allah yang atas nikmat dan karunia-Nya sebentar lagi kita akan berjumpa dengan bulan yang penuh dengan berkah dan kemuliaan, yaitu bulan Ramadhan -insya Allah.

Sebagai seorang muslim, tentunya kita harus antusias dalam mengisi waktu kita di bulan Ramadhan dengan amal-amal shalih yang dicintai Allah ta’ala. Namun, seorang muslim tidaklah akan dapat mengerjakan ibadah-ibadah yang benar serta sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya di bulan Ramadhan melainkan dia telah memiliki ilmu tentang ibadah-ibadah tersebut. Apa yang akan kami paparkan berikut ini merupakan kelanjutan dari pembahasan hukum seputar puasa pekan lalu.

Syarat, Rukun, dan Pembatal Puasa

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ta’ala, bulan yang mulia dan agung beberapa hari lagi mendatangi kita. Di dalam bulan Ramadhan itu pula, kita sebagai seorang muslim diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk menunaikan puasa.

Sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183). Maka wajib bagi seorang muslim mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan ibadah puasa, seperti syarat wajib puasa, syarat syahnya puasa, rukun puasa, pembatal-pembatal puasa, dan lainnya. Dan pada edisi ini, kami akan membahas mengenai syarat, rukun, dan pembatal Puasa.

Kritik Hadits Malam Nishfu Sya’ban

Di sebagian kalangan masyarakat masih tersebar ritual-ritual di malam Nishfu Sya’ban, entah dengan shalat atau berdo’a secara berjama’ah. Sebenarnya amalan ini muncul karena dorongan yang terdapat dalam berbagai hadits yang menceritakan tentang keutamaan malam tersebut. Lalu bagaimanakah derajat hadits yang dimaksud? Benarkah ada amalan tertentu ketika itu? Semoga tulisan kali ini bisa menjawabnya.

Penulis Tuhfatul Ahwadzi (Abul ‘Alaa Al Mubarokfuri) telah menyebutkan satu per satu hadits yang membicarakan keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Awalnya beliau berkata, “Ketahuilah bahwa terdapat beberapa hadits mengenai keutamaan malam Nishfu Sya’ban, keseluruhannya menunjukkan bahwa hadits tersebut tidak ada ashl-nya (landasannya).” Lalu beliau merinci satu per satu hadits yang dimaksud.

Kunci Ilmu Gaib, Siapa yang Tahu?

Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai media adanya orang-orang yang mengaku mengetahui ilmu gaib. Di antara mereka ada yang mengatakan sanggup untuk mengetahui bagaimana karir, rezeki, asmara dan lain sebagainya selama beberapa waktu dengan melihat tanggal lahirnya, bahkan ada di antara orang-orang yang mengklaim bahwa mereka dan beberapa gelintir pengikutnya mengetahui kapan terjadinya hari kiamat dan alhamdulillah kedustaan seperti ini telah terbongkar dengan sendirinya ketika tidak terjadi hari kiamat di hari yang telah mereka ramalkan tersebut.

Kaum muslimin rahimakumullah, sebenarnya bagaimanakah menyikapi hal ini, apakah manusia mengetahui ilmu-ilmu gaib tersebut? Pembahasan kali ini insya Allah sedikit mengupas tentang kunci-kunci ilmu gaib yang hanya diketahui oleh Allah semata.

Pembatal Keislaman

Salah satu fenomena memprihatinkan yang terjadi pada kaum muslimin di zaman ini adalah, ketika ditanyakan mengenai apa saja yang dapat membatalkan wudhu, apa yang dapat membatalkan shalat, atau apa yang dapat membatalkan puasa, kita dapat dengan mudah menjawabnya. Namun apabila ditanyakan, apa saja yang dapat membatalkan syahadat? Banyak orang yang terdiam seribu bahasa.

Padahal, syahadat merupakan rukun pertama dalam Islam. Mengetahui hal pokok seperti ini juga termasuk kewajiban. Berikut ini kami ketengahkan pembahasan mengenai sepuluh pembatal keIslaman. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk menjauhi perkara-perkara tersebut.

Renungan Menghadapi Kematian

Betapa banyak berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin mengkhabarkan bahwa tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau teman kita telah meninggal dunia, menghadap Allah Ta’ala. Akan tetapi betapa sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku, kita tidak memungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak ada manusia yang hidup abadi. Realita telah membuktikannya. Allah Ta’ala telah berfirman.

“Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)

Mengagungkan Sunnah Nabi

Sunnah memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Bagaimana tidak? Sunnah adalah penjelas dan penjabar Al Qur’anul Kariim. Sunnah juga merupakan sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al Qur’an. Tanpa memahami sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seseorang tidak akan bisa memahami dan mengamalkan Islam dengan baik dan benar.

Sunnah yang dimaksud bukanlah sunnah menurut istilah fikih yang merupakan lawan dari makruh. Dalam fikih, sunnah artinya sebuah amalan yang apabila dilakukan akan mendapatkan pahala, apabila ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Akan tetapi sunnah yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik itu ucapan beliau, perbuatan beliau, ataupun ketetapan beliau [atau yang biasa dikenal dengan istilah hadits, ed].

Teori Orientalis yang Telah Usang

Suatu hal yang mengagetkan ketika penulis membaca salah satu artikel Ulil Abshar Abdalla [pentolan Jaringan Islam Liberal] yang menyinggung teori Projecting Back (proyeksi ke belakang). Teori ini mula-mula dikembangkan oleh orientalis asal Hongaria, Ignaz Goldziher, yang kemudian diteruskan muridnya, Joseph Schact (asal Jerman). Teori ini dikemukakan untuk meruntuhkan metode sanad (rantai periwayatan) hadits yang telah disusun dengan baik oleh para ulama Islam.

Dalam teori ini, terdapat anggapan bahwa sanad-sanad hadits yang tersebar saat ini adalah buatan para ahli fikih sendiri untuk melegitimasi pendapat fikihnya, yang dilakukan dengan cara memproyeksikannya ke belakang, yaitu dengan menyandarkannya kepada Nabi, atau tokoh-tokoh di belakang mereka. Pemikirannya ini, dilambungkan dalam dua buku Schacht yang mengguncang dunia, The Origins of Muhammadan Jurisprudence (1950) dan An Introduction to Islamic Law (1964).

Surga dan neraka

Satu hal yang diyakini oleh seluruh manusia baik yang beriman kepada Allah bahkan yang atheis, bahwa manusia pasti akan mati. Akan tetapi, hanya orang beriman saja yang meyakini bahwa ada kehidupan kedua setelah kematian. Kehidupan yang sebenarnya, kekal dan abadi, dimana setiap manusia akan mendapat balasan sesuai apa yang telah dikerjakannya di kehidupan pertama di dunia.

Cinta, Harap dan Takut

Ibadah merupakan perkara agung yang diperintahkan Allah Ta’ala kepada setiap makhluknya. Karena tujuan utama dibalik penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah…

Ibadah sendiri tidaklah terbatas pada amalan fisik atau yang tampak semata sebagaimana shalat, zakat, puasa, haji, dll. Akan tetapi ibadah juga menyangkut amalan amalan batin seperti berharap, takut, tawakkal, nadzar, benci, cinta, dll. Karena definisi ibadah sendiri adalah segala hal yang Allah Ta’ala cintai dan sukai baik dalam bentuk perkataan maupun amal perbuatan yang bersifat fisik/lahir maupun non-fisik/batin

Ibadah juga haruslah (1) diniatkan ikhlas kepada Allah saja dan (2) sesuai dengan yang rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam contohkan. Keikhlasan itu sendiri akan terwujud dengan sempurna apabila ditopang oleh 3 pilar penting, yaitu cinta, harap dan takut.

Pengobatan dengan Ruqyah

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, kalau kita melihat apa yang terjadi pada dewasa ini, maka kita jumpai bahwa pengobatan dengan metode ruqyah menjadi semakin marak, bahkan di sejumlah kota telah muncul “klinik ruqyah”. Akan tetapi, maraknya praktik ruqyah tersebut menuntut kaum muslimin untuk lebih bersikap jeli dan teliti karena tidak semua praktik ruqyah yang dilakukan ternyata sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, meskipun yang melakukan ruqyah tersebut bergelar ustadz, kyai, atau yang lainnya. Bagaimana mungkin kita mengharapkan kesembuhan dari Allah Ta’ala, namun di sisi lain kita justru melanggar syariat dan ketentuan Allah Ta’ala? Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini kita akan membahas sedikit tentang metode pengobatan ruqyah ditinjau dari Al Qur’an dan As-Sunnah.

Jangan Salah Meminta Syafaat

Syafaat di hari akhirat adalah salah satu keyakinan yang harus diimani oleh setiap mukmin. Allah Ta’ala akan memberikan syafaat melalui hamba-hamba pilihan-Nya. Di antara syafaat yang terbesar adalah syafaat yang diberikan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Bagi orang yang mencintai Nabi, syafaat beliau adalah harapan yang sangat dinanti. Namun, banyak orang keliru dalam memahami syafaat, bahkan sebagiannya terjerumus dalam praktek kemusyrikan karena tidak memahami masalah ini dengan benar. Semoga penjelasan berikut dapat memberikan pemahaman yang benar tentang syafaat.

Teror Bom Adalah Jihad?!

Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah. Amma ba’du. Rasa aman merupakan salah satu nikmat terbesar. Kehilangan rasa aman merupakan bencana paling mengerikan yang dialami oleh manusia. Rasa aman merupakan perkara yang sangat vital. Hal itu tidak dapat dipungkiri, karena manusia sangat membutuhkan rasa aman melebihi kebutuhan terhadap makanan dan minuman. Inilah hikmah mengapa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam lebih mendahulukan permohonan keamanan dalam do’anya sebelum memohon rezeki dalam surat al-Baqarah ayat 126. Sebab, rezeki yang melimpah tentulah menjadi tidak berarti bagi suatu negeri jika keamanan menjadi barang yang mahal disana. Penduduknya tidak akan mampu menikmati berbagai bentuk rezeki tersebut jika disertai kecemasan dan ketakutan yang mencekam.