Seandainya Kita Tahu?

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ‘ala nabiyyina Muhammadin.

Kebutuhan seseorang terhadap ilmu merupakan kebutuhan yang sangat urgent dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi kebutuhan terhadap ilmu agama. Ilmu yang dengannya seseorang bisa mengenal Allah. Ilmu yang dengannya seseorang bisa berbakti kepada kedua orang tuanya. Ilmu yang lebih kita butuhkan dibandingkan makanan dan minuman.

Imam Ahmad berkata: “Kebutuhan manusia terhadap ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan manusia terhadap makanan dan minuman, karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali dalam sehari, namun ilmu dibutuhkan oleh manusia sepanjang hembusan nafas.” (Lihat Bahjatun Nazhirin, hal 220).

Tegak Di Atas Kebenaran Sampai Hari Kiamat

Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyanradhiyallahu ‘anhu, Rasulallah shallallahu ’alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya faham tentang agamanya. Aku hanyalah Qasim (pembagi-red) dan Allah-lah yang memberi. Dan di kalangan umat ini akan senantiasa ada sekelompok orang yang selalu tegak di atas perintah Allah, tidak ada yang akan membahayakan mereka dari orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang ketetapan Allah.” (HR. Al-Bukhari).

Para ulama menjelaskan bahwa kelompok orang yang tertera dalam hadits di atas adalah ahli hadits. Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Jika merekabukan Ahli Hadits, maka aku tidak tahu lagi siapa mereka itu”.Telah gamblang bagi kita bahwasannya ahli hadits memiliki ilmu yang sangat luas lagi dalam. Mereka adalah orang yang mempelajari ilmu yang paling mulia, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits dari manusia yang termulia pula yakni Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Dengan ilmu tersebut mereka menyebarkan perjalanan hidup orang yang termulia tersebut. Maka wajar jika kedudukan ahli hadits di tengah-tengah manusia adalah kedudukan yang paling mulia.

Warisan Para Nabi

Para Nabi yang diutus oleh Allah tidaklah mewariskan kepada umatnya harta ataupun perbendaharaan dunia yang semisalnya. Akan tetapi, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka, siapa saja yang telah mengambil warisan tersebut, sungguh ia telah mengambil warisan yang sangat banyak sekali. Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan dinar atau dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud). Kita sekarang sedang berada di abad ke-15 hijriyyah, 1400 tahun dari zaman kenabian. Akan tetapi, apabila kita mendapatkan ilmu agama di zaman ini, maka kita telah mengambil jatah yang sangat banyak dari warisan Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

Abadi Sepanjang Masa

Adakah diantara kita yang belum pernah mendengar nama Abu Hurairah? Pasti seluruh orang di dunia ini sering mendengar nama beliau. Belumkah kita mengenal kehidupan beliau? Beliau merupakan seorang yang faqir lagi miskin, sehingga pingsan merupakan hal yang biasa bagi beliau karena menahan lapar dalam menuntut ilmu. Namun semua itu beliau tanggung untuk meraih ilmu, sehingga beliau tercatat sebagai salah satu sahabat nomor wahid dalam meriwayatkan hadits. Maka tidakkah kita saksikan betapa abadinya ilmu beliau. Ilmu yang beliau miliki 1400 tahun yang lalu  masih bertahan hingga sekarang. Itulah bukti bahwa ilmu adalah sesuatu yang abadi sepanjang masa.

Adapun pemilikharta, tidaklah kita lihat ahli harta yang namanya harum sepanjang zaman kecuali hanya beberapa orang saja. Bahkan di antara mereka dijadikan sebagai contoh yang buruk kepada manusia agar manusia tidak menjadi seperti mereka. Siapa yang tidak mengenal Qarun? Ia adalah orang terkaya di dunia pada zamannya. tidak bisa kita bayangkan berapa harta kekayaan yang dimiliki oleh Qarun karena kunci perbendaharaan harta yang ia miliki haruslah dipikul oleh keledai-keledai. Namun apa yang tersisa dari kekayaannya?

Tidaklah tersisa apapun dari kekayaannya melainkan sebuah cerita yang telah diabadikan oleh Rabb semesta alam di dalam Al-Qur’an. Dalam Surat Al-Qashash : 81 Allah berfirman (yang artinya), “Maka Kami benamkanQarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya dari azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” Itulah sepenggalan kisah pemilik hartayang mendapatkan azab karena kesombongannya. Maka apakah kita ingin seperti Qarun?

Tidak Lelah Dalam Menjaga Ilmu

Apabila kita melihat orang yang memiliki harta yang banyak, maka kita akan melihat orang tersebut melindungi rumahnya dengan kunci-kunci khusus. Bahkan kalau perlu ia akan menyewa penjaga untuk melindungi rumahnya dari perampokan, pencurian, dan tindak kejahatan yang lainnya. Akan tetapi, apabila kita melihat orang yang memiliki ilmu yang banyak, maka kita tidak akan melihat ia membawa kunci untuk menjaga ilmunya. Karena tempat ilmu adalah di dalam hati dan jiwa. Dan yang lebih menakjubkan lagi, ilmu akan menjaga orang yang mendapatkannya atas izin Allah. Ilmu akan menjaganya dari bahaya dunia dan fitnah yang berada di dalamnya.

Jalan Menuju Surga

Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam telah memberikan kabar gembira bagi siapa saja dari kita yang mau untuk menuntut ilmu sebagaimana dalam sabdanya: “Dan barangsiapa yang meniti jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga.” (HR. Muslim). Ini merupakan kabar gembira yang diberitakan oleh manusia yang paling mulia lagi paling benar ucapannya. Maka sepantasnyalah kita sebagai seorang muslim menyambut kabar gembira tersebut dengan berlomba-lomba untuk mencarinya.

Cahaya Yang Menerangi Jalan Hidup Seorang Hamba

Ilmu akan menjadi pelita di kegelapan dan obor di malam yang kelam bagi seorang hamba. Dengan pelita dan obor tersebut ia akan terbimbing untuk menentukan arah ketika ia tidak tahu jalan mana yang akan ia ambil. Sinarnya akan memberikan arahan kepada seorang hamba agar jalan yang ditempuh tersebut semakin jelas. Begitu pula ilmu. Dengan ilmu seorang hamba mengetahui bagaimana cara ia beribadah kepada Rabb-nya dan bagaimana cara seorang hamba bisa bergaul dengan makhluk Allah yang lainnya. Sehingga hal tersebut bermanfaat bagi akhirat dan dunianya.

Allah Mengangkat Derajat Ahli Ilmu Di Akhirat Dan Dunia

Seorang ahli ilmu akan memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah baik di dunia maupun di akhirat. Di akhirat, Allah akan mengangkat derajat mereka sesuai dengan usaha mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah dan amal-amal yang mereka kerjakan yang merupakan perwujudan dari ilmu yang mereka miliki. Adapun di dunia, Allah akan mengangkat dan mengagungkan mereka di antara hamba-hamba-Nya. Dan hal itu juga sesuai dengan amal yang mereka lakukan dari ilmu yang mereka miliki. Allah berfirman (yang artinya) : “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Dan terakhir akan kami bawakan perkataan seorang ulama besar yang bernama Ibnu Qayyim, beliau berkata, “Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.” (Lihat Al-Fawa’id, hal 149)

Maka kami mengajak kepada seluruh kaum muslimin untuk berlomba-lomba dalam menuntut ilmu agama sebagai bekal dalam menjalani kehidupan dunia.Wa shallallahuwa sallama ‘ala nabiyyina Muhammadin. [Seno AjiImanullah*]

*Penulis adalah mahasiswa Sastra Arab UGM dan santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *