Pemuda Hebat..!

 

Buletin At-Tauhid edisi 48 Tahun ke Xsemangat

Pemuda, tulang punggung bangsa dan Negara. Ialah generasi yang akan meneruskan kepemimpinan bangsa. Sering ada ungkapan, “Kalau mau melihat bagaimana suatu bangsa 20 tahun lagi, lihat bagaimana pemudanya hari ini”. Kalau berhasil mendidik pemuda hari ini, maka masa depan suatu bangsa pun akan cerah. Sebaliknya, bila pemuda tidak terdidik dengan baik, siap-siaplah terlibas oleh arus deras dari luar.

 

Al Qur’an pun banyak menceritakan bagaimana kiprah pemuda dalam perjuangannya. Allah Ta’ala berfirman tentang para pemuda Ashabul Kahfi (yang artinya), “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (QS. Al Kahfi : 13)

 

Karakter pemuda hebat

Mendidik seorang pemuda bagaikan mengukir di atas batu. Mendidik seorang yang sudah tua bagai mengukir di atas air. Begitu kata pepatah. Maka, membiasakan kebaikan pada pemuda adalah satu hal yang penting, sehingga kebaikan tersebut akan terus terukir padanya sampai hari tua, sampai kelak dia menjadi pemimpin bangsa.

 

Beberapa sifat positif yang perlu ditanam tersebut adalah:

 

1. Bercita-Cita Yang Besar

Seorang pemuda muslim haruslah memiliki cita-cita yang besar, baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita agar kita memiliki cita-cita yang tinggi. Beliau pernah bersabda, “Jika kalian meminta surga kepada Allah, mintalah surga Firdaus. Ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi” (HR. Bukhari).

 

Lihat bagaimana beliau mengajarkan setiap muslim untuk bercita-cita yang amat tinggi, surga Firdaus, surga yang tertinggi. Orang sering mengatakan, kalau bercita-cita besar saja tak berani, apalagi bertindak besar. Sebesar-besar cita-cita bagi setiap pribadi pemuda adalah bagaimana dia menjadi penduduk surga yang tertinggi. Dan cita-cita terbesar untuk masyarakatnya adalah bagaimana agar dia bisa membawa masyarakatnya bersama-sama menjadi penghuni surga Firdaus tersebut.

 

2. Cari Lingkungan Yang Baik

Lingkungan berpengaruh sangat besar pada pertumbuhan seorang pemuda muslim, setelah taufik dari Allah. Ibarat sebuah bibit yang ditanam dalam tanah yamg subur, disiram air yang jernih dan mendapatkan udara yang bersih serta hangatnya sinar mentari yang cukup, tentunya bibit akan diharapkan tumbuh dengan baik. Begitulah permisalan pemuda muslim yang hidup dalam lingkungan yang baik.

 

Dalam sebuah hadits yang menceritakan kisah seorang lelaki yang telah membunuh 100 orang, kemudian dia mengadu kepada seorang alim untuk bertaubat, maka sang alim pun memberi petunjuk padanya untuk hijrah, “Pergilah ke kampung itu, dan beribadahlah kepada Allah di sana bersama dengan orang-orang yang beribadah. Dan jangan kau kembali ke kampungmu, sesungguhnya kampung tersebut lingkungannya buruk.” (HR. Muslim).

 

3. Buatlah Perencanaan Yang Baik

Seorang pemuda muslim harus terbiasa merencanakan dan mempersiapkan dengan persiapan yang terbaik untuk setiap aktivitasnya, apalagi yang berkaitan dengan kehidupannya di akhirat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” (QS. Al Hasyr : 18). Orang mengatakan, “Kalau Anda gagal membuat perencanaan, Anda sedang merencanakan kegagalan”.

 

4. Timbalah Ilmu Dari Yang Mengetahui

Jangan malu untuk menimba ilmu, kepada yang berpengalaman, kepada yang lebih tua, atau bahkan kepada yang lebih muda. Lihat bagaimana Nabi Musa ‘alaihis salam tak malu untuk menuntut ilmu kepada Nabi Khidr ‘alaihis salam, yang kisahnya bisa kita lihat di dalam surat Al Kahfi.

 

Dari mereka yang lebih berilmu, dari mereka yang lebih berpengalaman, kita bisa mencari saran apakah rencana kita tersebut sudah baik atau belum. Kita bisa mencari solusi perbaikan dari rencana kita tersebut, dan tentunya kita bisa belajar lebih banyak.

 

5. Disiplinkan Diri

Setelah merencanakan suatu hal dengan baik, seorang pemuda harus merencanakan programnya dengan baik pula. Di sinilah diperlukan kedisiplinan waktu dalam beramal. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang di jalan Allah berbaris dalam keadaan tertib” (QS. Ash Shaff : 4). Dengan kedisiplinan ini pula kita bisa melihat sejauh mana baiknya rencana yang sudah kita buat sehingga apabila ada kekurangan, kita dapat memperbaikinya.

 

6. Semangat Mengerjakan Yang Bermanfaat

Setelah merencanakan, bermusyawarah, dan mengerjakan dengan disiplin, maka kerjakanlah kebaikan tersebut dengan semangat. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi petunjuk kepada kita, “Semangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu, kemudian minta tolonglah kepada Allah dan janganlah Anda bersikap lemah” (HR. Muslim). Allah pun menggambarkan bahwa orang munafik, tidak semangat dalam beribadah sebagaiamana dalam firman-Nya (yang artinya), “Jika mereka berdiri untuk solat, mereka berdiri dalam keadaan malas” (QS. An Nisaa : 142)

 

7. Banyak Berdoa

Point ini seharusnya diletakkan di bagian awal, karena doa bukan hanya kita panjatkan setelah berbuat sesuatu, namun ketika kita mulai merencanakan, mulai bermusyawarah, mulai berbuat, sampai menunggu hasilnya. Bahkan setelah selesai mengerjakan sebuah kebaikan, kita pun perlu berdoa agar Allah menerima kebaikan tersebut. Lihatlah bagaimana Ibrahim dan Ismail ‘alahimas salam memanjaatkan doa setelah membangun Ka’bah, “Ya Allah, terimalah dari kami amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui“ (QS. Al Baqarah : 127)

 

Penulis  : Ustadz Abu Fatah Amrullah Akadhinta, S.T.

 

ZIYADAH : Tertidur Mendengar Khotbah Jumat

 

Tidur ketika mendengarkan khutbah Jumat, merupakan salah satu kesalahan besar yang dianggap lumrah dalam kegiatan ibadah kaum muslimin. Layaknya tidak mungkin lagi ada khutbah tanpa makmum yang tertidur. Seolah khutbah Jumat adalah kesempatan paling tepat untuk tidur. Bisa jadi, ini sebab utama mengapa umumnya kaum muslimin sulit untuk menjadi umat yang terdidik, meskipun setiap pekan mereka mendengarkan ceramah dan khutbah.

Berikut beberapa dalil yang menunjukkan celaan tentang fenomena ini:

Pertama, Allah perintahkan kaum muslimin untuk perhatian dengan nasehat

Allah berfirman (yang artinya), “Apabila dibacakan Al Qur’an, dengarkanlah dan diamlah, agar kalian mendapatkan rahmat.” (QS. Al A’raf : 204)

Diriwayatkan dari ‘Aisyah, Said bin Jubair, Atha, Mujahid, Amr bin Dinar dan beberapa ulama lainnya, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan perintah untuk diam dalam rangka mendengarkan khutbah Jumat (Zadul Masir, 2/183).

Perintah diam ketika mendengarkan khutbah merupakan perintah untuk memperhatikan khutbah dengan seksama. Karena itulah, sebagian ulama menjadikan ini sebagai dalil larangan untuk tidur dan lalai ketika mendengarkan khutbah.

Kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan berbagai adab ketika Jumatan, agar makmum bisa konsentrasi mendengarkan khutbah. Diantaranya,

a. Larangan duduk sambil memeluk lutut

Hadits dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang duduk memeluk lutut pada hari ketika imam sedang berkhutbah. (HR. Abu Daud, Turmudzi dan dinilai hasan oleh Al Albani).

b. Perintah untuk berpindah ketika ngantuk

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian ngantuk pada hari Jumat, maka berpindahlah dari tempat duduknya.” (HR. Abu Daud, Turmudzi dan dinilai shahih oleh Al Albani).

Ketiga, kebiasaan masyarakat dan orang sholeh masa silam, mereka mencela keras orang yang tidur ketika mendengarkan khutbah Jumat.

Ibnu Aun mengatakan, ‘Kemudian di kesempatan yang lain, saya bertemu lagi dengan Ibnu Sirin. Beliau pun bertanya, “Apa komentar sahabat tentang mereka (orang yang tertidur ketika khutbah-ed)?” Ibnu Sirin mengatakan, “Mereka berkomentar, orang yang tidur ketika mendengarkan khutbah seperti pasukan perang yang gagal.” Artinya, tidak mendapatkan ghanimah sedikitpun. (Tafsir Al Qurthubi, 18/117)

 

Apa yang Harus Dilakukan Agar Tidak Ngantuk?

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari ngantuk dan tidur ketika mendengarkan khutbah:

Pertama, niatkan untuk mendapatkan ilmu.

Jadikan kehadiran kita ketika Jumatan sebagai sarana untuk mendapatkan tambahan ilmu. Kita berprinsip, seusai khutbah, harus ada hal baru yang bisa dicatat. Niatkan hal ini dari sejak berangkat, semoga menjadi tambahan pahala.

Kedua, jangan lupa mandi jum’at.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk mandi ketika hendak bernagkat Jumatan. Beliau bersabda, “Mandi pada hari Jumat, wajib bagi setiap orang yang sudah baligh.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan mandi, kondisi anda akan lebih segar, dan tidak berbau ngantuk.

Ketiga, pindah tempat ketika ngantuk

Sebagaimana dalam hadits yang telah lewat, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian ngantuk pada hari Jumat, maka berpindahlah dari tempat duduknya.” (HR. Abu Daud, Turmudzi dan dinilai shahih oleh Al Albani).

Dikutip dari : http://www.konsultasisyariah.com/hukum-tidur-ketika-mendengarkan-khutbah-jumat/

Dengan diringkas dan sedikit perubahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *