Fitnah Kubur, Ujian Pertama di Akhirat

Artikel  1434 ini tersedia dalam bentuk buletin pdf siap cetak. Klik disini untuk mengunduh

Bismillaah. Segala puji hanyalah milik Allah Ta’ala. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Saudara seiman yang dirahmati Allah, salah satu rukun iman yang enam adalah beriman terhadap hari akhir. Iman kepada hari akhir maknanya adalah beriman terhadap segala peristiwa yang terjadi setelah kematian yang telah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan melalui lisan beliau. (Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah). Dengan demikian, iman kepada hari akhir mencakup juga iman terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di alam kubur, diantaranya adalah pertanyaan dua malaikat, juga iman terhadap nikmat dan siksa kubur. Inilah akidah Ahlus sunnah wal jama’ah.

Dan peristiwa besar pertama di alam akhirat yang akan dilalui oleh manusia adalah fitnah kubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji di kubur kalian setara atau hampir sama dengan fitnah Dajjal” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Hari pertama yang menentukan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kuburan adalah fase pertama alam akhirat. Jika seseorang selamat di fase pertama ini, selanjutnya akan lebih mudah. Tetapi jika gagal di fase pertama ini, fase setelahnya akan semkain berat” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

 

Fitnah kubur, ujian pertama di akhirat

Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah ujian untuk ruh berupa pertanyaan dua orang malaikat, Munkar dan Nakir. Hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan adanya fitnah kubur mencapai derajat mutawatir dari segi makna, diriwayatkan dari sejumlah sahabat semisal Al Baraa bin ‘Azib, Anas bin Malik, Abu Hurairah, dan selain mereka radhiyallahu ‘anhum.

Apakah mayat yang tidak dikubur juga ditanya?

Seseorang yang meninggal karena dimangsa hewan buas, atau tenggelam di lautan dan mayatnya tidak ditemukan, ia akan tetap mendapatkan pertanyaan kubur beserta siksa atau nikmat kubur. Akan tetapi, bagaimana caranya dan dimana dia ditanya, wallaahu a’lam, kita tidak tahu. Beriman terhadap hal ini termasuk beriman terhadap hal yang ghaib sehingga tidak ada ruang bagi akal untuk menerka-nerka.

 

Perjalanan pertama ruh di akhirat

Dalam sebuah hadits yang panjang dari sahabat Al Baraa bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan perjalanan pertama ruh di alam barzakh, “Sesungguhnya hamba yang beriman bila bersiap menghadapi alam akhirat dan meninggalkan dunia, malaikat-malaikat akan turun kepadanya seakan-akan wajah mereka seperti matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga.

Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di sisi kepalanya lantas berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan ridha Allah!”. Keluarlah ruhnya mengalir (dari jasadnya) seperti mengalirnya air dari wadah. Kemudian rombongan malaikat (yang membawa kafan dan wewangian dari surga) langsung mengambil ruh tersebut dan tidak membiarkannya tetap di tangan malaikat maut walau sekejap mata. Kemudian mereka memakaikan ruh tersebut kafan dan wewangian dari surga. Terciumlah bau kasturi yang paling wangi yang pernah ada di atas muka bumi dari ruh tersebut.

Para malaikat lalu naik membawa ruh tersebut. Tibalah rombongan malaikat tersebut ke langit. Mereka meminta izin supaya pintu langit dibukakan untuk mereka. Kemudian dibukalah pintu langit. Maka seluruh malaikat yang ada di langit itu ikut mengantarkannya menuju langit berikutnya.

Hingga tibalah para malaikat ke langit yang di atasnya ada Allah. Allah ‘Azza wa Jalla lalu berfirman, “Tulislah nama hamba-Ku ini di ‘illiyyin. Kemudian kembalikanlah ia ke bumi. Karena darinyalah Aku menciptakan mereka, kepadanya Aku mengembalikan mereka, dan darinya pula Aku membangkitkan mereka di kesempatan yang lain”

Lalu ruh tersebut pun dikembalikan ke jasadnya. Datanglah dua orang malaikat yang memerintahkannya untuk duduk.

Kedua malaikat tersebut lantas bertanya, “Siapa Rabb-mu?”. Ia menjawab, “Rabb-ku adalah Allah”.

Lalu bertanya lagi, “Apa agamamu?”. Ia menjawab, “Agamaku Islam”

Lalu bertanya lagi, “Siapa orang yang diutus ke tengah-tengah kalian ini?”. Ia menjawab, “Dia adalah Rasulullah”

Lalu kedua malaikat bertanya lagi, “Darimana kamu tahu?”. Ia menjawab, “Aku membaca kitabullah kemudian aku mengimani dan membenarkan isinya”.

Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit yang menyeru, “Hambaku benar. Hamparkanlah surga dan bukakanlah pintu menuju surga untuknya”. Berhembuslah angin dan harum surga kepadanya, dan dilapangkanlah kuburnya sejauh mata memandang.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Sesungguhnya hamba yang kafir jika akan berpisah dengan dunia dan menghadapi akhirat, turunlah rombongan malaikat berwajah hitam kepadanya sambil membawa kain wol kasar.

Datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya, lantas berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju murka dan amarah Allah!”. Maka ruhnya terpencar-pencar di dalam jasadnya. Malaikat maut kemudian mencabut nyawanya seperti orang yang menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Setelah malaikat mau mencabutnya, rombongan malaikat berwajah hitam langsung mengambil ruh tersebut dalam sekejap dan membungkusnya dengan kain wol kasar. Keluarlah bau paling busuk yang pernah tercium di atas muka bumi.

Lalu ruh tadi di bawa ke langit. Hingga sampailah mereka ke langit dunia, lalu meminta izin agar dibukakan pintu langit, namun tidak diizinkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat (yang artinya), “Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai unta bisa memasuki lubang jarum” (QS. Al A’raaf : 40)

Lalu Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Tulislah namanya di Sijjin di bumi paling bawah”. Dicampakkanlah ruh tersebut.

Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat (yang artinya), “Barang siapa mempersekutukan Allah (dengan sesuatu), seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al Hajj : 31)

Lalu ruh tadi dikembalikan ke jasadnya. Datanglah dua malaikat dan memerintahkannya untuk duduk. Keduanya bertanya, “Siapa Rabb-mu?”. Dia menjawab, “Hah…hah… Tidak tahu”

Malaikat bertanya lagi, “Apa agamamu?”. Ia menjawab, “Hah…hah… Tidak tahu”

Malaikat bertanya lagi, “Siapa orang yang telah diutus kepada kalian?”. Ia kembali menjawab, “Hah…hah… Tidak tahu”

Kemudian terdengar suara dari langit, “Hamba-ku berdusta. Hamparkanlah neraka untuknya dan bukakanlah pintu menuju neraka”. Maka hawa panas dan bau busuk neraka menghampiri orang tersebut. Kemudian kuburnya disempitkan sampai tulang rusuknya patah dan bersilangan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan lain-lain secara ringkas)

 

Menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, fitnah kubur adalah ujian yang tidak biasa. Sebab, bukan semata lisan dan pengetahuan yang akan menjawabnya. Namun, keimanan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya yang akan menjadi penentunya.

Syaikh Dr. Shalih Al Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Seseorang bisa menjawab pertanyaan kubur karena keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan karena wawasan dan pengetahuannya semata. Orang yang tidak ada iman di hatinya, ia tidak akan bisa menjawab pertanyaan dua malaikat ini.”

 

Berlindung dari fitnah kubur

Diantara cara untuk berlindung dari fitnah kubur adalah dengan mengucapkan doa berikut di penghujung shalat, selepas tasyahhud akhir sebelum salam, “Allāhumma innī a’ūdzubika min ‘adzābi jahannam wa min ‘adzābil qabri wa min fitnatil mahyā wal mamāti wa min syarri fitnatil masīhid dajjāl (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan dan kematian, dan dari jeleknya fitnah Dajjal Al Masih)” (HR. Muslim)

 

Mendoakan keteguhan bagi jenazah

Salah satu adab dan bentuk kasih sayang kepada seorang muslim yang baru meninggal adalah dengan mendoakannya supaya Allah beri keteguhan ketika menghadapi fitnah kubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda ketika selesai menguburkan mayat, “Mohonkanlah ampunan dan keteguhan untuk saudara kalian, karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya” (HR. Abu Dawud)

 

Allah meneguhkan hati orang yang beriman

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah meneguhkan (keimanan) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat” (QS. Ibrahim : 27)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim apabila ditanya di kuburnya, ia akan bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Itulah makna firman Allah (yang artinya), “Allah meneguhkan (keimanan) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat“ (QS. Ibrahim : 27) (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh As Si’di rahimahullah mengatakan, “Allah Ta’ala menyampaikan bahwa Dia akan meneguhkan hati hamba-hamba-Nya yang beriman, yaitu mereka yang memiliki iman yang sempurna di dalam hatinya yang membuahkan amal shalih pada praktik nyata. Allah tegarkan hati mereka di akhirat dengan meneguhkan mereka di atas agama Islam ketika maut menjemput dan husul khatimah, serta meneguhkan hati mereka di alam kubur untuk menjawab pertanyaan dua orang malaikat dengan benar” (Tafsir As Sa’di)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah. Demikianlah pertolongan Allah kepada orang-orang yang beriman. Adapun orang-orang yang kafir, Allah berfirman (yang artinya), “Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah melakukan apapun yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim : 27). Maksudnya, Allah akan menyesatkan orang-orang kafir sehingga mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Mereka hanya mampu menjawab, “Kami tidak tahu”, sebagaimana disebutkan dalam hadits (Tafsir Jalalain).

Dan setelah fitnah kubur, seseorang akan mendapatkan nikmat atau adzab kubur sesuai dengan kemampuannya menjawab pertanyaan dua malaikat, sembari menunggu keputusan Allah akan datangnya hari kiamat. Semoga Allah Ta’ala meneguhkan hati kita semua baik ketika di dunia maupun di akhirat. Wallaahul muwaffiq.

Referensi utama :

Al Irsyad ila Shahihil I’tiqad, Shalih Al Fauzan

At Ta’liqat Al Mukhtasharah ‘alal ‘Aqidah Ath Thahawiyyah, Shalih Al Fauzan

Syarhul ‘Aqidah Al Wasithiyyah, Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin

 

Penulis : Yananto Sulaimansyah (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Murajaah : Ustadz Afifi Abdul Wadud

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *