Untukmu yang Sedang Tertimpa Musibah

At-Tauhid Edisi 16/09

“… Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) …” (Q.S Al-Anbiyaa’ : 35)

“Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang paling salih dan seterusnya. … Ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi tanpa ada sebuah dosa pun” [1]

Beberapa renungan ketika ditimpa ujian :
– Yakinlah bahwa selain Anda juga diuji, bahkan bisa jadi lebih berat ujiannya.
– Bersabar dapat menghapus dosa-dosa.
– Dapat mengangkat derajat Anda, sehingga meraih tempat yang tinggi di surga, yang tidak mungkin diperoleh dengan sekedar amalan salih.
– Sadarlah bahwa kita tidak pantas untuk ujub karena sangat lemah, selalu butuh kepada Allah.
– Berprasangka baiklah kepada Allah, bisa jadi ada kebaikan yang banyak di balik ujian tersebut. “Dan boleh jadi kalian membeci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian” (Q.S. Al-Baqarah : 216).
– Ingatlah bahwa tidak ada kegembiraan total kecuali di akhirat.

[1] (Hadits dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 143).

Ujian menyerang kepada siapa saja, tidak pandang bulu. Sebagaimana orang miskin diuji, maka orang kaya pun diuji. Sebagaimana rakyat jelata hidup di atas ujian, para penguasa pun juga demikian. Bahkan ujian yang dirasakan oleh para penguasa dan orang-orang kaya bisa jadi lebih berat daripada ujian yang dirasakan oleh orang-orang miskin dan rakyat jelata.

Jangan menyangka hanya si miskin yang menangis akibat ujian yang ia hadapi, bahkan seorang penguasa bisa jadi lebih banyak tangisannya daripada si miskin. Intinya setiap yang bernyawa pasti akan diuji sebelum maut menjemputnya.

Bentuk ujian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya bermacam-macam, dapat berupa kesulitan atau kelapangan. Setiap hamba akan dikembalikan kepada Allah untuk dimintai pertanggungjawaban terhadap pebuatannya, apakah dia bisa bersabar dengan ujian yang diberikan atau dia justru kufur kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya),

 “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 35).

Dunia ini adalah medan ujian, kehidupan ini adalah medan perjuangan. Allah berfirman (yang artinya),

“Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al-Mulk : 1-2).

“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Q.S. Huud : 7).

Jikalau orang kafir tidak selamat dari ujian kehidupan, maka bagaimana mungkin seorang yang beriman kepada Allah tidak mendapatkan ujian? Orang yang beriman pasti akan Allah uji dengan beberapa ujian di dunia. Allah berfirman (yang artinya),

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 2).

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqoroh : 155).

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Q.S. Al-Baqoroh : 214).

Bahkan semakin tinggi iman seseorang, maka semakin banyak ujian yang akan ia hadapi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),

“Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang paling salih dan seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya. Jika agamanya kuat maka semakin keras ujiannya, dan jika agamanya lemah maka ia diuji berdasarkan agamanya. Dan ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi tanpa ada sebuah dosa pun.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 143).

Jika Anda terkadang merasakan ujian yang terus menimpa Anda maka itulah yang pernah dirasakan oleh seorang Imam besar sekelas Imam Syafi’i. Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Cobaan zaman banyak tidak habis-habisnya….

Dan kegembiraan zaman mendatangimu (sesekali) seperti sesekalinya hari raya”

Bahkan terkadang ujian datang bertubi-tubi dan bertumpuk-tumpuk. Imam Syafi’i rahimahullah juga berkata,

“Hal-hal yang dibenci tatkala datang bertumpuk-tumpuk…
Dan aku melihat kegembiraan datang sesekali”

Berikut ini 10 perkara yang hendaknya direnungkan oleh Anda, jika Anda ditimpa musibah atau ujian :

Pertama : Yakinlah bahwa selain Anda pun juga diuji.

Ada yang diuji dengan kemiskinan, ada yang diuji dengan harta, jabatan dan kekuasaan. Ada yang diuji dengan istri yang berakhlak buruk, ada wanita yang diuji dengan suami yang bejat, ada wanita yang diuji dengan mertua yang jahat, ada yang diuji dengan ibunya, dan terlalu banyak model ujian yang menimpa manusia. Maka Anda sebagaimana manusia-manusia yang lain, juga ditimpa musibah atau ujian yang beraneka ragam.

Kedua : Sabarlah dengan ujian yang sedang Anda hadapi.

Alhamdulillah Anda masih bisa memikulnya. Bisa jadi jika Anda diuji dengan ujian yang lain maka Anda tidak akan mampu menghadapinya. Yakinlah bahwa tidaklah Allah menguji seorang hamba kecuali dengan ujian yang mampu dihadapi oleh hamba-Nya.

Ketiga : Ingatlah bahwa banyak orang yang diuji dengan ujian yang lebih berat.
Terkadang syaitan membisikkan kepada Anda bahwa ujian yang Anda hadapi sangatlah berat dan tidak mungkin untuk Anda pikul, maka ingatlah bahwa saat ini masih terlalu banyak orang yang diuji dengan ujian yang jauh lebih berat dengan ujian yang sedang Anda hadapi.

Keempat : Sabar dapat menghapus dosa-dosa.

Bukankah ujian jika dihadapi dengan kesabaran maka akan menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat?

Kelima : Dapat meraih tempat yang tinggi di surga.

Bahkan bisa jadi Allah menghendaki Anda untuk meraih sebuah tempat yang tinggi di surga yang tidak mungkin Anda peroleh dengan hanya sekedar amalan-amalan salih Anda. Amalan salih Anda tidak cukup untuk menaikan Anda ke tempat tinggi tersebut. Anda tidak akan mampu untuk sampai ke tempat tinggi tersebut, kecuali dengan menjalani ujian yang tiada henti untuk mengangkat derajat Anda.

Keenam : Menyadarkan diri bahwa kita sangat lemah.

Ingatlah, dengan ujian terkadang kita baru sadar bahwasanya kita ini sangatlah lemah dan selalu butuh kepada Allah Yang Mahakuasa. Terkadang kita baru mengenal yang namanya khusyu’ dalam salat, kita baru bisa merasakan kerendahan yang disertai deraian air mata, kita baru bisa merasakan nikmatnya ibadah, tatkala ujian datang, tatkala musibah menerpa…

Ketujuh : Terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri kita.

Ingatlah, dengan ujian atau musibah yang menimpa kita terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri kita. Karena tatkala kita rajin beribadah dan selalu mendapatkan kenikmatan, terkadang timbul ujub dalam diri kita dengan merasa bahwa diri kita hebat selalu beruntung. Jangan sampai kita salah persepsi dengan menganggap tanda kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah tidak ditimpanya sang hamba dengan musibah. Bahkan perkaranya justru sebaliknya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika Allah mencintai sebuah kaum maka Allah akan menguji mereka” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 146)

Kedelapan : Berprasangka baik kepada Allah.

Berhusnuzhonlah kepada Allah, yakinlah bahwa dibalik ujian dan musibah yang menimpamu ada kebaikan dan hikmah. Justru jika ujian tersebut tidak datang, bisa jadi kondisimu akan lebih buruk. Allah berfirman (yang artinya),

“Dan boleh jadi kalian membeci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian.” (Q.S. Al-Baqoroh : 216).

Kesembilan : Bisa jadi ujian tersebut mendatangkan banyak kebaikan.

Bahkan bisa jadi musibah atau ujian yang kita benci tersebut bahkan mendatangkan banyak kebaikan. Allah berfirman (yang artinya),

“Maka mungkin kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S An-Nisaa : 19).

Kesepuluh : Ingatlah bahwa tidak ada kegembiraan total kecuali di akhirat.

Di dunia ini, tiada istirahat dan kegembiraaan total, yang ada hanya di akhirat kelak. Selama Anda masih hidup di dunia, maka bersiaplah dengan ujian yang menghadang. Bersabarlah, tegarlah, demi meraih ketentraman dan kebahagiaan abadi kelak di surga. Ada orang awam yang berkata, “Kalau mau hidup di dunia harus siap diuji. Kalau tidak mau diuji ya jangan hidup di dunia!”.

Diringkas dari tulisan Ustaz Dr. Firanda Andirja, M.A. dari website pribadi beliau (www.firanda.com).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *