Nasihat Untuk Para Penuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah kewajiban sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani). Syaikh Shalih Al ‘Ushoimi dalam kitab yang berjudul “Khulashoh Ta’dzimil ilmi” mengatakan bahwa kedudukan seorang hamba terhadap ilmu terletak pada seberapa besar perhatian seseorang dalam mengagungkan dan memuliakan ilmu. Barang siapa yang tidak memuliakan ilmu maka ilmu tidak akan memuliakan orang tersebut. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu hendaknya memperhatikan segala perkara yang dapat membantunya dalam mengagungkan dan memuliakan ilmu agar dapat meraih ilmu yang bermanfaat.

Membersihkan Hati dan Niat Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

Ilmu laksana mutiara yang lembut, maka tidaklah pantas ilmu tersebut disimpan kecuali di dalam hati yang bersih. Semakin bersih hati seseorang maka akan semakin mudah hati tersebut dalam menerima ilmu. Adapun membersihkan hati sebelum menuntut ilmu, dilakukan dengan membersihkan hati dari dua penyakit, yaitu syubhat dan syahwat.

Ikhlas merupakan kunci dari diterimanya suatu amal perbuatan. Sebagaimana perintah Allah dalam Alquran, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al Bayyinah: 5). Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR. Bukhari, Muslim). Maka dari itu, penuntut ilmu hendaknya mengikhlaskan niatnya dalam belajar hanya berharap ridha Allah Ta’ala semata. Dalam menuntut ilmu, seseorang akan meraih ilmu sesuai dengan kadar keikhlasannya. Adapun ikhlas dalam menuntut ilmu dibangun di atas empat perkara:

  1. Berniat menghilangkan kebodohan dalam diri sendiri
  2. Berniat untuk menghilangkan kebodohan orang lain dengan mendakwahkan dan membimbing mereka
  3. Berniat untuk menghidupkan ilmu dan menjaganya agar ilmu tersebut tidak hilang
  4. Berniat untuk mengamalkan ilmu tersebut

Semangat Menuntut Ilmu dan Mendahulukan dalam Mempelajari Alquran dan Hadis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Bersungguh-sungguhlah pada perkara-perkara yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah” (HR. Muslim). Hadis tersebut menghimpun tiga perkara yang agung yaitu:

  1. Bersemangat dan bersungguh-sungguh pada hal-hal yang bermanfaat
  2. Memohon pertolongan kepada Allah
  3. Tidak lemah dan patah semangat dalam meraih tujuan

Junaid rahimahullah berkata, “Tidaklah seseorang berungguh-sungguh dan jujur kecuali ia akan mendapatkan apa yang dia inginkan, seandainya tidak mendapatkan seluruhnya maka ia akan mendapatkan sebagian.” Termasuk di antara perkara yang dapat membantu dalam menumbuhkan semangat dalam menuntut ilmu adalah dengan cara mempelajari dan mengambil pelajaran kisah para ulama terdahulu.

Semangat dalam menuntut ilmu hendaknya lebih mengutamakan dalam semangat untuk mempelajari Alquran dan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal tersebut dikarenakan setiap ilmu yang bermanfaat bermuara pada perkataan Allah Ta’ala dan perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun ilmu yang lainnya maka diambil dari Alquran dan sunah Nabi shalllallahu ‘alaihi wa sallam.

Jalan Semangat Meraih Ilmu dan Mendahulukan Ilmu yang Lebih Penting

Dalam mempelajari ilmu yang bermanfaat, setiap penuntut ilmu memerlukan cara dan strategi. Di antara strategi dalam mempelajari ilmu yaitu:

  1. Menghafal isi kitab

Hendaknya para penuntut ilmu menghafalkan isi kitab dalam belajar karena mustahil meraih ilmu tanpa menghafal.

  1. Mengambil pelajaran dari guru yang memiliki ilmu

Guru memiliki peran penting di dalam membantu dalam meraih ilmu. Hendaknya penuntut ilmu memilih guru yang ahli dan memiliki ilmu yang kuat dalam bidang tertentu. Selain itu, guru yang akan diambil ilmunya adalah orang yang memang pantas untuk diikuti dan baik dalam mengajarkan ilmu.

 

Hendaknya para penuntut ilmu mengetahui cabang-cabang ilmu yang akan dipelajari sehingga mengetahui prioritas dalam mempelajarinya. Syaikh Muhammad bin Mani’ rahimahullah dalam kitab “Irsyadu at Tullab” mengatakan,”Tidaklah pantas meninggalkan suatu ilmu dari ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mana dapat membantu dalam memahami Alquran dan Sunnah padahal dia mampu untuk mempelajarinya. Janganlah dia mencela ilmu yang dia tidak mengetahuinya dan tidak mengadukannya kepada orang yang berilmu karena hal tersebut adalah suatu aib baginya. Orang yang berakal semestinya berkata dengan ilmu atau diam dengan lemah lembut.”

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga cabang-cabang ilmu:

  1. Mendahulukan ilmu yang lebih penting
  2. Mempelajari yang ringkas ketika awal balajar, kemudian dilanjutkan dengan mempelajari sesuatu yang disenangi

 Bersegera dalam Meraih Ilmu dengan Memanfaatkan Usia Muda

Imam Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan,”Menuntut ilmu di masa kecil bagaikan mengukir di atas batu.” Mempelajari ilmu di masa muda akan lebih mengokohkan ilmu sebagaimana kuatnya ukiran di atas batu. Oleh karena itu, barang siapa yang memperhatikan masa mudanya maka ia akan menuai pujian di masa tuanya. Namun demikian, anjuran menuntut ilmu di masa muda tidak dipahami bahwa orang yang sudah berusia lanjut tidak perlu mempelajari ilmu. Sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Al Bukhari dalam kitab shahihnya bahwa para sahabat radhiyallahu ‘anhum di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tetap memiliki semangat dalam menuntut ilmu di usia yang tidak lagi muda.

Tidak Terburu-buru dalam Belajar

Ilmu tidak dapat diperoleh secara sekaligus terlebih apabila hati kita lemah dalam meraih ilmu tersebut. Sesungguhnya ilmu adalah sesuatu yang amat berat sebagaimana beratnya batu yang berada pada tangan seseorang yang membawanya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.” (QS. Al Muzammil: 5). Yang dimaksud dengan perkataan yang berat dalam ayat tersebut yaitu Alquran. Oleh karena itu, Alquran diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur dan tidak diturunkan sekaligus.

Allah Ta’ala berfirman yang arinya,”Mengapa Alquran tidak diturunkan sekaligus? Demikian agar Kami meneguhkan hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami bacakan dengan tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).(QS. Al Furqan: 32). Ayat tersebut merupakan dalil bahwa kita dilarang terburu-buru dan harus bertahap dalam menuntut ilmu. Maka dari itu, dalam belajar ilmu harus diawali dengan mempelajari ilmu-ilmu dasar terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan ilmu yang lebih tinggi.

Sabar dalam Ilmu

Setiap perkara yang agung selalu membutuhkan kesabaran di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu …” (QS. Ali Imran: 200). Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya,”Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya” (QS. Al Kahfi: 28). Yahya bin Abi Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa yang dimaksud dari ayat tersebut yaitu majelis ilmu. Maka dari itu, tidaklah ilmu dapat diraih oleh seseorang kecuali dengan bersabar. Yahya bin Abi Katsir juga mengatakan bahwa ilmu tidak dapat dicapai dengan jiwa yang santai. Dengan bersabar, maka noda-noda kebodohan akan hilang dan akan diraih lezatnya ilmu.

Sabar dalam menuntut ilmu mencakup dua hal:

  1. Sabar ketika mempelajarinya

Kesabaran sangat dibutuhkan oleh penuntut ilmu ketika menghafalkan ilmu, ketika memahami ilmu, ketika menghadiri majelis-majelis ilmu, dan ketika menjaga hak-hak guru.

  1. Sabar ketika mengajarkanunya kepada orang lain

Dalam hal ini kesabaran sangat dibutukan ketika sesorang duduk untuk mengajarkan ilmu kepada orang lain, ketika memahamkan ilmu kepada orang lain, dan ketika menghadapi kesalahan orang yang dia ajari.

Di atas dua macam kesabaran dalam ilmu tersebut yaitu sabar di atas kesabaran dan tetap di atas kesabaran.

Demikian di antara beberapa poin nasihat yang diambil dari Kitab “Khulashoh Ta’dzimil ilmi”. Semoga Allah memberikan taufik dan bimbingan kepada kita sebagai penuntut ilmu untuk dapat ikhlas, istiqomah serta mengamalkan ilmu yang kita pelajari.

 

 

Penulis: Ahmad Fathan Hidayatullah

Murajaah: Ustadz Abu Salman

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *