Menjemput Kematian Terindah

Alhamdulillah wasshalatu wassalamu ‘ala rasulillah

Kematian adalah taqdir yang telah ditetapkan. Dia pasti datang meskipun tidak diundang. Tidak mengistimewakan status seseorang, karena kematian pasti mendatangi setiap insan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, pasti kematian itu akan menemuimu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah)(Q.S. Al Jumuah: 8). Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan. (Q.S. Al Ankabut: 57).

Namun demikian tidak ada satupun yang mengetahui taqdirnya. Dan diantara hikmah Allah menyembunyikan taqdir, yaitu supaya tidak ada rasa ujub disebabkan amal yang dikerjakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya salah seorang dari kalian ada yang beramal dengan amalan ahli surga  sampai-sampai jarak antara dirinya dengan surga tinggal sehasta, akan tetapi catatan taqdir mendahuluinya lalu diapun melakukan amalan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. (H.R. Bukhari dan Muslim). Hikmah lainnya dari penyembunyian takdir, yaitu supaya kita senantiasa beramal dan mempersiapkan diri guna menjemput kematian terindah dalam bingkai husnul khatimah.

Husnul Khatimah

Husnul khatimah, yaitu seorang hamba sebelum meninggal dunia diberikan taufiq untuk menahan diri dari berbagai hal yang mengundang murka Allah Ta’ala. Dan ia diberikan taufiq untuk bertaubat dari seluruh dosa ataupun maksiat serta melakukan berbagai amal ketaatan. Kemudian ia meninggal dunia dalam keadaan tersebut (Al Khatimah Husnuha wa Su’uha, hal. 7).

Perkara ini merupakan pertanda baik untuk seseorang. Barangsiapa mendapatkannya, niscaya tidak ada kesulitan dan kesengsaraan setelahnya. Jadilah husnul khatimah adalah hal yang dirindukan dan didambakan setiap muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya.” (H.R. Bukhari).  Kemudian perkara ini pula yang disenandungkan orang-orang shalih dalam doa mereka, Allah Ta’ala menceritakan isi doa orang-orang beriman (yang artinya), “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ali Imran: 193). Sehingga tidak ada kematian yang lebih indah untuk seorang muslim, melainkan kematian dalam keadaan husnul khatimah.

Kiat Menjemput Kematian Terindah

  1. Berpegang Teguh di Atas Agama Islam

 Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus dirinya dengan emas (yang sebanyak) itu.” (Q.S. Ali Imran: 91). Syaikh As Si’di rahimahullahu menjelaskan bahwa orang-orang kafir, apabila mereka tetap dalam keadaannya sampai meninggal dunia, maka kekafirannya mengantarkan pada kesengsaraan abadi. Tidak ada sedikitpun (amalan) yang memberikan manfaat bagi mereka.

  1. Senantiasa Berusaha Mengikhlaskan Amal

Ketika seseorang melakukan amal ibadah, wajib baginya untuk mengikhlashkannya hanya untuk mencari ridha Allah Ta’ala. Terlarang baginya mengharapkan berbagai tujuan duniawi, karena hal tersebut dapat mengantarkan dirinya pada su’ul khatimah (kebalikan husnul khatimah).

Oleh karenanya sahabat Sahl bin Sa’d radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersua dengan kaum musyrikin di suatu medan tempur dan terjadilah perang antara kedua belah pihak. Maka tatkala kedua belah pihak menepi ke barisannya masing-masing, ada seseorang dari barisan kaum muslimin (berperang dengan luar biasa) sampai-sampai tidak ada satupun musuh yang keluar dari barisannya kecuali orang tersebut mengejarnya hingga leher (musuh) tertebas pedangnya.

Para sahabatpun dibuat kagum dengan hal itu dan berkata, “Tidak ada satupun di antara kita yang dapat menyaingi pahala yang diperoleh orang tersebut.” Namun, demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Adapun orang tersebut, dia termasuk penghuni neraka.” Para sahabat berkata (keheranan), “Siapakah diantara kita yang termasuk penghuni surga jika orang semisal diapun adalah penghuni neraka?” Lalu ada dari sahabat Nabi yang mengikuti orang tersebut hingga menyaksikan akhir kehidupan orang tadi, yakni ia bunuh diri disebabkan tidak bersabar dengan sakitnya luka (perang) yang didapatinya. Sahabat yang menyaksikan peristiwa tersebut melaporkan kejadian itu dan berkata, “Saya bersaksi bahwasannya engkau adalah Rasulullah.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya ada seseorang yang melakukan amal shalih sebatas dalam pandangan manusia dan sungguh ia termasuk penghuni neraka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Orang yang berperang dengan gagah berani tersebut, dia tidaklah berperang karena mencari ridha Allah, namun dia melakukan amalan shalih sebatas untuk mendapat pandangan manusia, sehingga tujuannya dalam beramal menjadi rusak. Rusaknya niat orang tersebut, mengantarkan dia pada su`ul khatimah. Penjelasan semisal diberikan terhadap hadits yang paling awal disebutkan dalam tulisan ini, yaitu “Sesungguhnya salah seorang dari kalian ada yang beramal dengan amalan ahli surga sampai jarak antara dirinya dengan surga tinggal sehasta, akan tetapi catatan taqdir mendahuluinya lalu diapun melakukan amalan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka.”. (Disarikan dari islamqa.info).

  1. Taubat dari Segala Dosa dan Maksiat

Setinggi apapun keimanan seseorang, dia pasti bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (H.R. Ibnu Majah dinilai hasan oleh Al-Albani). Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan di siang maupun malam dan Aku Maha Mengampuni dosa, maka mintalah ampunan kepadaKu ! Niscaya Aku akan mengampuni kalian.” (H.R. Muslim).

Karena manusia pasti berbuat kesalahan, maka kiat berikutnya untuk menjemput kematian terindah adalah taubat dari segala dosa dan maksiat, memperbanyak taubat dan menyegerakannya. Dengan taubatnya, niscaya menjadi sebab terhalangnya orang tersebut dari adzab. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Allah tidak akan mengazab mereka, sedangkan mereka dalam keadaan meminta ampunan.(Q.S. Al Anfal: 33).

  1. Istiqamah dalam Beramal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang berkesinambungan meskipun sedikit.” (H.R. Muslim). Untuk mewujudkan kecintaan Allah, maka kita harus mengusahakan berkesinambungannya amal atau istiqamah dalam beramal. Istiqamah dalam amal menyebabkan kita senantiasa terhubung dengan Allah Ta’ala. Adapun orang yang tidak istiqamah, dikhawatirkan ketika dirinya tidak melakukan amalan shalih, maka saat itu ajal menjemputnya.

Lebih khusus lagi, istiqamah dalam beramal adalah sebab menjemput kematian terindah karena keistimewaan dibaliknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang sakit atau melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan tatkala mukim dan dalam keadaan sehat.” (H.R. Bukhari). Berdasarkan hadits tersebut, istiqamah dalam beramal adalah sebab mengalirnya pahala tatkala ada uzur yang menghalangi kita dari amal rutin yang biasa dilakukan.

  1. Menjauhi Berbuat Zalim kepada Orang Lain

Apabila seseorang berbuat dosa, maka jauhilah perbuatan dosa yang berkaitan dengan orang lain. Jangan sampai menzalimi orang lain, karena hal itu bisa menjadi sebab su`ul khatimah akibat doa keburukan yang terlontar dari orang yang terzalimi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah terhadap doa orang-orang yang terzalimi, karena tidak ada hijab antara dirinya dengan Allah.” (H.R. Muslim). Diantara perbuatan zalim yang saat ini merebak dan seolah-olah menjadi hal biasa adalah kebiasaan merokok. Maka takutlah wahai “ahli hisap”! Takutlah dari doa keburukan yang bisa jadi dilontarkan akibat kepulan asap rokok yang kalian sebarkan.

 

  1. Selalu Ingat Kematian

Sesungguhnya umur kita di dunia sangatlah singkat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun, dan sedikit yang melampaui umur tersebut.” (H.R. Ibnu Majah, dinilai hasan Al-Albani). Setiap hari, kita semakin meninggalkan dunia. Maka orang cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian serta paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk berpindah ke alam berikutnya. Jika mampu demikian, semoga kita diwafatkan Allah dalam keadaan terbaik. Sehingga kita dapat menjemput kematian terindah.

  1. Berdoa kepada Allah Ta’ala

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hati seluruh manusia berada diantara dua jari dari sekian jari jemari Allah. Ia yang (berkuasa) memalingkan hati sesuai kehendakNya. Setelah itu, Rasulullah berdoa, “Allahumma musharrifal qulub sharrif qulubuna ‘ala tha’atik” (H.R. Muslim). Selain itu kita juga dapat memanjatkan redaksi doa lainnya tatkala kita bermunajat secara umum, semisal “Ya Allah anugrahkanlah kepada kami husnul khatimah.”.

Penutup

Sungguh derajat orang – orang yang berilmu lebih tinggi dari selainnya. “Allah akan meninggikan orang – orang beriman dan yang diberikan ilmu beberapa derajat” (Q.S. Al Mujadilah: 11). Akan tetapi yang dimaksudkan adalah orang yang diberikan ilmu dan mengamalkannya. Adapun yang mengetahui ilmu namun tidak mengamalkannya, maka ilmu tersebut menjadi bumerang untuknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Al Quran adalah hujjah yang membelamu atau hujjah yang mencelakakanmu.(H.R. Muslim). Maka beramal adalah keharusan dan berilmu di atas amal merupakan kewajiban.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah. Kiat menjemput kematian terindah yang telah dipaparkan, hanya sebagian dari sekian banyak lainnya. Walaupun begitu, semoga kita dapat mengamalkan yang sedikit itu dan berharap kepada Allah, semoga Ia membukakan cakrawala ilmu dan amal disebabkan karena kita mengamalkan ilmu yang diperoleh.

Semoga Allah ta’ala menganugerahkan kita husnul khatimah. Wallahu alam.

Wa shallallahu wa sallama ‘alaa nabiyyinaa Muhammadin, subhanaka Allahumma astaghfiruka wa atubu ilaik.

Penyusun : Gian Handika, S.P. (Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)

Murajaah : Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *