Akibat Meremehkan Shalat

Apakah ada di antara kita yang pernah merasa sempitnya dunia? Semuanya terasa susah? Selalu gagalnya kerja dan usaha? Waktu yang selalu maju ke depan dan bahkan tidak pernah berhenti barang setengah detikpun, terasa selalu terbuang dengan sia-sia tanpa adanya hasil yang memuaskan dada? Sempit, susah, sia-sia, bingung, karena masalah datang silih berganti, bertubi-tubi seolah tiada hari tanpa masalah yang menghampiri.

Begitupula, ada seseorang yang ia mengetahui ia seringkali berbuat maksiat, ia sadar namun tak kuasa untuk menahannya.  Maksiat itu selalu diulanginya, meskipun setelah melakukannya ia merasa menyesal namun setelahnya ia mengulanginya lagi. Hatinya bergejolak melawan dan selalu tumbang dengan kemaksiatan.

Barangkali…. karena sering meremehkan shalat…

 

Minta Tolonglah Kepada Allah

Maka ketahuilah, bahwa yang pertama, akar dari semua pertolongan, adalah mintalah selalu pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala. Semua kesulitan dan kesempitan, hanya Allah-lah yang mampu menolong dan menghilangkannya. Sebagaimana firman-Nya :

Dan mohonlah pertolongan ( kepada Allah ) dengan sabar dan shalat.  Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”. ( QS. Al Baqarah : 45)

Ibnu Katsir dalam tafsir Al Quranul ‘Azhim, 1/255, memaparkan, bahwa shalat adalah ibadah yang paling agung untuk menjadikan penolong dan memperteguh dalam suatu perkara. 

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman :

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan – perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah – ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan ( QS. Al Ankabut : 45 )

Dan tidaklah dikatakan orang telah shalat dengan benar bila dia masih melakukan berbagai kemaksiatan. Sungguh mudah tolak ukurnya, maka pikirkanlah, cara melepaskan diri dari perbuatan maksiat? Perbaikilah shalat.

Demikian juga, baik dan jeleknya hasil usaha, seringkali bisa dilihat dari bagaimana seseorang itu menjalankan shalat.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk maka seluruh amalnya pun akan buruk.” (HR. Ath-Thabrani, dinilai shahih oleh Syekh Al-Albani daam kitab Shahih Al-Jamu’ish Shaghir ).

 

Perbaiki Shalatmu

Tidaklah mengherankan, orang yang memperbaiki shalatnya, kemudian ia mendapatkan perbaikan dalam masalah dan kehidupannya.  Ia dimampukan Allah untuk mengatasi kesulitan dan kesempitan, dan ia di lapangkan hatinya sehingga hidup ini terasa lebih mudah dan nikmat.  Betapa banyak orang kaya yang kepikiran dalam mengelola hartanya, dan betapa banyak orang miskin yang bahagia dengan segala keterbatasannya, meskipun juga sebaliknya, banyak orang kaya yang ia baik shalat dan amalannya sehingga kehidupannya terasa memberikan manfaat bagi dirinya, keluarganya juga masyarakatnya.

Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan peringatan kepada orang-orang yang suka shalat di shaf belakang dengan mengatakan : “Apabila suatu kaum selalu berada di shaf belakang, maka Allah akan menjadikan mereka kaum yang terbelakang”.  Syaikh Utsaimin menjelaskan bahwa hal ini adalah hal yang sangat berbahaya.  Sebab, setiap kali seseorang suka mundur dari shaf pertama, shaf kedua, shaf ketiga ( bersengaja untuk tidak berusaha mendapatkan shaf terbaik dengan menunda-nunda ), maka Allah akan menjadikan hatinya untuk suka menunda dan memperlambat dalam melakukan amal shalih. ( Syarah Riyadhus Shalihin, 1/111 ).

Sungguh kita bisa melihat dari diri kita masing-masing, berada dimanakah shaf shalat kita selama ini?  Lalu bagaimana pula dengan semua urusan-urusan kita ? Suka terlambat, suka tertunda, terasa berat? Laa haula walaa quwwata illa billah. Perbaikilah shalat kita.

Banyak Masalah? Shalatlah

Ibnu Katsir mengatakan ( Tafsir Al Quran Al Azhim, I / 255 ), Imam Ahmad meriwayatkan, berkata Hudzaifah bin Yaman, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika ditimpa permasalahan (kesulitan, kesedihan, kesusahan, berat), beliau melakukan shalat” (H.R Abu Dawud).

Itulah kunci dari kunci-kunci kehidupan sebagaimana yang telah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam contohkan.  Lalu, bagaimana dengan shalat kita ? Apakah masih sekadarnya saja? Mari kita perbaiki shalat kita, yaitu dengan mempelajari hukum-hukum yang terkait di dalamnya, yaitu syarat sah shalat, rukun-rukun shalat, wajib dan Sunnah shalat.  Dan tentu saja, yang terkait dengan shalat adalah mempelajari bab berwudhu.  Karena wudhu yang tidak sah, maka shalatnya juga tidak sah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian apabila dia berhadats sebelum berwudhu.” (HR. Bukhari, dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu dalam Bab Wudhu)

Kesemuanya ini adalah satu hal yang wajib untuk dipelajari bagi orang-orang yang menginginkan kebaikan dan perbaikan dalam shalatnya.

Dihinakan Allah: Orang yang Meremehkan dan Melalaikan Shalat

Dan sebaliknya, sebagaimana telah kita singgung di awal pembahasan, orang yang meremehkan shalat, dia akan dihinakan Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Dan barangsiapa dihinakan Allah, maka tidak ada seorangpun yang bisa memuliakannya” ( QS Al Hajj : 40 ).

Syaikh Dr. Umar bin Abdullah bin Muqbil mengatakan, “Dan ketika sujud kepadaNya telah menjadi hal remeh bagi mereka, mereka bermudah-mudahan di dalamnya dan tidak melakukannya, maka Allah pun akan menghinakan mereka hingga tak ada seorangpun yang mampu memuliakannya setelah Allah hinakan” ( Qowaid Quraniyyah, hal 130 ).

Hal ini selaras dengan firman Allah yang mengancam umatNya dalam hal meremehkan shalat : “Kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu yang lalai dari shalatnya” ( QS Al Maa’uun 4-5 ).

Lalu, apakah yang dimaksud dengan orang yang lalai dalam shalat ?

Syaikh Utsaimin menjelaskan mengenai tafsir ayat ini, “Mereka adalah orang-orang yang shalatnya berjamaah atau sendiri tapi mereka lalai atas shalatnya, yaitu lupa terhadapnya, tidak menegakkan sebagaimana mestinya, mengakhirkan waktunya dari yang lebih utama, tidak lurus dalam rukuk, sujud, berdiri dan tidak membaca yang wajib dibaca, baik yang berupa bacaan quran atau dzikir, hatinya berkeliling ke kanan dan kekiri dan dia lalai akan shalatnya.  Dan termasuk orang yang lalai adalah orang yang meninggalkan shalat berjamaah”. ( Tafsir Juz Amma, 331 )

Ibnu Abbas, dalam Tafsir Al Quranul Azhim, 8/493, “Itu adalah orang-orang munafik yang mengerjakan shalat ketika ada orang banyak dan tidak mengerjakannya ketika dalam kesendirian.  Mereka rajin mengerjakannya, hanya saja di dalam mengerjakannya lalai pada waktu yang telah ditentukan sehingga keluar dari waktunya.  Baik lalai dari awal waktunya sehingga mereka mengerjakan di akhir waktu shalat secara terus menerus dan menjadi kebiasaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Itu adalah shalatnya orang munafik, Itu adalah shalatnya orang munafik, Itu adalah shalatnya orang munafik. Dia duduk menunggu matahari dan ketika matahari sudah berada di antara kedua tanduk setan (yakni akan tenggelam), maka ia berdiri (untuk shalat) lalu mematuk-matuk (shalat dengan sangat cepat) empat rakaat, tanpa berdzikir kepada Allah di dalamnya, melainkan hanya sangat sedikit.

 

Ia shalat dengan sangat cepat sekali, tidak tuma’ninah dan tidak khuyuk. Ia melakukan shalat hanya sekadar untuk pamer dan tidak mengharap ridho Allah.  Maka orang yang seperti ini sama kedudukannya dengan orang yang tidak mengerjakan shalat sama sekali. Allah azza wa jalla telah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di Hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An-Nisa: 142)

Oleh karena itu, marilah kita bersemangat dalam mempelajari dan mengerjakan shalat. Shalat adalah tiang agama, shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak. Shalat merupakan amalan agama yang paling terakhir hilang, jika shalat hilang dari agama, maka tidak ada lagi yang tersisa dari agama. Shalat juga merupakan hal terakhir yang diwasiatkan Nabi kepada umatnya. Dari Ummu Salamah radhiyallahu anha, beliau berkata :

Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak yang kalian miliki” ( HR Ahmad, dan di shahihkan oleh Al Albani dalam Irwaul Ghalil ).

Allah juga memuji orang-orang yang mengerjakannya, dan mereka yang menyuruh keluarganya mengerjakannya.  Allah mencela orang-orang yang mengabaikan dan malas mengerjakannya.  Allah membuka berbagai amal perbuatan orang-orang yang beruntung dengan shalat dan mengakhirinya dengan shalat pula.

Lalu, apa alasan kita meremehkan shalat ?

Di antara tanda meremehkan adalah, kita sudah tahu hal-hal di atas, namun masih saja selalu melakukannya dan tidak ada perbaikan di dalam sholatnya. Na’udzubillah

 

Penulis: Wasis Utomo (Alumnus Mahad Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Murajaah:  Ustadz Afifi Abdul Wadud

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *