5 Hal Paling Penting untuk Diajarkan Kepada Anak

Tidak diragukan lagi, bahwasanya anak merupakan salah satu perhiasan dunia yang terindah. Rasa penat bekerja seharian seakan lenyap tak berbekas, saat pulang ke rumah bercengkerama dan bersenda gurau dengan anak-anak. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS. Al-Kahfi: 46)

Anak Adalah Titipan Allah

Tentu banyak di antara kita yang pernah dititipi sesuatu oleh orang lain. Amanah tersebut mestinya akan kita jaga sebaik-baiknya. Terlebih jika titipan tersebut adalah barang yang amat berharga, dan orang yang menitipkannya kepada kita adalah orang terhormat. Namun, ada satu amanah yang sangat istimewa, dan yang menitipkannya kepada kita pun, Dzat yang amat mulia, tetapi justru malah seringkali kita menyia-nyiakannya. Titipan yang tidak semua orang mendapat kehormatan untuk mengembannya. Amanah tersebut tidak lain adalah anak.

Bayi yang Allah anugerahkan kepada kita bagaikan mutiara yang masih berada dalam cangkangnya. Masih terjaga dari jamahan tangan-tangan luar. Hatinya masih suci, ibarat selembar kertas putih, tanpa goresan apalagi ukiran. Setelah itu sedikit demi sedikit, kepribadian dan perilaku anak terbentuk, sesuai dengan apa yang dilihat di komunitas terdekatnya. Yakni di dalam rumah dan lingkungannya. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan, “Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Itulah masa keemasan yang tidak boleh disia-siakan. Kesalihan anak bukanlah hadiah gratis yang turun dari langit begitu saja. Namun membutuhkan usaha dan perjuangan dari orang tua.

Pendidikan Anak Merupakan Amanah yang Berat

Tanggung jawab kita terhadap anak bukan sekedar memberinya makan kenyang, pakaian bagus ataupun rumah lapang. Tetapi, tanggung jawab yang lebih berat adalah memberikan pendidikan terbaik bagi mereka dan menyelamatkan mereka dari azab Allah. [Lihat: QS. At-Tahrim (66): 6]. Allah Ta’ala pasti akan meminta pertanggungjawaban kita atas amanah ini. Dalam hadits disebutkan: “Setiap kalian adalah pemimpin dan semua akan ditanya tentang bawahannya … Lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan dia akan ditanya tentang mereka. Wanita merupakan penanggung jawab di rumah suaminya serta bagi anaknya, dan dia akan ditanya tentang mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim). Memang, tugas dan tanggung jawab ini tidaklah ringan. Ujian dan rintangan mungkin muncul silih berganti. Rasa letih dan bosan kadang datang mendera. Sementara setan terus membuat makar dan tipu daya untuk mematahkan semangat kita. Sekaligus mengompori sifat keluh kesah, yang memang merupakan tabiat dasar manusia. [Baca: QS. Al-Ma’arij (70): 19].

Ikhlas dalam Mendidik Anak

Namun, tipu daya tersebut tentu harus dilawan! Jauhilah sifat keluh kesah sebisa mungkin. Sebab keluh kesah hanya akan membawa kerugian. Karena sekecil apapun tugas dan tanggung jawab kita, bila disikapi dengan keluh kesah, amarah dan perasaan tidak ikhlas, maka tugas yang sebenarnya ringan akan terasa sebagai suatu beban yang berat. Lebih rugi lagi karena hati yang tidak ikhlas, mengakibatkan pahala gagal diraih. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Sebaliknya, jika tanggung jawab ini dipikul dengan penuh keikhlasan, niscaya akan membawa kebaikan. Sebab, seberat apapun tugas dan tanggung jawab kita, bila dilakukan dengan penuh keikhlasan, kegembiraan dan harapan, maka tugas yang berat pun akan menjadi terasa ringan. Lebih dari itu, berkat keikhlasan hati, semua jerih payah dan setiap tetesan keringat, akan bernilai pahala di sisi-Nya. Inilah keberuntungan di atas keberuntungan. Di dunia, pekerjaan terasa nikmat dan bisa mencicipi buah manis kebaktian anak. Sedangkan di akhirat, maka insyaAllah akan menuai limpahan pahala. Allahumma aamiin… (disadur dari Silsilah Fiqih Pendidikan anak, dengan beberpa perubahan).

Lima Perkara Agama yang Paling Penting untuk Diajarkan kepada Anak

Dengan demikian, hendaknya kita bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam mendidik anak-anak kita, diantaranya ialah dengan mengajarkan kepada mereka perkara-perkara penting yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara perkara agama yang paling penting untuk diajarkan kepada mereka adalah :

1. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya

Hendaknya orang tua mengajarkan anaknya untuk cinta kepada Rabb-nya, yang telah menciptakannya, dan mencintai Nabi yang diutus kepadanya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. al-Baqarah: 165). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara, barangsiapa yang ada padanya perkara-perkara tersebut, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman : (1) Allah dan rasul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya, (2) tidaklah dia mencintai seseorang, kecuali karena Allah, … ” (HR. Bukhari dan Muslim). Konsekuensi mencintai Allah dan rasul-Nya, ialah mentaati keduanya, dan mengikuti apa yang dibawa oleh rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imron: 31)

2. Mengajarkan Sunnah, dan Mendidiknya di atas Sunnah

Wajib bagi orang tua untuk mengajarkan sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada anaknya. Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk mengikuti sunnah tersebut, dalam firman-Nya yang artinya, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. al-Hasyr: 7). Di samping itu, hendaknya orang tua juga menanamkan kebencian kepada bid’ah, karena bid’ah merupakan lawan dari sunnah, dan itu merupakan sejelek-jelek perkara.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan di neraka.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan selainnya, shahih)

3. Pengajaran Shalat

Berkenaan dengan shalat, secara khusus Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaahaa: 132). Apabila anak telah mencapai usia 7 tahun, wajib bagi orang tua untuk memerintahkannya agar mengerjakan shalat. Dan ketika anak telah mencapai 10 tahun, orang tua diperbolehkan untuk memukulnya (dengan pukulan yang mendidik, bukan pukulan di kepala atau dengan niat untuk menyakiti); bahkan diwajibkan, sesuai dengan dhohir sabda Rasulullaah, “Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka bila tidak mau shalat pada usia sepuluh tahun … ” (HR. Abu Dawud, shahih)

4. Akhlak

Akhlak yang baik merupakan faktor utama yang dapat menyelamatkan seseorang dari api Neraka, karena ia memberatkan timbangan kebaikan seseorang di akhirat kelak. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada suatu amalan pun, yang lebih berat pada timbangan seorang hamba, daripada akhlak yang baik.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan selainnya, shahih). Maka, hendaklah orang tua mengajarkan akhlak-akhlak yang baik kepada anaknya, seperti : berbakti kepada kedua orang tua, menahan diri dari mengganggu dan menyakiti, menyebarkan salam, menjaga lisan, dan lain-lain.

5. Pengajaran al-Quran, dan ilmu agama

Mempelajari al-Quran termasuk sebaik-baik perkara. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian ialah yang belajar al-Quran, dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Dan, tidak samar lagi akan keutamaan belajar ilmu agama. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintakan ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mengambilnya, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud, shahih). Oleh karena itu, hendaklah orang tua bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengajarkan al-Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya kepada anaknya sendiri. (disarikan dari Kado Untuk si Buah Hati, hal. 130 – 144, dengan banyak perubahan)

Memilih Sekolah / Guru yang Baik

Dewasa ini, banyak kaum muslimin yang lebih memilih sekolah / guru sebagai alternatif pendidikan anak sejak kecil. Jika demikian, maka hendaknya mereka memilih sekolah / guru yang baik untuk anak-anaknya, yang benar-benar mengajakan agama yang benar, sesuai dengan pemahaman para salafush shaalih. Hal ini tercermin dalam pesan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam kepada Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma: ”Wahai Ibnu ’Umar, agamamu! agamamu! Ia adalah darah dan dagingmu. Maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambilnya. Ambillah dari orang-orang yang istiqamah (terhadap sunnah), dan jangan ambil dari orang-orang yang melenceng (dari sunnah).” (Al-Kifaayah fii ’Ilmir-Riwayah, hal. 81)

Demikian, semoga Allah senantiasa menjaga kita dan anak-cucu kita, hingga akhir hayat nanti, Allaahumma Aamiin.

***

Referensi utama :

  • Syaikh Salim bin Ali Asy Syubli dan Syaikh Muhammad Khalifah ar Rabah, Ahkaamul Mauluud fis Sunnatil Muthahharah, versi terjemahan “Kado Untuk si Buah Hati”, hal. 130 – 144
  • Ustadz Abdullah Zein, MA., http://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak/ , 31/1/2015

Penyusun : Prasetyo, S. Kom. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Muroja’ah : Ust. Abu Salman, BIS

4 comments

  1. Alhamdulillah, syukron ustadz atas nasehatnya.., mudah-mudahan saya dikaruniai anak yang sholeh sholehah, aamiin ya robbal ‘alamin

  2. Artikel yang sangat bermanfaat untuk saya karena saya ayah dari 3 orang anak, semoga artikel ini memberikan pencerahan untuk saya dan Allah selalu memberikan kekuatan kepada kami dalam membesarkan anak anak kami.

  3. Jazakalloh…semoga ana di karunia anak..seperti dalam artikel ini..bermanfaat untuk para bapak baru…

    Barrakallohufiik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *