Menyalurkan Cinta pada Tempatnya

Jatuh cinta……..berjuta rasanya. Begitu sulit mendefinisikan cinta namun sangat mudah mendeteksinya. Orang-orang yang telah terinfeksi virus cinta akan menampakkan gejala luar biasa. Matanya akan berbinar jika menatap si dia, bicaranya gagap seolah lidah kelu enggan bekerja sama. Jantung berdebar ketika membayangkan wajah pujaan hati. Semua yang berkaitan dengan dia akan tampak sempurna. Penderitaan dalam mengejar cinta pun terasa nikmat.

Saudaraku muslim yang dirahmati Allah, cinta merupakan anugrah dan fitrah bagi manusia. Tanpa cinta, entah bagaimana wajah dunia. Allah telah menanamkam pada manusia kecintaan terhadap lawan jenisnya. Allah berfirman (yang artinya), “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Q.S. Ali Imran : 14).

Namun ibarat pisau bermata dua, anugrah terkadang berujung petaka. Jika tidak pandai mengelolanya, maka anugrah yang seharusnya manis akan terasa pahit dan perih. Sedangkan manusia dalam mengekpresikan cinta ini terbagi manjadi dua : kelompok pendulang dosa dan kelompok pendulang pahala.

Kelompok pertama (para pendulang dosa)

Kelompok pertama ini mengekpresikan cintanya dengan cara yang salah. Mereka menginjak-injak hak Allah dengan mengatasnamakan cinta. Sehingga cinta yang mestinya bening dan suci menjadi keruh dan hina. Bukan rahasia lagi kalau remaja kita sebagian besarnya masuk dalam kelompok ini. Mereka memamerkan aktifitas percintaan yang tak bertanggung jawab di depan mata kita. Dari lirik-lirikan sampai mesra-mesraan, dari bergandengan tangan sampai berpelukan. Pacaran, begitu mereka menamainya.

Saudaraku yang dirahmati Allah, diantara tanda kasih sayang Allah pada hamba-Nya adalah ketika Allah berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu merupakan perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Q.S. Al Isra’ : 32). Dalam ayat ini, Allah melarang dari zina, bahkan hanya dengan mendekatinya, karena zina adalan jalan yang buruk yang akan merugikan pelakunya di dunia dan akhirat. Dan bukan rahasia lagi kalau aktifitas dalam pacaran hampir seluruhnya menggiring pada zina.

Namun sangat disayangkan, seribu satu alasan akan dilontarkan oleh aktifis pacaran untuk menghalalkannya. Sehingga muncul anggapan bahwa tidak afdhal sebuah pernikahan tanpa diawali pacaran, karena pacara adalah washilah (sarana) untuk saling mengenal pasangan. Muncul juga anggapan bahwa pacaran adalah trend anak modern.

Demikianlah setan terus-menerus menghiasai sebuah kedurhakaan dengan label baru untuk menjerumuskan anak cucu Adam. Bukankah Iblis telah bersumpah “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash di antara mereka” (Q.S. Shaad : 82-83). Ayat ini menjelaskan bahwa Iblis akan bersusah payah menggoda manusia agar menyimpang dari jalan Allah. Dia selalu mencari celah untuk menjerumuskan anak Adam, salah satunya lewat virus merah jambu bernama cinta. Maka janganlah meremehkan perkara ini dan menganggapnya kecil. Bukankah seorang bijak pernah berkata, “Tinggalkanlah dosa yang kecil maupun yang besar, itulah ketaqwaan. Berbuatlah seperti orang yang berjalan di atas duri. Dia waspada terhadap apa yang dia lihat. Janganlah kamu meremehkan yang kecil karena gunung itu adalah kumpulan kerikil”.

Saudaraku yang dirahmati Allah, janganlah coba-coba durhaka kepada Allah meskipun pada hal-hal kecil karena kita tidak tahu akan berujung ke mana dosa itu. Cukuplah kisah Barshisha -salah seorang ahli ibadah yang mengakhiri hidupnya dengan tragis gara-gara perkara kecil- menjadi pelajaran bagi kita.

Dikisahkan bahwa Barshisha telah beribadah dalam kuil selama tujuh puluh tahun dan tidak pernah bermaksiat sedikitpun. Lalu setan ingin menggodanya dengan ilmu hilah (rekayasa), maka setan berangkat ke tempat Barshisha dengan menjelma sebagai seorang ahli ibadah dan berpura-pura giat dalam ibadah sehingga Barshisha tertipu dengan penampilannya dan menaruh simpati kepadanya. Ketika setan hendak meninggalkannya, setan mewariskan sebuah do’a yang konon ampuh menyembuhkan penyakit. Kemudian setan pergi kepada seorang lelaki lalu ia mencekiknya, kemudian ia menjelma seorang tabib lalu berkata kepada keluarganya bahwa yang bisa menyembuhkannya adalah Barshisha. Seketika lelaki tersebut sembuh setelah diobati Barshisha.

Demikianlah, setan terus mengganggu manusia lain dan menyuruhnya untuk berobat kepada Barshisha dan meminta doa kepadanya untuk kesembuhan (dengan tujuan untuk mengganggu peribadahan Barshisha). Hingga suatu hari setan mengganggu seorang gadis Bani Israil yang memiliki tiga saudara laki-laki. Setan menyiksa dan mencekik gadis tersebut. Lalu setan datang kepada keluarga tersebut dengan menjelma menjadi seorang dukun dan merekomendasikan agar berobat kepada Barshisha.

Mereka pun menuruti nasihat setan untuk mendatangi Barshisha, kemudian mereka meminta Barshisha untuk mengobati gadis itu lalu meninggalkannya di dekat kuilnya. Dari sini benih- benih kehancuran Barshisha mulai tumbuh. Setan pun beraksi, dengan lihainya setan mengganggu gadis itu dengan mencekiknya agar Barshisha datang mengobatinya. Pertemuan-pertemuan itu akhirnya menggiring Barshisha pada cinta lokasi. Bermula dari tatapan mata kemudian merembet pada obrolan dan aktifitas lainnya. Sehingga terjadi apa yang terjadi, Barshisha menggauli gadis tersebut hingga berbadan dua. Tidak berhenti sampai di sini, setan merayu Barshisha agar membunuh bayi dan gadis tadi untuk menutupi kejahatannya. Kemudian Barshisha mengubur keduanya di lereng gunung sambil menyiapkan alasan bagi saudara-saudaranya.

Tiba-tiba ketiga saudara gadis itu datang untuk menjenguk adik mereka. Mereka menanyakan keadaannya. Barshisha menjawab, “Setan datang dan aku tidak mampu melawannya.” Maka mereka percaya dan pulang. Pada saat malam hari, setan datang dalam mimpi ketiga saudara gadis itu mengabarkan bahwa saudari mereka telah dinodai Barshisha hingga melahirkan seorang anak namun kemudian dibunuh untuk menutupi aibnya. Setan juga memberitahukan di mana saudari mereka dikuburkan. Akhirnya kejahatan Barshisha terbongkar dan dihukum mati.

Di akhir hidupnya, setan datang menawarkan bantuan, setan mengaku bisa menyelamatkan Barshisha asal dia mau bersujud kapadanya. Maka Barshisha pun sujud kepadanya, kemudian setan berlari kegirangan karena berhasil menjerumuskan Barshisha pada dosa yang paling besar, yaitu syirik. Begitu tragis nasib Barshisha, hidupnya berakhir dengan kesengsaraan. Semuanya berawal dari hubungan terlarang yang sebagian orang meremehkannya. Jika seorang ahli ibadah saja bisa terjerumus, maka bagaimana dengan anda?

Kelompok Kedua (para pendulang pahala)

Mereka adalah orang-orang yang tidak mendahului cintanya dengan keharaman. Mereka para lelaki sejati yang mengetuk pintu saat menawarkan cinta. Mereka para pemuda yang menjaga kehormatan dan enggan mengobral cinta. Mereka mengikat cintanya dengan akad pernikahan. Kemudian berpacaran sambil mendulang pahala. Siapa sangka begitu banyak pahala yang diraup di sela-sela kemesraan suami istri.

Pada suatu hari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dan pada hubungan intim salah satu diantara kalian dengan istrinya terdapat sedekah”. Mendengar ini maka para sahabat keheranan, bagaimana mungkin dalam syahwat terdapat pahala? Kemudian Nabi menjelaskan, ”Bagaimana pendapat kalian jika seseorang meletakkan syahwatnya pada yang haram? Bukankah itu dosa? Demikianlah, jika meletakkannya dalam kehalalan maka baginya pahala”. (H.R. Muslim).

Inilah keindahan Islam, bahkan dalam kesenangan terdapat pahala. Lalu bagaimana amal yang lainnya? Seperti kerja keras banting tulang untuk menghidupi anak istri? Tentu pahala yang diraup semakin banyak. Maka menikahlah wahai para pemuda, agar engkau bisa berpacaran sambil mendulang pahala. Putuskan hubunganmu dengan pacarmu, ketuklah pintu rumahnya kemudian temuilah ayahnya agar engkau bisa lekas meminang pujaan hati. Jangan takut dan ragu karena kemiskinan, yakinlah pertolongan Allah segera datang. Nabi telah menjanjikan hal ini dengan sabdanya, ”Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : orang yang berperang di jalan Allah, budak yang menebus dirinya dari tuannya, orang yang menikah dengan tujuan menjaga kehormatan dirinya”. (H.R. Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Syaikh Albani).

Penulis : Ustadz Roby Aryanto, S.T.

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *