Menuju Pelaminan Terindah (Bagian 1)

Pernikahan…
Ikatan yang indah nan suci
Sepasang insan yang setia saling menemani
Mengarungi lautan kehidupan ini
 
Memahami hak dan kewajiban mereka kepada Allah Ta’ala
Saling mengerti hak dan kewajiban terhadap pasangannya
Lahir darinya buah hati yang taat kepada Allah
Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah…

Rintisan keluarga yang “samara” dimulai dari perencanaan pernikahan, di antaranya:
 
1) Membenahi diri untuk mendapatkan yang terbaik:
Seseorang yang fitrahnya masih bersih tentu menginginkan pasangan yang shalihah/shalih, maka tentu ia harus berusaha menjadi shalih/shalihah.
– Meninggalkan segala maksiat
– Berusaha bertaubat
– Menambah ketaatan kepada Allah
 
 
2) Membekali diri dengan ilmu, minimal yang wajib diketahui setiap muslim, seperti:
– Aqidah
– Wudhu
– Tauhid
– Salat
– Ilmu tentang syirik
– Puasa
– dan lainnya
 
Juga terkhusus ilmu tentang pernikahan:
–  Tata cara dan syarat pernikahan yang syar’i
– Macam-macam mahram
– Sunnah dan hal yang perlu dihindari
– dan lainnya
 
3) Menyiapkan harta dan rencana
– Kebutuhan harta jangan sampai dijadikan pokok utama, sehingga terhalang untuk menikah.
– Dianjurkan agar sederhana dan tidak bermewah-mewah.
– Hartanya sudah cukup untuk menegakkan tulang punggung keluarganya.
– Siapkan rencana terkait kehidupan rumah tangganya kelak.
 
4) Memilih dengan baik
Penasaran kiat-kiat selanjutnya? Nantikan di edisi berikutnya…

Sungguh indah ikatan suci antara dua orang insan yang pasrah untuk saling berjanji setia menemani, mengayuh biduk, mengarungi lautan kehidupan. Dari ikatan suci ini dibangun keluarga bahagia, yang dipimpin oleh seorang suami yang shalih dan dimotori oleh seorang istri yang shalihah.

Mereka mengerti hak-hak dan kewajiban mereka terhadap pasangannya, dan mereka pun memahami hak dan kewajiban mereka kepada Allah Ta’ala. Kemudian lahir dari mereka berdua anak-anak yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla. Cinta dan kasih sayang pun tumbuh subur di dalamnya. Rahmat dan berkah Allah pun terlimpah kepada mereka. Inilah keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, “samara” kata orang. Inilah model keluarga yang diidamkan oleh setiap muslim, tentunya.

Tidak diragukan lagi, bahwa untuk menggapai taraf keluarga yang demikian setiap orang harus melewati sebuah pintu, yaitu pernikahan. Dan usaha untuk meraih keluarga yang “samara” ini hendaknya sudah dimulai saat merencanakan pernikahan. Pada tulisan singkat ini akan sedikit dibahas beberapa kiat menuju pernikahan Islam yang diharapkan menjadi awal dari sebuah keluarga yang “samara”.

Berbenah Diri untuk Mendapatkan yang Terbaik

Penulis ingin membicarakan 2 jenis manusia ketika ditanya, “Anda ingin menikah dengan orang shalih/shalihah atau tidak?”. Manusia jenis pertama menjawab “Ya, tentu saja saya ingin”, dan inilah muslim yang masih bersih fitrahnya. Ia tentu mendambakan seorang suami atau istri yang taat kepada Allah, ia mendirikan shalat ia menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ia menginginkan sosok yang shalih atau shalihah. Maka, jika seseorang termasuk manusia pertama ini, agar ia mendapatkan pasangan yang shalih atau shalihah, maka ia harus berusaha menjadi orang yang shalih atau shalihah pula.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula.” (Q.S. An Nur: 26).

Yaitu dengan berbenah diri, berusaha untuk bertaubat, dan meninggalkan segala kemaksiatan yang dilakukannya, kemudian menambah ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Sedangkan manusia jenis kedua menjawab, “Ah saya sih ndak mau yang alim-alim” atau semacam itu. Inilah seorang muslim yang telah keluar dari fitrahnya yang bersih, karena sudah terlalu dalam berkubang dalam kemaksiatan sehingga ia melupakan Allah Ta’ala, melupakan kepastian akan datangnya hari akhir, melupakan kerasnya siksa neraka. Yang ada di benaknya hanya kebahagiaan dunia semata dan enggan menggapai kebahagiaan akhirat.

Kita khawatir orang-orang semacam inilah yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai orang yang enggan masuk surga.

Lho, masuk surga kok tidak mau? Rasulullah  shallallahu ’alaihi wa sallam  bersabda, “Setiap ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan”. Para sahabat bertanya, “Siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda, “Yang taat kepadaku akan masuk surga dan yang ingkar terhadapku maka ia enggan masuk surga.” (H.R. Bukhari).

Seorang istri atau suami adalah teman sejati dalam hidup dalam waktu yang sangat lama bahkan mungkin seumur hidupnya. Musibah apa yang lebih besar daripada seorang insan yang seumur hidup ditemani oleh orang yang gemar mendurhakai Allah dan Rasul-Nya?

Padahal Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan agama seorang insan tergantung pada keadaan agama teman dekatnya. Maka sudah sepatutnya kalian memperhatikan dengan siapa kalian berteman dekat.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud. Dihasankan oleh Al Albani).

Bekali Diri dengan Ilmu

Ilmu adalah bekal penting bagi seseorang yang ingin sukses dalam pernikahannya dan ingin membangun keluarga Islami yang samara. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu agama, tentunya.

Secara umum, seseorang perlu membekali diri dengan ilmu-ilmu agama, minimal ilmu-ilmu agama yang wajib bagi setiap muslim, seperti ilmu tentang aqidah yang benar, tauhid, ilmu tentang syirik, wudhu, salat, puasa, dan ilmu yang lain, yang jika ilmu-ilmu wajib ini belum dikuasai maka seseorang dikatakan belum benar keislamannya. Lebih baik lagi jika membekali diri dengan ilmu agama lainnya seperti ilmu hadits, tafsir Al Quran, fiqih, serta ushul fiqh, karena tidak diragukan lagi bahwa ilmu adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Renungkanlah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Q.S. Al Mujadalah: 11).

Secara khusus, ilmu yang penting untuk menjadi bekal adalah ilmu tentang pernikahan: tata cara pernikahan yang syar’i, syarat-syarat pernikahan, macam-macam mahram, sunnah-sunnah dalam pernikahan, hal-hal yang perlu dihindari, dan yang lainnya.

Siapkan Harta dan Rencana

Tidak dapat dipungkiri bahwa pernikahan membutuhkan kemampuan harta. Minimal untuk dapat memenuhi beberapa kewajiban yang menyertainya, seperti mahar, mengadakan walimah, dan kewajiban memberi nafkah kepada istri serta anak-anak.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud).

Namun, kebutuhan akan harta ini jangan sampai dijadikan pokok utama sampai-sampai membuat seseorang tertunda atau terhalang untuk menikah karena belum banyak harta. Harta yang dapat menegakkan tulang punggungnya dan keluarganya itu sudah mencukupi. Karena Allah dan Rasul-Nya mengajarkan akhlak zuhud (sederhana) dan qana’ah (mensyukuri apa yang dikarunai Allah) serta mencela penghamba dan pengumpul harta.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah dan celakalah hamba khamilah. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.” (H.R. Bukhari).

Di samping itu, terdapat larangan bermewah-mewah dalam mahar dan terdapat teladan menyederhanakan walimah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya” (H.R. Ahmad). Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun, berdasarkan hadits Anas Bin Malik radhiyallahu ’anhu, ketika menikahi Zainab Bintu Jahsy mengadakan walimah hanya dengan menyembelih seekor kambing (H.R. Bukhari dan Muslim).

Selain itu, rumah tangga bak sebuah organisasi, perlu manajemen yang baik agar dapat berjalan lancar. Maka hendaknya bagi seseorang yang hendak menikah untuk membuat perencanaan matang bagi rumah tangganya kelak. Misalnya berkaitan dengan tempat tinggal, pekerjaan, dan lainnya.

Pilihlah dengan Baik

bersambung ke edisi selanjutnya …

Ingin tahu lebih detail, bagaimana cara memilih pasangan hidup dengan baik? Dan setelah menemukan calon pasangan yang diidamkan, langkah apa yang harus kita lakukan? Mulai dari shalat istikharah, melamar, menyiapkan mahar, dan tips ampuh buat kamu yang belum mampu menikah.

Penasaran? In syaa Allah akan kita bahas di buletin edisi berikutnya. Jadi, simpan buletin ini, dan tunggu buletin edisi selanjutnya…

Ditulis oleh Ustaz Yulian Purnama, S.Kom. (Alumnus Ma’had Al-’Ilmi Yogyakarta)

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *