Sifat Fisik dan Akhlak Nabi

Buletin At-Tauhid edisi 49 tahun X

b60c14c5dfbf23485b03a9a4f6f05804Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Agung, Dia Maha Hikmah dan Bijaksana dalam segala ketetapannya. Di antara ketetapan Allah yang penuh hikmah dan bijaksana adalah Dia menjadikan para nabi dan rasul dari kalangan manusia agar sesuai dengan tabiat manusia dan mampu diteladani manusia. Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Katakanlah: Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang Malaikat menjadi Rasul”. (QS. Al-Isra: 95). “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.” (QS. Al-Kahfi: 110).

Namun para nabi dan rasul memiliki keistimewaan yang lebih dibanding manusia biasa. Mereka lebih sempurna dari manusia biasa. “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS. Al-An’am: 124). Kesempurnaan mereka meliputi akhlak (sifat al-khuluqi) mereka, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Kemudian fisik (sifat al-khalqi) mereka, sebagaimana perkataan seorang perempuan, putri dari laki-laki yang shaleh, kepada Nabi Musa, “Wahai ayah, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashash: 26). Dan mereka pun sempurna dalam akal dan kecerdasan, argumentasi mereka jelas tak terbantah, “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (QS. Al-An’am: 83).

Dan yang paling istimewa di antara para nabi dan rasul adalah nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berikut ini di antara beberapa contoh kesempurnaan akhlak dan fisik Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Akhlak Nabi Muhammad

Banyak nash baik Al Quran maupun Hadits yang menjelaskan kepada kita tentang keagungan dan kesempurnaan akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah (artinya), “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Orang yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik (akhlaknya) diantara kalian adalah orang yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada istriku (HR. Tirmidzi, shahih)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan ketika memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya, paling lapang dadanya dan paling besar kasih sayangnya. Suatu hari (sewaktu Anas masih kecil pen.) beliau mengutusku untuk suatu keperluan. Aku berangkat, tetapi aku malah menuju anak-anak yang sedang bermain di pasar, bukan melaksanakan tugas Rasul. Aku ingin bermain bersama mereka. Aku tidak pergi menunaikan perintah yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beberapa saat setelah berada di tengah-tengah anak-anak itu, aku merasa seseorang berdiri di belakangku dan memegang bajuku. Aku menoleh, ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan tersenyum, beliau bersabda, “Wahai Unais, apakah kamu telah pergi seperti yang aku perintahkan?” Maka aku pun salah tingkah, kemudian aku menjawab, “Ya, sekarang aku berangkat wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Demi Allah, aku telah berkhidmat kepada beliau selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku lakukan, “Mengapa kamu melakukan ini?” Beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan, “Mengapa kamu tinggalkan ini?” (HR. Muslim).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang lemah lembut terhadap anak kecil. Dengan kedudukan beliau yang mulia sebagai seorang pemimpin di tengah-tengah umatnya, beliau tidak merasa rendah dan turun wibawanya ketika menegur anak kecil.

Dari Anas ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Aku mempunyai saudara yang biasa dipanggil Abu Umair. Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, beliau mengatakan, ‘Wahai Abu Umair apa yang sedang dilakukan oleh Nughair (Nughair adalah burung milik Abu Umair)?’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau juga sangat mudah memaafkan orang lain dan bersabar atas apa yang menimpa beliau. Memaafkan adalah perkara yang berat, apalagi ketika seseorang disakiti dengan sesuatu yang membuat harga dirinya jatuh dan nama baiknya hancur. Ketika ditimpa musibah seperti bencana alam dan penyakit atau bahkan kehilangan anggota keluarga, masih banyak orang yang belum bisa bersabar dan kembali mengingat Allah dari kelalaian yang telah mereka lakukan.

Sifat Fisik Nabi

Selain memiliki akhlak yang agung dan utama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memiliki fisik yang rupawan. Anas bin Malik berkata, “Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan, dan paling pemberani.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sifat fisik dan perawakan beliau adalah penampilan yang sempurna. Semua ciri-ciri ketampanan berkumpul dalam fisik beliau. Hal itu menunjukkan kesempurnaan beliau”.(Syarah Syamail an-Nabi oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Abbad, Hal. 19).

Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah (perawakannya) tidak terlalu tinggi, juga tidak pendek, tidak putih sekali (kulitnya) juga tidak kecoklatan. Beliau rambutnya tidak keriting pekat, juga tidak lurus menjurai. Allah Ta’ala mengutusnya pada usia empat puluh. Beliau tinggal di Mekah selama sepuluh tahun dan di Madinah selama tiga belas tahun. Allah Ta’ala mewafatkannya pada usia enam puluh tahunan, dan uban beliau tidak mencapai dua puluh helai, baik di kepala ataupun jenggot beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dan Muslim).

Anas juga mengatakan, “Aku tidak pernah memegang dibaj (satu jenis sutra) yang lebih lembut dari tangan Rasulullah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, telapak tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat lembut, lebih lembut dari sutra.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat wangi kulitnya dan keringatnya bagaikan kilau mutiara. Apabila beliau berjalan, maka langkahnya terayun tegap. Sutera yang pernah aku sentuh tidak ada yang lebih halus daripada telapak tangannya. Minyak misk dan minyak ambar yang pernah aku cium, tidak ada yang melebihi wanginya tubuh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hikmah Kesempurnaan Fisik dan Akhlak Nabi

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan terdapat banyak kunci hidayah dan faktor yang menyebabkan orang masuk Islam. Kunci hidayah yang banyak ini menunjukkan keluasan rahmat Allah Ta’ala bagi hamba-Nya. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan tingkat daya tangkap akal dan hati mereka. Di antara faktor kunci hidayah tersebut, yaitu menyaksikan kesempurnaan yang melekat pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnul Qayim rahimahullah berkata, “…Di antara mereka (orang-orang kafir) ada yang memperoleh hidayah (masuk Islam) dengan melihat kondisi dan sifat bawaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa kesempurnaan akhlak, fisik dan perbuatan…” (Miftahu Daris Sa’adah, Hal. 340).

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Termasuk faktor yang bisa meningkatkan dan mendatangkan keimanan ialah mengenal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan budi pekertinya yang luhur serta sifat-sifat fisiknya yang sempurna. Orang yang benar-benar mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia tidak merasa ragu terhadap kejujuran beliau dan kebenaran risalah yang beliau bawa yaitu Al Quran dan Sunnah, serta agama yang benar, sesuai firman Allah Ta’ala, (artinya) Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? (QS. Al-Mukminun:69).

Maksudnya, dengan mengenal beliau akan melahirkan semangat untuk segera mengimaninya (bagi orang yang belum beriman) dan meningkatkan keimanan (bagi orang yang telah beriman kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Syaikh as-Sa’di melanjutkan, bahwa orang yang munshif (moderat), yang tidak mempunyai keinginan kecuali mengikuti kebenaran, hanya dengan sekedar melihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendengarkan tutur katanya, akan segera beriman kepada beliau dan tidak ragu terhadap risalahnya. Banyak orang yang hanya sekedar menyaksikan wajah beliau menjadi yakin bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pendusta (Asbab Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi, Hal. 34-35).

Mudah-mudahan dengan semakin mengenal Rasulullah semakin bertambah kecintaan kita kepada beliau, kecintaan yang menjadikan sebab kita dikumpulkan bersama beliau kelak di akhirat.

Penulis : Nurfitri Hadi, MA (Alumni Mahad Al Ilmi Yogyakarta)

Muroja’ah : Ust. Abu Salman, BIS

5 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *